Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007

dokumen-dokumen yang mirip
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007

A. PENGANTAR. MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA. Oleh : Ki Supriyoko

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Guru Sekolah Dasar merupakan ujung tombak keberhasilan dalam. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas, nampaknya harus

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD

BAB I PENDAHULUAN. dengan (Uno, 2009: 11) pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara maju diperlukan guru profesional sebagai tenaga pendidik. yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan utama

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

Visi Universitas Almuslim: Visi Universitas Almuslim adalah menjadi universitas unggul, professional, dan islami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

PENDIDIKAN PROFESI GURU: IMPLIKASI DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 KAMIN SUMARDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya

KOMPETENSI PEDAGOGIK. Oleh : Danang Hidayatullah. Editor : Agus Widianto, SIQ, S.Th.I. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada

Analisis Kebijakan Penyelenggaraan PPG SD/MI Pra Jabatan di Indonesia

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN, GURU, DAN PAYUNG HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS MODEL PELATIHAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MUDARRIS DISERTASI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk membangun manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

PEDOMAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH INDONESIA DI LUAR NEGERI (SILN) SECARA ONLINE

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

Kualifikasi Akademik Guru Pendidikan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

Peran Diklat dan LPTK dalam Sertifikasi Guru Kejuruan Berdasarkan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

PANDUAN. Hibah Pertukaran Mahasiswa PGSD melalui SPADA Indonesia. Direktorat Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

No pembelajaran; (iii) peningkatan manajemen Guru, pendidikan keguruan, dan reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK); (iv) peningka

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Transkripsi:

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, atau ada yang biasa menyebutnya sebagai UU Guru, telah diberlakukan; dan diberlakukannya UU ini diperkirakan akan membawa perubahan yang signifikan dalam pendidikan nasionala apabila dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Pasal 8 UU tersebut secara eksplisit menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara itu Pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

2 Memang banyak pengertian kompetensi. Setiap pakar pendidikan, pakar kurikulum, lembaga pendidikan dan/atau lembaga profesi terkadang mendefinisi kompetensi menurut versinya masing-masing. Dalam keadaan seperti ini kita tidak perlu menilai mana definisi yang paling benar karena masing-masing tentu telah dipertimbangkan kurang dan lebihnya. Kalau kita mengacu pada UU Guru tersebut maka yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Hal ini ditulis secara eksplisit dalam Ketentuan Umum Bab I Pasal 1 Butir 10. Sementara itu kalau kita mengacu Kepmendiknas No. 043/U/2002 maka yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. B. KOMPETENSI PEDAGOGIK Secara etimologis pedagogik berasal dari kata Yunani paid artinya anak serta agogos artinya membimbing. Jadi pedagogik diartikan sebagai membimbing anak atau lebih populernya mengajar anak. Pedagogik sering disandingkan dengan kata andragogik yang berarti membimbing orang dewasa atau bahasa populernya mengajar orang dewasa. Oleh karena pedagogik itu sering diartikan dengan pengajaran maka kompetensi pedagogik sering disamakan dengan istilah kompetensi pengajaran.

3 Dalam Pasal 3 Butir a Penjelasan PP No.19 Tahun 2005 tentanng Standar Nasional Pendidikan disebutkan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya di dalam dokumen Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006 yang telah disusun bersama Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas (2006) disajikan pengertian yang lengkap. Pada halaman 1 s/d 7 dokumen ini disebutkan bahwa kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut. 1. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. 2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

4 materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (seting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian belajar untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk nmengembangkan berbagai potensi nonakademik. Dari uraian tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa kompetensi pedagogik berurusan dengan tugas utama guru sebagai pengajar; yang intinya adalah bagaimana seorang guru dapat melaksanakan pengajaran dengan baik. Kompetensi pedagogik memang penting dan memiliki posisi yang sangat strategis untuk mensukseskan pendidikan baik di dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah,

5 sebatas masih berada di dalam rambu-rambu pendidikan di sekolah. Dengan tanpa mengesampingkan penting dan strategisnya tiga jenis kompetensi lainnya, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, kompetensi pedagogik memang harus dimiliki, dikuasai dan sekaligus dipraktekkan oleh setiap guru dalam menjalankan tugas utamanya sebagai pengajar. Sebagai pembanding di Amerika Serikat (AS), mengenai pengajaran memang sangat menonjol dalam formulasi kompetensi pendidik alias guru. Dalam publikasi Direktorat Pendidikan Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2006), Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Kependidikan Dalam Pendidikan Inklusif yang dapat diakses melalui situs http://www.dtplb.or.id disebutkan 15 (lima belas) kompetensi yang perlu dikembangkan oleh guru di AS, yaitu: 1. Dapat mendiagnosis kebutuhan intelektual, emosi, sosial, dan fisik siswa. 2. Dapat merumuskan tujuan-tujuan instruksional yang didasarkan atas kebutuhan siswa. 3. Dapat merancang pengajaran sesuai dengan tujuan. 4. Dapat melaksanakan pengajaran sesuai dengan rancangan /desain. 5. Dapat melakukan evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa dan efektivitas pengajaran. 6. Mampu mengintegrasikan pengajaran sesuai dengan latar belakang siswa. 7. Mampu melaksanakan model-model pengajaran, dan bisa mengajar keterampilan menurut tujuan tertentu bagi siswa tertentu.

6 8. Memperlihatkan komunikasi yang lebih efektif dalam kelas. 9. Mampu menggunakaan sumber-sumber yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran. 10. Mampu memonitor proses dan hasil belajar serta mampu mengadakan perbaikan pengajaran. 11. Menguasai bidang studi yang akan diajarkannya. 12. Memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas / manajemen dan organisasi dalam mendorong siswa tumbuh secara menyeluruh (sosial, emosi, fisik, intelek). 13. Sensitif atau peka terhadap kebutuhan dan perasaan diri sendiri dan kebutuhan serta perasaan orang lain. 14. Mampu bekerja secara efektif dalam kelompok profesional. 15. Mampu menganalisis efektivitas keprofesionalannya dan terus berusaha memperluas efektivitas tersebut. Apabila kita perhatikan ke-15 kompetensi guru di AS tersebut dapat dikatakan bahwa pengajaran menjadi sentral isu bagi guru sebagai penyandang kompetensi tersebut. Hal ini relevan dengan demikian penting dan strategisnya kompetensi pedagogik bagi guru Indonesia. C. PRODUKTIVITAS PENGAJARAN Bahwa roh dari kompetensi pedagogik adalah pengajaran kiranya tidak dapat dipungkiri; masalahnya sekarang adalah bagaimana cara untuk mengembangkan kompetensi pedagogik tersebut pada para guru Indonesia? Sesungguhnya antara kompetensi pedagogik seorang guru dengan produk-

7 tivitas pengajaran yang dilakukannya mempunyai hubungan asimetris atau asymmetrical relationship; dalam hal ini kompetensi pedagogik seorang guru berpengaruh terhadap produktivitas pengajarannya. Dalam hal ini jenis hubungannya adalah positif, artinya makin tinggi kompetensi akademik semakin tinggi pula produktivitas pengajarannya, makin rendah kompetensi pedagogik semakin rendah produktivitas pengajarannya. Dari postulat tersebut di atas dapat dikonklusi untuk mengembangkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas pengajarannya; maksudnya kalau guru berusaha meningkatkan produktivitas pengajaran sama artinya dengan meningkatkan kompetensi pedagogik bagi pribadinya. Banyak faktor yang berpengaruh dalam peningkatan produktivitas pengajaran namun ada tiga faktor yang paling dominan; masing-masing adalah penguasaan materi pengajaran (subject matter), metodologi penyampaian kepada siswa (methodology), serta orientasi pengajaran (orientation) itu sendiri. Penguasaan materi pengajaran bagi seorang guru mutlak diperlukan; bagaimana guru dapat mengajar dengan produktif kalau materi yang harus disampaikan kepada siswa tidak dikuasainya. Pengajaran itu sendiri merupakan proses penyampaian pengetahuan (transfer of knowledge) dan ilmu (transfer of science); artinya pengetahuan dan ilmu yang dikuasai oleh guru ditransfer atau disampaikan kepada siswa. Jadi mau tidak mau seorang guru memang harus menguasai pengetahuan dan ilmu yang harus disampaikan kepada siswa dalam proses pengajaran.

8 Penjurusan yang ada di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) tidak lepas dari penguasaan materi pengajaran tersebut. Seorang guru alumnus Pendidikan Matematika di LPTK seharusnya menguasai materi pengajaran Matematika yang disampaikan kepada siswa; demikian pula dengan guru alumnus Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan sebagainya. Bagaimanakah dengan metodologi penyampaian materi pengajaran kepada siswa? Faktor ini tidak kalah penting dibanding penguasaan materi pengajaran itu sendiri. Meskipun seorang guru itu cerdas dan menguasai materi pengajaran akan tetapi kalau tidak menguasai metode pengajaran sehingga tak mampu menyampaikan materi pengajaran dengan baik kepada siswa hal itu tidak akan menjadikan pengajarannya produktif. Bagaimana siswa dapat menyerap materi pengajaran kalau gurunya tidak mampu menyampaikan materi pengajarannya dengan baik. Mengenai hal tersebut di atas secara empirik banyak kepala sekolah yang membandingkan produktivitas pengajaran di antara guru baru alumni LPTK dan guru baru alumni Non-LPTK. Hasilnya? Dalam hal penguasaan materi pengajaran memang guru alumni Non-LPTK lebih unggul daripada guru alumni LPTK, namun demikian dalam hal produktivitas pengajaran ternyata guru alumni LPTK lebih unggul daripada guru almuni Non-LPTK; setidak-tidaknya untuk tahun pertama. Mengapa hal itu terjadi? Ya, karena guru alumni Non-LPTK meskipun penguasaan materinya lebih unggul akan tetapi tidak dapat menyampaikan materi yang dikuasainya dengan baik. Kiranya hal ini mudah dimengerti dikarenakan di lembaga Non-LPTK tidak pernah diajarkan bagaimana caranya menyampaikan materi dengan baik kepada siswa dikarenakan orientasinya memang tidak untuk mengajar.

9 Bagaimana dengan orientasi pengajaran? Disinilah permasalahannya. Sebagian besar pengajaran yang terjadi di sekolah, utamanya SD, dilakukan dengan pendekatan klasikal dan orientasi pengajarannya pada guru (teacher centered). Permasalahan ini dihadapi oleh kabanyakan guru di Indonesia sampai sekarang ini. Pengajaran yang produktif itu sebaiknya berorientasi kepada siswa (student centered); yaitu pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan masing-masing siswa serta potensi yang dimiliki oleh masingmasing siswa. Di Tamansiswa ada yang disebut tut wuri handayani, artinya guru itu tugasnya mengajarkan apa yang dikehendaki siswa serta menurut kemampuan siswa; manakala siswa itu menemukan kesulitan atau berbuat terlalu jauh yang melewati batas kepatutan barulah gurunya melakukan tindakan pembimbingan. Permasalahan muncul ketika satu kelas hanya diajar oleh satu atau dua guru; padahal siswanya lebih dari 20 anak dan masing-masing siswa memiliki kebutuhan yang berbeda serta potensi yang berbeda, atau memiliki kehendak yang berbeda dan kemampuan yang berbeda. Hal ini tentu saja menyulitkan guru untuk memberikan perhatian secara individual yang diimplementasikan dalam orientasi pengajarannya. Di Indonesia banyak kelas yang isinya lebih dari 20 siswa dan hanya diajar oleh seorang guru.masingmasing siswa memiliki kebutuhan atau kehendak sendiri-sendiri, misalnya siswa yang cerdas ingin pengajarannya berjalan cepat dan banyak materi yang diterima, sebaliknya siswa yang tidak cerdas ingin pengajarannya diulang-ulang serta tidak terlalu banyak materi yang disajikan. Mengenai potensi atau kemampuan demikian pula halnya; ada siswa yang potensinya

10 tinggi, potensinya sedang, akan tetapi ada pula yang potensinya rendah. Di luar itu ada siswa yang rajin dan penuh perhatian, namun ada pula siswa yang malas dan kurang perhatian; bahkan ada pula yang tidak bersungguhsungguh dalam mengikuti pengajaran. Ini semua merupakan realitas yang menyulitkan guru untuk melakukan pengajaran berorientasi pada siswa; namun hal ini justru menjadi tantangan menarik bagi para guru. D. KESIMPULAN Kompetensi pedagogik sangatlah penting dan memiliki posisi yang strategis untuk mensukseskan pendidikan; oleh karenanya setiap guru hendaklah memiliki, menguasi dan mempraktekkan kompetensi pedagogik tersebut di atas dalam proses pengajarannya. Cara mengembangkan potensi pedagogik tersebut adalah berusaha meningkatkan produktivitas pengajaran dengan menguasai materi pengajaran, menyampaikan materi pengajaran secara tepat, serta berorientasi kepada siswa dalam proses pengajarannya. Apabila hal ini dapat dilakukan maka secara otomatis akan berkembanglah kompetensi pedagogik pada guru Indonesia!!!***** >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Prof. Dr. H. Ki Supriyoko, M.Pd. adalah Guru Besar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Pengasuh Pesantren Ar-Raudhah Yogyakarta, dan Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas di Tokyo, Jepang KAPASITAS: 1.758 KATA (WORDS)