BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua masih berpengaruh dalam. memberikan arahan untuk anak (Santrock, 2008; Wong, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). FAO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara maju. Di Indonesia sejak tahun 1950 sudah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber daya manusia yang memperhatikan beberapa faktor seperti faktor

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jenis pangan jajanan yang beragam di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat sejalan dengan pesatnya pembangunan. Pangan jajanan menurut FAO (1991&2000) adalah makanan dan minuman yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak oleh pedagang kaki lima di tempat produksi ataupun dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lainnya untuk dikonsumsi secara langsung dilokasi jualan atau dikonsumsi tanpa pengolahan dan persiapan lebih lanjut (WHO, 2008). Pangan jajan merupakan salah satu jenis pangan umum yang dikonsumsi masyarakat, khususnya anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli jajanan di sekitar sekolah maupun di dalam kantin sekolah serta pedagang di sekitar rumah. Hampir di setiap sekolah dan sekitaran sekolah banyak dijumpai para pedagang pangan jajanan. Hal ini mendorong timbulnya kebiasaan mengkonsumsi pangan jajanan dan cenderung menjadi bagian budaya dari suatu keluarga yang hampir terjadi di seluruh dunia (Fitri, 2012) Di Amerika, anak usia 6-11 tahun merupakan konsumen terbesar dan tersering dalam mengonsumsi pangan jajan. Trend mengonsumsi snack di Amerika mengalami peningkatan 74% pada tahun 1977-1978 menjadi 98% pada tahun 2003-2006 (Popkin & Piernas, 2010). Di Asia, khususnya Cina terjadi peningkatan konsumsi pangan jajan dari 15,4% pada tahun 1991 menjadi 20,6% pada tahun 2004. 1

2 Di Indonesia menunjukkan bahwa 35 % murid SD membeli pangan jajan di sekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (Hermina, et al 2000 dalam Fitri, 2012). Hasil survey Badan POM RI tahun 2008 menunjukkan bahwa 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun di sekitaran sekolah. Anak sekolah pada umumnya setiap hari menghabiskan 4-5 jam waktunya berada di sekolah dengan kegiatan belajar, bermain, berolahraga dan sebagainya memerlukan energi yang cukup untuk memenuhi asupan gizinya (Safriana, 2012). Pada tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk memperoleh pangan dari luar rumah sebagai pangan jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dapat berdampak positif apabila anak tersebut dapat memilih pangan jajanan yang sehat dan jika dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Namun, jajanan dapat berdampak negatif apabila dikonsumsi berlebihan dan belum terjamin kebersihan dan keamanananya (BPOM, 2005). Berdasarkan hasil pemantauan BPOM tahun 2011 menunjukkan ada 35.5% makanan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat kseamanan. Di seluruh Indonesia pada tahun 2004 telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan sebanyak 164 kejadian di 25 provinsi yang mencakup 7.366 kasus dan 51 diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan data KLB pada jajanan anak sekolah tahun 2004-2006, anak sekolah dasar merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan (BPOM, 2007). Pada tahun 2007, terjadi KLB keracunan pangan sebesar 16% dan makanan berkontribusi sebesar 28,57% sebagai pangan penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan sekolah (BPOM, 2008). Sedangkan pada tahun 2011, berdasarkan Sentra Informasi Keracunan BPOM

3 menunjukkan bahwa sebanyak 132 kasus keracunan nasional disebabkan oleh pangan jajanan anak sekolah menyumbang 13,5% dari kasus keracunan makanan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian sampel pangan jajanan anak sekolah, pada tahun 2010-2013 persentase pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat konsumsi mengalami penurunan dari 44,48% menjadi 19,21%. Namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan persentase pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat konsumsi yaitu 28,82%. Penyebab paling tinggi pangan jajanan yang tidak memenuhi syarat konsumsi yaitu pencemaran mikroba, bahan tambahan pangan (BTP) yang berlebih, dan penggunaan bahan berbahaya. Konsumsi pangan jajanan secara berlebihan dan pemilihan jenis pangan jajanan yang kurang tepat pada anak usia sekolah seperti pemilihan fast food yang sangat rendah kandungan nilai gizinya, kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam bentuk camilan (snack) dan kecenderungan memilih pangan jajanan tinggi lemak menjadi faktor penyebab kelebihan berat badan pada anak (Thasim, dkk 2013). Ketut Sutiari, et al (2010) menyatakan bahwa sebesar 12,82% anak usia sekolah kelebihan berat badan disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, makanan dalam kaleng, makanan-makanan yang banyak dijual dipinggir jalan seperti, bakso, mie, sosis dan pemilihan minuman yang mengandung soda. Berdasarkan studi di Amerika Serikat anak yang mengonsumsi pangan jajanan jenis fast food dan soft drink berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi kebutuhan dan menyebabkan obesitas (Bondika, 2011). Data Riskesdas 2007 menunjukkan, prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar (7-12tahun) sebesar 8,7%. Sedangkan pada Rikesdas 2010 terjadi peningkatan angka prevalensi nasional menjadi 9,7% dan pada tahun 2014 meningkat tajam menjadi 12,3% dengan prevalensi tertinggi terjadi di Jakarta yaitu sebesar 15,3% melebihi angka nasional.

4 Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan di Bali, dimana berdasarkan penelitian Muliani, 2014 menyatakan bahwa prevalensi obesitas ada anak usia sekolah di Bali mencapai 9,8% dan yang tertinggi di Denpasar mencapai 15,2% jauh diatas angka nasional. Obesitas pada anak berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan karena aktivitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan. Obesitas juga berdampak pada psikososial anak seperti kurang percaya diri dan menarik diri dari sosial. Obesitas pada anak dapat mengakibatkan masalah kesehatan dan beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Anak yang mengalami obesitas, 75% akan menderita obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan akibat yang ditimbulkan dari obesitas akan mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri untuk kedepannya (Sartika, 2011). Perilaku pemilihan jajan yang kurang tepat dan berlebih dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti besar uang jajan, pengaruh teman sebaya dan kebiasaan membawa bekal. Menurut penelitian dari Safriana (2012), anak dengan jumlah uang jajan yang tergolong banyak, berpeluang 2,1 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan jajanan. Seseorang yang memiliki uang jajan lebih banyak cenderung memiliki daya beli yang cukup besar, sehingga lebih sering mengeluarkan uang jajan untuk mengonsumsi jajan yang disukai secara berlebihan. Selain itu, pengaruh teman sebaya mempunyai peluang 2,8 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan jajanan dan anak yang tidak biasa membawa bekal ke sekolah mempunyai peluang 4,5 kali untuk berperilaku buruk dalam pemilihan pangan

5 jajanan. Hal ini diindikasi karena anak yang tidak membawa bekal kesekolah memiliki kecenderungan untuk membeli jajan disekolah. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada Anak Sekolah Dasar Negeri Mengingat kota Denpasar merupakan jumlah anak yang banyak, berdekatan dengan pasar, mall, dan fast food, ketersediaan berbagai jenis pangan modern dan tradisional. Rumusan Masalah Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kebiasaan sarapan, kebiasaan membawa bekal, jumlah uang saku, tempat jajan, peranan guru, pengaruh media, dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 3. Apakah ada hubungan antara jumlah uang saku dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 4. Apakah ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar?

6 5. Apakah ada hubungan antara kebiasaan membawa bekal dengan perilaku dan Swasta di Kota Denpasar? 6. Apakah ada hubungan antara tempat jajan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 7. Apakah ada hubungan antara peranan guru dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? 8. Apakah ada hubungan antara pengaruh media massa dengan perilaku dan Swasta di Kota Denpasar? 9. Apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar? Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kebiasaan sarapan, kebiasaan membawa bekal, jumlah uang saku, tempat jajan, peranan guru, pengaruh media massa, dan

7 pengaruh teman sebaya terhadap perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Denpasar 2. Mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku 3. Mengetahui adanya hubungan antara jumlah uang saku dengan perilaku 4. Mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dan membawa bekal dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri 5. Mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan membawa bekal dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri 6. Mengetahui adanya hubungan antara tempat jajan dengan perilaku 7. Mengetahui adanya hubungan antara peranan guru dengan perilaku 8. Mengetahui adanya hubungan antara pengaruh media massa dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri

8 9. Mengetahui adanya hubungan antara teman sebaya dengan perilaku Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan teori di bidang kesehatan masyarakat khususnya gizi dan perilaku anak sekolah dalam pemilihan pangan jajanan. 1.5.2 Manfaat Aplikatif 1. Pihak sekolah Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak sekolah dalam mendidik siswa untuk berprilaku yang baik dengan menyediakan pangan jajanan yang sehat melalui kantin sekolah dan mengawasi pangan jajan yang dijual di dalam maupun disekitaran sekolah. 2. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi orang tua siswa agar dapat mengawasi, memperhatikan, dan memberi tindakan yang tegas untuk mengatasi pemilihan pangan jajanan yang sering pada anaknya. 3. Bagi Petugas Kesehatan Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan evaluasi kinerja program pengawasan pangan jajanan anak sekolah.

9 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pemilihan pangan jajanan anak sekolah pada anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta tahun 2016.