BAB I PENDAHULUAN. dan McAlister (1997) dalam Balaraman et al (2015). Merek private label, juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini tersusun ke dalam enam sub-bab, yang meliputi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kehidupan manusia di berbagai bidang. Bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN. minimarket, supermarket dan hypermarket terus meningkat, hal ini diiringi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dengan pendapatan kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I LATAR BELAKANG. Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. menghasilkan simpulan sebagai berikut : pemasok relatif tinggi, potensi masuknya pendatang baru relatif tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. triliun, naik dibandingkan akhir 2013 yang mencapai Rp 1.661,05 triliun.

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju belakangan ini menyebabkan jenis, mutu, dan harga barang yang dijual

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat kita berbelanja di supermarket, hypermarket maupun minimarket,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I PENDAHULUAN. kini telah bergeser menjadi struktur yang lebih kompetitif (Thanasuta, 2015). Hal ini

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang baik, dan bisa menciptakan kepercayaan pada pembeli.

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah tangga (Ma ruf, 2006:7). Bisnis ritel saat ini perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir perkembangan ekonomi di Indonesia sudah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. beberapa temuan untuk dijadikan kesimpulan. Kesimpulan berdasrkan pada hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara pandang masyarakat tentang bisnis ritel (eceran).

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Kawasan Asia sangat diperhitungkan saat ini,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

Daftar Isi. HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dasar bagi penyusunan strategi pemasaran pada perusahaan. dalam keputusan pembelian yang dilakukan.

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Private label muncul pada 1980-an, ketika merek nasional mendominasi pasar dan meningkatkan harga mereka dengan cepat, seperti ditegaskan oleh Kahn dan McAlister (1997) dalam Balaraman et al (2015). Merek private label, juga dikenal sebagai merek toko, mengacu pada merek-merek yang dimiliki dan dijual melalui rantai spesifik toko. Produk-produk ini biasanya diproduksi oleh pihak ketiga (produsen kontrak) berdasarkan lisensi (Beneke, 2010). Menurut Kumar dan Steenkamp (2007) dalam Jaafar et al (2012) secara tradisional produk bermerek toko dikemas dalam paket berwarna putih dengan jenis huruf hitam dan itu selalu terletak di bagian bawah rak. Namun sekarang kemasan produk bermerek toko sudah sangat inovatif dan colorful. Dalam dekade terakhir, merek toko, dengan pertumbuhan eksponensial mereka, menjadi ancaman kuat untuk merek produsen, hal ini dikemukakan oleh Bao dan Sheng (2011) dalam Horvat dan Dosen (2013). Seperti dikutip dari DelVecchio (2001) dalam Nyengerai et al (2013) bahwa di negara maju, terbukti kehadiran merek toko terutama di sektor bahan makanan telah menantang merek nasional. Kondisi pasar telah menghambat kemampuan pengecer untuk tampil beda sehingga pengecer mulai mengembangkan produk merek toko, secara eksklusif hadir di toko-toko mereka, dalam rangka untuk membedakan diri mereka sendiri dan memperkuat posisi pasar mereka (Horvat dan Dosen, 2013).

2 Merek toko menjadi populer karena harga merek toko lebih rendah dari harga merek nasional (Tochanakrn dan Munkunagorn, 2011). Menurut Walker dalam Beneke (2010) mengakui bahwa merek toko sering dipandang sebagai alternatif kualitas harga yang lebih rendah dan karenanya kalah dengan merek produsen. Verhoef et al dalam Beneke (2010), berpendapat bahwa persepsi ini tampaknya berubah. Pengecer tertentu berusaha untuk memposisikan merek toko mereka sebagai penawaran premium yang bertujuan untuk bersaing langsung dengan merek produsen. Perkembangan merek tokodi Indonesia saat ini sangat pesat. Beberapa ritel modern seperti Hypermarket dan Carrefour berlomba untuk meluncurkan produk dengan merek sendiri (private label). Bahkan, minimarket seperti Indomaret saja telah memiliki sekitar 500 item produk dengan merek tokonya, disusul Alfamart yang diperkirakan memiliki 100 produk merek toko (Tannur, 2013). Kehadiran merek toko sebagai strategi pemasaran produk sudah tidak bisa dihindari. Sekarang ini dipasaran sudah banyak merek toko untuk produk makanan. Menurut Charkraborty dalam Tochanakrn dan Munkunagorn (2011) ada penurunan ekonomi di banyak negara selama abad kesembilan belas. Saat ini kondisi ekonomi yang fluktuatif dan kenaikan biaya hidup adalah masalah yang paling mengkhawatirkan di Indonesia. Hal ini terjadi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan inflasi global. Kondisi ekonomi yang seperti ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan tingkat pendapatan dengan meningkatnya biaya hidup. Oleh karena itu, sebagian besar konsumen mulai mengubah kebiasaan belanja mereka dan menjadi lebih sensitif terhadap harga

3 barang (Jaafar et al., 2012). Munculnya merek toko seakan menjadi solusi ditengah keadaan ekonomi di Indonesia yang sedang fluktuatif. Produk makanan merek toko ini dapat digunakan sebagai produk subtitusi terhadap merek nasional karena harga produknya yang lebih murah hingga 30% (Tannur, 2013). Makanan adalah satu diantara tiga kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Menurut Wardani et al (2012) pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan pada keluarga sejahtera terdiri atas 45,43% dan untuk keluarga pra sejahtera sebesar 59,03%. Besaran angka konsumsi untuk makanan ini menjadikan konsumen harus lebih selektif dalam membelanjakan uangnya. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti apa saja faktor yang mempengaruhi niat beli produk makanan bermerek toko. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian (Jaafar et al., 2012) yang dilakukan di Malaysia. Namun pada penelitian ini akan diterapkan di Indonesia, yang mana penelitian ini bertujuan untuk memahami niat beli konsumen secara umum, khususnya untuk menentukan faktor yang mempengaruhi niat pembelian produk makanan bermerek toko. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk makanan bermerek toko yang akan diteliti adalah variabel ekstrinsik, variabel intrinsik dan variabel sikap konsumen.

4 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah variabel intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko? 2. Apakah variabel ekstrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko? 3. Apakah variabel sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis apakah variabel intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko. 2. Untuk menganalisis apakah variabel ekstrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko. 3. Untuk menganalisisapakah variabel sikap konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk makanan bermerek toko.

5 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, yaitu: 1. Bagi Perusahaan Bermerek Toko Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen perusahaan merek toko dalam proses pemasaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada niat beli terhadap produk makanan bermerek toko yang nantinya digunakan sebagai dasar penentuan strategi pemasaran yang berguna bagi perusahaan. 2. Bagi Mahasiswa Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang pemasaran, khususnya niat beli.