BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jenis pangan jajanan yang beragam di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat sejalan dengan pesatnya pembangunan. Pangan jajanan menurut FAO (1991&2000) adalah makanan dan minuman yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak oleh pedagang kaki lima di tempat produksi ataupun dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lainnya untuk dikonsumsi secara langsung dilokasi jualan atau dikonsumsi tanpa pengolahan dan persiapan lebih lanjut (WHO, 2008). Pangan jajan merupakan salah satu jenis pangan umum yang dikonsumsi masyarakat, khususnya anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli jajanan di sekitar sekolah maupun di dalam kantin sekolah serta pedagang di sekitar rumah. Hampir di setiap sekolah dan sekitaran sekolah banyak dijumpai para pedagang pangan jajanan. Hal ini mendorong timbulnya kebiasaan mengkonsumsi pangan jajanan dan cenderung menjadi bagian budaya dari suatu keluarga yang hampir terjadi di seluruh dunia (Fitri, 2012) Di Amerika, anak usia 6-11 tahun merupakan konsumen terbesar dan tersering dalam mengonsumsi pangan jajan. Trend mengonsumsi snack di Amerika mengalami peningkatan 74% pada tahun 1977-1978 menjadi 98% pada tahun 2003-2006 (Popkin & Piernas, 2010). Di Asia, khususnya Cina terjadi peningkatan konsumsi pangan jajan dari 15,4% pada tahun 1991 menjadi 20,6% pada tahun 2004. 1
2 Di Indonesia menunjukkan bahwa 35 % murid SD membeli pangan jajan di sekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (Hermina, et al 2000 dalam Fitri, 2012). Hasil survey Badan POM RI tahun 2008 menunjukkan bahwa 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun di sekitaran sekolah. Anak sekolah pada umumnya setiap hari menghabiskan 4-5 jam waktunya berada di sekolah dengan kegiatan belajar, bermain, berolahraga dan sebagainya memerlukan energi yang cukup untuk memenuhi asupan gizinya (Safriana, 2012). Pada tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk memperoleh pangan dari luar rumah sebagai pangan jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dapat berdampak positif apabila anak tersebut dapat memilih pangan jajanan yang sehat dan jika dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Namun, jajanan dapat berdampak negatif apabila dikonsumsi berlebihan dan belum terjamin kebersihan dan keamanananya (BPOM, 2005). Berdasarkan hasil pemantauan BPOM tahun 2011 menunjukkan ada 35.5% makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat kseamanan. Di seluruh Indonesia pada tahun 2004 telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan sebanyak 164 kejadian di 25 provinsi yang mencakup 7.366 kasus dan 51 diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan data KLB pada jajanan anak sekolah tahun 2004-2006, anak sekolah dasar merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan (BPOM, 2007). Pada tahun 2007, terjadi KLB keracunan pangan sebesar 16% dan makanan berkontribusi sebesar 28,57% sebagai pangan penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan sekolah (BPOM, 2008). Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan Sentra Informasi Keracunan BPOM
3 menunjukkan bahwa sebanyak 132 kasus keracunan nasional disebabkan oleh pangan jajanan anak sekolah menyumbang 13,5% dari kasus keracunan makanan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian sampel pangan jajanan anak sekolah, pada tahun 2010-2013 persentase pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat konsumsi mengalami penurunan dari 44,48% menjadi 19,21%. Namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan persentase pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat konsumsi yaitu 28,82%. Penyebab paling tinggi pangan jajanan yang tidak memenuhi syarat konsumsi yaitu pencemaran mikroba, bahan tambahan pangan (BTP) yang berlebih, dan penggunaan bahan berbahaya. Konsumsi pangan jajanan secara berlebihan dan pemilihan jenis pangan jajanan yang kurang tepat pada anak usia sekolah seperti pemilihan fast food yang sangat rendah kandungan nilai gizinya, kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam bentuk camilan (snack) dan kecenderungan memilih pangan jajanan tinggi lemak menjadi faktor penyebab kelebihan berat badan pada anak (Thasim, dkk 2013). Ketut Sutiari, et al (2010) menyatakan bahwa sebesar 12,82% anak usia sekolah kelebihan berat badan disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, makanan dalam kaleng, makanan-makanan yang banyak dijual dipinggir jalan seperti, bakso, mie, sosis dan pemilihan minuman yang mengandung soda. Berdasarkan studi di Amerika Serikat anak yang mengonsumsi pangan jajanan jenis fast food dan soft drink berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi kebutuhan dan menyebabkan obesitas (Bondika, 2011). Data Riskesdas 2007 menunjukkan, prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar (7-12tahun) sebesar 8,7%. Sedangkan pada Rikesdas 2010 terjadi peningkatan angka prevalensi nasional menjadi 9,7% dan pada tahun 2014 meningkat tajam menjadi 12,3% dengan prevalensi tertinggi terjadi di Jakarta yaitu sebesar 15,3% melebihi angka nasional.
4 Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan di Bali, dimana berdasarkan penelitian Muliani, 2014 menyatakan bahwa prevalensi obesitas ada anak usia sekolah di Bali mencapai 9,8% dan yang tertinggi di Denpasar mencapai 15,2% jauh diatas angka nasional. Obesitas pada anak berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan karena aktivitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan. Obesitas juga berdampak pada psikososial anak seperti kurang percaya diri dan menarik diri dari sosial. Obesitas pada anak dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Anak yang mengalami obesitas, 75% akan menderita obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan akibat yang ditimbulkan dari obesitas akan mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri untuk kedepannya (Sartika, 2011). Perilaku pemilihan jajan yang kurang tepat dan berlebih dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti besar uang jajan, pengaruh teman sebaya dan kebiasaan membawa bekal. Menurut penelitian dari Safriana (2012), anak dengan jumlah uang jajan yang tergolong banyak, berpeluang 2,1 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan jajanan. Seseorang yang memiliki uang jajan lebih banyak cenderung memiliki daya beli yang cukup besar, sehingga lebih sering mengeluarkan uang jajan untuk mengonsumsi jajan yang disukai secara berlebihan. Selain itu, pengaruh teman sebaya mempunyai peluang 2,8 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan jajanan dan anak yang tidak biasa membawa bekal ke sekolah mempunyai peluang 4,5 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan
5 jajanan. Hal ini diindikasi karena anak yang tidak membawa bekal kesekolah memiliki kecenderungan untuk membeli jajan disekolah. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada Anak Sekolah Dasar Negeri Mengingat kota Denpasar merupakan jumlah anak yang banyak, berdekatan dengan pasar, mall, dan fast food, ketersediaan berbagai jenis pangan modern dan tradisional. Rumusan Masalah Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kebiasaan sarapan, kebiasaan membawa bekal, jumlah uang saku, tempat jajan, peranan guru, pengaruh media, dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 3. Apakah ada hubungan antara jumlah uang saku dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 4. Apakah ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar?
6 5. Apakah ada hubungan antara kebiasaan membawa bekal dengan perilaku dan Swasta di Kota Denpasar? 6. Apakah ada hubungan antara tempat jajan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 7. Apakah ada hubungan antara peranan guru dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 8. Apakah ada hubungan antara pengaruh media massa dengan perilaku dan Swasta di Kota Denpasar? 9. Apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kebiasaan sarapan, kebiasaan membawa bekal, jumlah uang saku, tempat jajan, peranan guru, pengaruh media massa, dan
7 pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar 2. Mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku 3. Mengetahui adanya hubungan antara jumlah uang saku dengan perilaku 4. Mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan membawa bekal dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri 5. Mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan membawa bekal dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri 6. Mengetahui adanya hubungan antara tempat jajan dengan perilaku 7. Mengetahui adanya hubungan antara peranan guru dengan perilaku 8. Mengetahui adanya hubungan antara pengaruh media massa dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri
8 9. Mengetahui adanya hubungan antara teman sebaya dengan perilaku Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan teori di bidang kesehatan masyarakat khususnya gizi dan perilaku anak sekolah dalam pemilihan pangan jajanan. 1.5.2 Manfaat Aplikatif 1. Pihak sekolah Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak sekolah dalam mendidik siswa untuk berprilaku yang baik dengan menyediakan pangan jajanan yang sehat melalui kantin sekolah dan mengawasi pangan jajan yang dijual di dalam maupun disekitaran sekolah. 2. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi orang tua siswa agar dapat mengawasi, memperhatikan, dan memberi tindakan yang tegas untuk mengatasi pemilihan pangan jajanan yang sering pada anaknya. 3. Bagi Petugas Kesehatan Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan evaluasi kinerja program pengawasan pangan jajanan anak sekolah.
9 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta tahun 2016.