BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukannya, yang merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat. Beberapa upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah berbagai pelayanan dasar puskesmas khususnya dalam hal kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan lingkungan, pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyuluhan kesehatan dan lain-lain yang mencakup 18 usaha kesehatan pokok puskesmas dan upaya perawatan kesehatan masyarakat melalui pos pelayanan terpadu (posyandu) (Effendy, 1995). Posyandu didirikan untuk mengutamakan pelayanan KB dan Kesehatan, khususnya untuk pelayanan ibu hamil dan anak-anak. Di harapkan juga Posyandu nantinya dapat menjadi wadah bagi keluarga untuk mengoptimalkan delapan fungsi keluarga menurut UU no 10 tahun 1992. Tenaga yang bekerja di posyandu adalah bidan, perawat, dokter, sukarelawan, dan petugas dari BKKBN itu sendiri yang nantinya mengatur kegiatan di lapangan (Suyono, 2007).
Posyandu dilaksanakan satu bulan sekali dengan menerapkan sistem 5 (lima) meja, yaitu: Meja 1: Pendaftaran, Meja 2: Penimbangan, Meja 3: Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat), Meja 4: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, Meja 5: Pelayanan KB dan kesehatan lain termasuk Immunisasi, pembagian pil KB, atau konsultasi kesehatan lain (Effendy, 1998). Pada saat terjadi krisis di tahun 1997-1998, kegiatan Posyandu dalam bidang KB dan Kesehatan menurun. Jumlah Posyandu yang aktif menurun dari sekitar 500.000 buah menjadi hanya sekitar setengahnya. Begitu juga peranan bidan di desa. Jumlah bidan yang aktif dalam Posyandu di desa merosot dari sekitar 65.000 menjadi hanya sekitar 20.000 sampai 22.000 bidan. Hal ini berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan bayi. Menurut Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Prof. dr. Azrul Azwar, MPH, angka kematian ibu mencapai 307 kasus per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi mencapai 35 kasus per 1000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Bisa dipastikan hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil mengenai cara memelihara kesehatan selama hamil dan kurang menggunakan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilan (Syafrudin, 2008). Pemerintah berupaya mengaktifkan kembali Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk meningkatkan koordinasi penanganan keluarga berencana (KB) dan kesehatan di Pedesaan. Koordinasi ini diwujudkan dengan menggabungkan
pos-pos KB dan pos-pos kesehatan yang telah ada menjadi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Selain itu pemerintah juga mencanangkan program Revitalisasi Posyandu untuk mengaktifkan kembali kegiatan Posyandu. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat (Ridwan, 2007). Menurut Mangkunegara, (2000) hal yang sangat penting selain program yang diselenggarakan Posyandu, kinerja petugas posyandu juga sangat perlu untuk di tingkatkan. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, seorang petugas posyandu berperan besar untuk meningkatkan kinerja secara optimal. Misalnya dengan mengoptimalkan jumlah pengguna satu posyandu dengan jumlah petugas pada posyandu tersebut. Satu unit Posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Pelaksanaan kegiatan Posyandu umumnya dibuka satu bulan sekali oleh anggota masyarakat yang sudah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan Puskesmas (suaramerdeka.com; 14 September 2009).
Salah satu komponen yang penting dalam kinerja Posyandu adalah layanan yang diberikan oleh Posyandu tersebut. Pelayanan yang baik dan sesuai kebutuhan masyarakat, terutama yang menunjang kesehatan dan gizi ibu dan balita tentu akan mendapatkan respon yang positif. Secara ideal, layanan Posyandu meliputi: Pemantauan gizi yaitu pemantauan kebutuhan balita, pendidikan atau penyuluhan gizi, serta pemberian makanan tambahan; kesehatan ibu dan anak; pengontrolan terhadap diare; immunisasi; serta keluarga berencana (BKKBN, 2004). Berdasarkan data temuan IFLS (Indonesian Family Life Survey) tahun 1997-2000, terdapat penurunan kinerja Posyandu yang mempengaruhi tingkat kepuasan ibu-ibu pengguna Posyandu. Terbukti sejak satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang membawa balitanya ke Posyandu. Data tersebut menyebutkan terjadi penurunan sebesar 12% terhadap pengguna Posyandu oleh balita baik laki-laki maupun perempuan dalam rentang tahun 1997 hingga 2000 (Strauss et al, 2002). Menurut Marks (2003), selain cakupan, kualitas layanan Posyandu itu sendiri juga menurun, dengan indikasi adanya 14% penurunan cakupan pemantauan pertumbuhan dan rendahnya kepemilikan KMS (Kartu Menuju Sehat) hingga menurun sebesar 24% pada kurun waktu yang sama (Tria, 2007). Dari data IFLS diketahui bahwa pada saat terjadinya penurunan cakupan Posyandu, pemanfaatan terhadap layanan kesehatan pribadi atau swasta meningkat dengan cukup signifikan sebanyak 10%. Angka ini mengindikasikan kecenderungan masyarakat untuk menggunakan layanan kesehatan hanya saat
membutuhkan misalnya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan layanan monitoring atau meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi seperti yang diberikan di Posyandu. Pergeseran kebutuhan inilah yang menyebabkan Posyandu makin ditinggalkan (Strauss et al, 2002 dalam Tria, 2007). Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 31 unit Puskesmas. Termasuk di dalamnya Puskesmas di Desa Sei Semayang yang membina 10 Posyandu yang tersebar di 19 dusun dengan 2 orang tenaga medis dan 4 orang kader di setiap posyandu. Berdasarkan hasil observasi peneliti, jumlah pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang relatif sedikit. Terlihat dari banyaknya ibu-ibu yang membawa balitanya ke fasilitas kesehatan atau praktik dokter swasta untuk imunisasi (Bappeda Deli Serdang, 2004). Kurangnya pemanfaatan fasilitas yang ada diposyandu kemungkinan karena masyarakat pengguna Posyandu kurang pengetahuan mengenai pelayanan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka di Posyandu. Sehingga masyarakat masih menganggap bahwa pengobatan itu mahal. Rendahnya status kesehatan masyarakat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya akses pelayanan dan biaya. Secara umum gambaran kepuasan masyarakat pengguna layanan kesehatan masih rendah. Ini terlihat dari masalah yang muncul di masyarakat terkait dengan loket pendaftaran yang berbelit-belit, tidak adanya transparansi, keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga tidak menjamin kepastian hukum waktu dan biaya. Berdasarkan masalah
tersebut membuat masyarakat merasa kurang perlu untuk datang ke pelayanan kesehatan (Retnowati, 2008). Sedikitnya masyarakat yang menggunakan fasilitas kesehatan di Posyandu, mengindikasikan rendahnya kinerja petugas Posyandu. Kinerja petugas Posyandu yang rendah menyebabkan kepuasan masyarakat terhadap Posyandu juga rendah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang. 2. Pertanyaan Penelitian Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 2.1 Bagaimana kinerja petugas Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten deli Serdang? 2.2 Bagaimana kepuasan ibu pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang? 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 3.1 Mengidentifikasi kinerja petugas Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang. 3.2 Mengidentifikasi kepuasan ibu pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang.
4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk: 4.1 Praktik Keperawatan Manfaat penelitian ini untuk praktik keperawatan adalah sebagai informasi bagi praktik keperawatan komunitas di Puskesmas untuk meningkatkan kinerja Posyandu. 4.2 Pendidikan keperawatan Dalam bidang pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat: 4.2.1 Menambah pengetahuan baru bagi keperawatan komunitas tentang kinerja petugas Posyandu dengan kepuasan ibu pengguna Posyandu. 4.2.2 Menjadi bahan kajian dalam perkuliahan dan dapat diintegrasikan pada keperawatan komunitas di Puskesmas. 4.3 Puskesmas Sei Semayang Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Puskesmas Sei Semayang untuk dapat meningkatkan kinerja petugas Posyandu. 4.4 Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi penelitian selanjutnya.