BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan terbatas sebagai badan hukum lahir dan dicipta melalui proses hukum sehingga menurut M. Yahya Harahap perseroan merupakan badan hukum buatan (artificial legal person) yang membedakannya dengan manusia sebagai legal person yang dilahirkan melalui proses alamiah dan melekat haknya sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. 5 Proses hukum sebagaimana yang dimaksud adalah proses hukum sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Suatu Perseroan Terbatas baru dapat dikategorikan sebagai badan hukum apabila telah memperoleh Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dengan telah diperolehnya status badan hukum tersebut, para pendiri Perseroan Terbatas tidak lagi bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan Terbatas dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan Terbatas melebihi nilai saham yang telah diambilnya. 6 Apabila setelah akta pendirian yang dimuat dalam akta notariil belum mendapatkan 5 M. Yahya Harahap, 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 52. 6 Herlien Budiono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 46. 1
2 pengesahan dari Menteri maka berdasarkan pasal 14 UUPT menyebutkan bahwa: perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian. Pendiri hanya dapat memberikan kuasa pengisian tersebut kepada Notaris. Oleh dan karena hal tersebut maka akses untuk dapat mendaftarkan badan hukum Perseroan Terbatas hanya dapat dilakukan oleh Notaris. Notaris yang merupakan pejabat umum memiliki kewenangan untuk membuat Akta Pendirian PT dan juga akta-akta Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Data Perseroan serta menjadi kuasa untuk mengajukan permohonan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dan perubahannya pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui media bersistem online, yaitu Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH). Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) pada awalnya dikenal dengan sebutan SISMINBAKUM yang merupakan suatu sistem online yang diciptakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, untuk mempercepat proses Pengesahan Badan Hukum Perseroan
3 Terbatas dan perubahannya. Transformasi SISMINBAKUM menjadi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH), merupakan bentuk optimalisasi pelayanan hukum oleh Pemerintah kepada masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan jejaring teknologi informasi secara online, di mana Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum terus bergerak memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. 7 Untuk membuat akta pendirian dan menggunakan SABH tersebut maka Notaris terlebih dahulu harus memohonkan kepada Menteri nama PT yang akan didirikan oleh para pendiri. Pada proses tersebut maka Notaris akan berkirim surat kepada Menteri apakah nama yang diajukan disetujui ataukah ditolak. Proses surat menyurat tersebut membutuhkan waktu yang relatif tidak sebentar. Apabila pesan nama yang dimaksud telah disetujui maka Notaris dapat melanjutkan membuat akta pendirian. Setelah ditandatanganinya akta pendirian oleh para pendiri maka Notaris dapat melakukan input data secara online pada SABH sedangkan setelah mendapatkan nomor pendaftaran cetak Surat Keputusan maka akta tersebut diajukan kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan melalui proses surat menyurat yang kemudian Menteri akan mengirimkan Surat Keputusan pengesahan badan hukum PT kepada Notaris. Mencermati hal tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa SABH hanya mempermudah administrasi namun belum efektif secara waktu untuk 7 Anonim, SABH Menjawab Tantangan Zaman, Diapresiasi Banyak Negara, Renvoi, Nomor 7/79, Desember, 2009, hlm. 6.
4 mendapatkan kepastian diperolehnya status Badan Hukum oleh PT. Notaris memiliki hambatan dari sisi efektifitas waktu mengingat bahwa ada batas daluarsa akta-akta Notaris terkait pendirian Perseroan Terbatas dalam mengaplikasi Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH). SISMINBAKUM yang kemudian berubah menjadi SABH akhirnya kembali bertransformasi demi kepastian hukum bagi masyarakat yang hendak mendirikan perseroan terbatas. Mulai tanggal 26 Maret 2014, Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM RI menerbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas menggantikan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH- 01.AH.01.01 TAHUN 2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. Penjelasan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mendefinisikan jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum adalah jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum, persetujuan perubahan anggaran dasar, serta pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan/atau data Perseroan.
5 Berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 4 Tahun 2014 memberikan kemudahan akses dan waktu yang lebih cepat bagi pendiri Perseroan Terbatas agar memperoleh status badan hukum. Mulai dari pengajuan pesan nama PT yang dahulu hanya menjadi kewenangan Notaris maka dengan berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 4 Tahun 2014, pendiri PT dapat mengakses secara pribadi pada SABH untuk melakukan pemesanan nama PT. Berdasarkan bukti pesan nama tersebut maka Notaris dapat langsung membuatkan akta pendirian PT dan di daftarkan pada SABH untuk mendapatkan SK pengesahan badan hukum tersebut. Menjadi berbahaya bagi Notaris adalah ketika para pendiri PT tidak mematuhi PP Nomor 43 tahun 2011 tentang ketentuan pemesanan nama PT yang pada pokoknya berisikan larangan nama PT yang dipesan tidak boleh sama dengan nama PT yang lain, tidak boleh mengandung unsur bahasa inggris jika merupakan PT Penanaman Modal Dalam Negeri dan juga tidak bertentangan dengan ketertiban serta kesusilaan. Apabila pesan nama PT dilakukan oleh para pendiri sendiri tanpa melalui Notaris, maka Notaris tidak dapat melakukan cek lagi apakah terdapat nama yang sama atas PT yang dipesan. Oleh karena itu Notaris harus lebih menekankan prinsip kehati-hatian jika pemesanan nama tersebut dilakukan sendiri oleh para pendiri PT. Sejak berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 4 Tahun 2014, alokasi waktu untuk pendirian PT sampai dengan memperoleh
6 pengesahan badan hukum bahkan dapat dilakukan dalam jangka waktu 1 hari. 8 Notaris juga mendapat kewenangan tambahan yaitu mencetak sendiri SK Pengesahan Badan Hukum PT yang telah ditandatangani secara elektronik oleh Menteri yang diwakili oleh Kepala Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Definisi sistem elektronik secara umum, pada dasarnya mengacu pada Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 4 Tahun 2014 merupakan pemberlakuan sistem elektronik murni dari Kementerian Hukum dan HAM sehingga dapat dikatakan terjadi transaksi elektronik bersifat non face (tanpa bertatap muka), non sign (tidak memakai tanda tangan asli) dan tanpa batas wilayah (seseorang dapat melakukan transaksi elektronik dengan pihak lain walaupun mereka berada di Negara yang berbeda) dengan menggunakan teknologi informasi. 9 Menarik dikaji pemberlakuan sistem pengesahan badan hukum PT tersebut dari segi peran dan tanggung jawab Notaris yang semakin besar pula dari mulai pemesanan nama PT hingga pencetakan SK Pengesahan PT yang baru berjalan selama 2 (dua) tahun ini. Berdasarkan uraian latar belakang 8 Berdasarkan pra penelitian wawancara dengan Notaris Nurhadi Darussalam, pada saat pertemuan kuliah Teknik Pembuatan Akta III. 9 Penjelasan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik..
7 tersebut maka Penulis berminat untuk mengangkat judul Kajian Terhadap Pertanggungjawaban Notaris Dalam Proses Pendaftaran Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui Sistem Administrasi Hukum Umum untuk diajukan, diteliti dan dikaji sebagai usulan penelitian tesis. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peran notaris dalam pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui sistem Administrasi Hukum Umum? 2. Bagaimanakah jaminan keabsahan tanda tangan elektronik terhadap Surat Keputusan Pengesahan Perseroan Terbatas yang dapat dicetak sendiri oleh Notaris? 3. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam proses pendaftaran pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas Kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui sistem Administrasi Hukum Umum sampai dengan pencetakan Surat Keputusan Pengesahan oleh Notaris? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :
8 1. Guna mengkaji peranan notaris dalam proses pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui sistem Administrasi Hukum Umum 2. Guna mengetahui dan mengkaji kekuatan pembuktian tanda tangan elektronik terhadap Surat Keputusan Pengesahan Menteri yang dapat dicetak sendiri oleh Notaris 3. Guna mengetahui dan mengkaji faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam proses pendaftaran pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas Kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui sistem Administrasi Hukum Umum sampai dengan pencetakan Surat Keputusan Pengesahan oleh Notaris. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan wacana dan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum, khususnya di bidang ilmu kenotariatan, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para notaris dan masyarakat sebagai bahan kajian ilmiah dan pertimbangan terkait pertanggungjawaban Notaris dalam proses pendaftaran pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui sistem Administrasi Hukum Umum.
9 E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, dengan melakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan judul : Kajian Terhadap Pertanggungjawaban Notaris Dalam Proses Pendaftaran Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM RI melalui Sistem Administrasi Hukum Umum, belum pernah dilakukan namun demikian berdasarkan penelusuran kepustakaan tersebut terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini antara lain: 1. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pengesahan Akta Pendirian Dan Pemberitahuan Atau Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 10 a. Bagaimana pelaksanaan permohonan pengesahan akta pendirian dan pemberitahuan atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas kepada menteri hukum dan hak asasi manusia? b. Bagaimana tanggung jawab notaris terhadap pembuatan akta pendirian dan pemberitahuan atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas kepada menteri hukum dan hak asasi manusia? 10 Heady Anggoro Mukti, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pengesahan Akta Pendirian Dan Penberitahuan Atau Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 2010, hlm. 5.
10 c. Bagaimana pemberian kuasa kepada notaris untuk melakukan permohonan pengesahan akta pendirian dan pemberitahuan atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas kepada menteri hukum dan hak asasi manusia? Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 11 Permohonan pengesahan akta pendirian dan persetujuan atau pemberitahuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia hanya dapat dilakukan oleh Notaris melalui kuasa dari para pendiri perseroan terbatas atau kuasanya karena dibatasi oleh sistem Administrasi Badan Hukum. Oleh karenanya, Notaris berdasarkan kewenangan yang ada memberitahukan ketentuanketentuan yang terkait dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas dan akta perubahan perseroan terbatas. Akan tetapi, kuasa diberikan secara diam-diam hal ini tercermin dalam pelaksanaan kuasa tersebut oleh notaris untuk melakukan pengesahan akta pendirian perseroan terbatas dan pemeritahuan atau persetujuan akta perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Adapun perbedaan dari penelitian yang disusun oleh penulis dengan karya ilmiah yang diangkat oleh saudara Heady Anggoro Mukti adalah karya ilmiah dari saudara Heady Anggoro Mukti masih tunduk pada ketentuan pendaftaran pengesahan Badan Hukum berdasarkan 11 Ibid, hlm. 106.
11 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.AH.01.01 TAHUN 2011 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas sedangkan yang penulis susun memiliki dasar hukum pengganti dari Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-01.AH.01.01 TAHUN 2011 yakni Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 04 Tahun 2014. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam proses pendaftaran pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas. Mulai dari pesan nama perseroan yang dikehendaki masyarakat sampai dengan kewenangan untuk dapat mencetak Surat Keputusan Pengesahan pendirian Perseroan Terbatas dari Menteri Hukum dan HAM RI oleh Notaris melalui Surat Keputusan yang dibubuhi tanda tangan elektronik. Oleh karena hal tersebut maka karya ilmiah yang Penulis angkat memiliki perbedaan dengan karya ilmiah dari saudara Heady Anggoro Mukti. 2. Klausul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Dalam Kaitannya Dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 12 12 Novy Sri Pratiwi Hardani, Klausul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Dalam Kaitannya Dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 2010, hlm. 3.
12 a. Apakah klausul mengenai CSR dapat dicantumkan pada akta pendirian Perseroan? b. Bagaimanakah dampak dengan adanya CSR bagi PT. Swakarsa Sinarsentosa? c. Bagaimanakah pelaksanaan CSR pada PT.Swakarsa Sinarsentosa? Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 13 a. Klausul CSR dapat dicantumkan pada akta pendirian Perseroan, namun hanya bersifat penegasan pada salah satu pasal. b. Dampak adanya CSR bagi PT. Swakarsa Sinarsentosa dapat dibagi menjadi dampak internal dan eksternal. c. PT Swakarsa Sinarsentosa CSR merupakan bagian dari operasional Perseroan. Fokus program CSR yang ada di PT. Swakarsa Sinarsentosa adalah peningkatan kualitas moralitas dan kerohanian, pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, kemitraan kebun, infrastruktur, seni budaya, dan rekrutmen tenaga kerja lokal. Kewajiban melaksanakan CSR sudah ada dengan kewajiban Direksi untuk membuat rencana kerja tahunan. Secara internal, CSR membawa manfaat dan tantangan yakni untuk membentuk pribadi/subjek hukum yang mengambil keputusan atas nama Perseroan berdasarkan spirit dan nilai-nilai yang ada di CSR. Secara eksternal CSR membawa tantangan melalui manajemen konflik dan 13 Ibid, hlm. 87.
13 manfaatnya adalah dengan adanya social investment. Di PT. Swakarsa Sinarsentosa pelaksanaan CSR bersifat sustainability, bukan charity. Berdasarkan judul dan perumusan masalah yang diangkat oleh saudara Novy Sri Pratiwi Hardani berbeda sama sekali dengan yang akan penulis teliti. Menurut pendapat penulis, penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya berbeda dengan apa yang akan penulis teliti karena permasalahan yang penulis kaji menyesuaikan dengan perkembangan hukum yang baru dan dasar hukum yang dibentuk oleh pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan HAM RI Nomor 4 tahun 2014 bagi masyarakat khususnya bagi lahirnya subyek hukum yaitu badan hukum (rechtpersoon) yang berbentuk PT. Apabila memang memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya maka Penulis akan menyebutkan sumber data tersebut dalam footnote dan diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu.