BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

DAFTAR PUSTAKA. BPS Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Jambi. BSN Telur Ayam Konsumsi. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyedia bahan makanan di Indonesia (Lainawa et al., 2015). Usaha ternak puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

PERFORMA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) PADA KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI PAINGAT PARDAMEAN SIPAYUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

EFEK SUPLEMENTASI VITAMIN A DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Kualitas Telur Pertama Burung Puyuh (Coturnix coturnix javonica) Dengan PemberianTepung Daun Pepaya (Carica papaya L) Dalam Ransum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Lingkungan Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona homeostasis (Noor dan Seminar, 2009). Apabila terjadi stress, maka zona homeostasis ini akan terganggu dan tubuh akan berusaha mengembalikan ke kondisi sebelum terjadi stress. Ternak yang menderita stress akan mengalami panting dengan frekuensi yang berbanding lurus dengan tingkat stress. Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap performan unggas. Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 20-25ºC (Tetty, 2002). Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban dalam kandang idealnya 30-80%. (Tetty, 2002). Suhu harian Provinsi Jambi rata-rata maksimumnya mencapai 31,9 C, sedangkan rata-rata minimum mencapai 23,5 C, dengan kelembaban 84,2% (BPS, 2015). Suhu lingkungan yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan dan sebaliknya meningkatkan konsumsi air (North and Bell, 1990). Ternak puyuh yang mengalami stress panas akan menunjukkan banyak minum, nafsu makan menurun dan merentangkan sayap dan panting (Tamzil, 2014) 2.2. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Puyuh ini termasuk family phasianidae dan ordo galliformes. Puyuh dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama setahun. Betina mulai bertelur pada umur 42 hari. Telur puyuh berwarna coklat, biru, putih dengan bintik-bintik hitam (Listiyowati dan Roospitasari, 2009). Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, mencapai dewasa kelamin dalam waktu singkat, sekitar 6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16-17 hari (Tetty, 2002).. 3

Menurut Pappas (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Aves Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Coturnix Species : Coturnix-coturnix japonica 2.3. Akar Alang-alang Keberadaan alang-alang yang dianggap merugikan dan mengganggu ini ternyata tidak seperti yang diperkirakan orang selama ini. Karena menurut pengamatan dan penelitian yang dilakukan, alang-alang mempunyai manfaat yang banyak seperti : sebagai bahan penutup tanah yang tidak diusahakan dalam bentuk mulsa atau serasah agar terhindar dari erosi, daun batang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, atap rumah, bahan pabrik kertas, bahan kerajinan, sedangkan akarnya dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan secara tradisional (Sukman dan Yakup, 1995). Menurut Suratman et. al. (2003), akar alang-alang mengandung monitol, glukosa, sakarosa, dan unsur kalium yang berguna untuk memperlancar pengeluaran urin (diuretik), serta zat flavonoid sebagai antipiretik (penurun panas) (Chairul, 2000). Zat flavonoid yang berefek antipiretik dapat larut dalam air dengan perebusan pada suhu 70-80 C (Harborne, 1996). 2.4. Flavonoid Yulrahmen (2008), menyatakan bahwa flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar, flavonoid merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning yang ditemukan dalam tumbuhan. Selain itu flavonoid dapat larut dalam air. Flavonoid terdiri dari beberapa sub kelas seperti flavone, flavonol, flavanonol, flavanon, flavan dan antosianin. Biasanya yang memberi pigmen warna kuning adalah golongan flavonol dan flavon (Rahmat, 2009). Selain warna 4

kuning flavonoid merupakan pigmen warna merah, ungu dan biru pada tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, 2 cincin benzena (C6) terikat pada rantai propana (C3) sehingga membentuk susunan C8-C3-C6 (Yulrahmen, 2008). Efek dari flavonoid terhadap stress panas akan bekerja efektif pada suhu di atas 34 C (Sahin, et. al., 2003) Kartika et. al. (2012), menyatakan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam akar alang-alang dapat bermanfaat sebagai diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat meningkatkan produksi urin dan garam natrium. Natrium dikeluarkan bersama klorida dalam bentuk NaCl. Efek diuretik akibat adanya kandungan ion K + dalam akar alang-alang yang berhubungan erat dengan reabsorpsi Na + dan Cl -. Peningkatan ion K + dalam plasma setelah pemberian akar alang-alang dapat memberikan efek diuretik sehingga volume urin menjadi meningkat. Peningkatan volume urin merupakan jalan untuk pengeluaran panas tubuh ternak, sehingga suhu tubuh dapat diturunkan (Suratman et. al, 2003). 2.5. Konsumsi Pakan dan Air Minum Menurut Listiyowati dan Roospitasari (1992), menyatakan bahwa kebutuhan pakan puyuh disesuaikan berdasarkan umur yaitu, umur 0-1 minggu jumlah pakan diberikan 2 gram/ekor/hari, umur 1-2 minggu jumlah pakan yang diberikan 4 gram/ekor/hari, umur 2-4 minggu jumlah pakan 8 gram/ekor/hari, umur 4-5 minggu jumlah pakan 13 gram/ekor/hari, umur 5-6 minggu jumlah pakan diberikan 15 gram/ekor/hari, umur 7-18 minggu jumlah pakan yang diberikan 19 gram/ekor/hari, dan kebutuhan protein untuk puyuh petelur 18-20%. Ulfah (2014) menunjukkan konsumsi pakan puyuh sebesar 23,35 g/ekor/hari. Konsumsi pakan dipengaruhi diantaranya bobot badan dan ukuran tubuh (North and Bell, 1990). Puyuh membutuhkan air untuk dikonsumsi sesuai kebutuhannya. Pemberian air minum pada puyuh biasanya dilakukan tanpa pembatasan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak buruk terhadap pertumbuhan dan kualitas telurnya. Konsumsi air minum puyuh perbandingannya dua kali dari konsumsi pakannya. Hasil penelitian Widyastuti et. al. (2014), menyatakan bahwa konsumsi air minum puyuh umur 3-10 minggu adalah 301.77 ml/ekor/minggu 5

atau konsumsi hariannya 43,11 ml/ekor. Pada suhu normal konsumsi air minum unggas adalah 1,6 2,0 kali dari konsumsi pakan, namun saat mengalami stress konsumsi air minum dapat mencapai 3-4 kali konsumsi pakan (Church and Pond, 1988). 2.6. Proses Pembentukan Telur Pembentukan telur dimulai dengan pembentukan kuning telur di dalam ovarium. Menurut (Rasyaf, 1991), bahwa ovarium dari bangsa unggas terdiri dari 3000 calon kuning telur dan dari sejumlah itu ada sekitar 5-6 kuning telur yang lebih besar atau disebut folikel. Folikel yang besar berwarna lebih keputihan. Calon kuning telur berkembang sempurna menjadi kuning telur dan mendekati stigma sehingga terjadi penyobekan stigma. Kuning telur keluar dari ovarium dan ditangkap oleh infundibulum (funnel), kuning telur dalam infundibulum terjadi fertilisasi dan telur berada di infundibulum selama 15 menit (Parkhust and Moutney, 1995). Kuning telur stelah di infundibulum masuk ke daerah dan berada di magnum selama 3 jam. Saat di magnum terjadi albumenisasi (pembentukan putih telur) dengan penambahan bahan protein padat, ion anorganik dan air. Putih telur ini terdiri dari tiga protein yaitu mucin dan globulin sebesar 10% dan albumin 90% dari total putih telur. Ketiga protein putih telur ini memegang peranan penting dalam pembentukan struktur fisik putih telur (Rasyaf, 1991). Setelah di magnum kuning telur yang dikelilingi putih telur masuk ke daerah isthmus. Saat di isthmus terjadi pembentukan membran sel atau kerabang tipis dari serat mucin dan penyerapan air. Kuning telur di isthmus berada selama 1,25 jam (Rasyaf, 1991). Kemudian kuning telur yang dilapisi membran sel atau kerabang tipis masuk ke daerah uterus. Saaat di uterus kuning telur yang dilapisi kerabang tipis berada selama 20 jam. Dan dua sampai lima jam pertama terjadi penyerapan air dan mineral (pemisahan putih telur cair dan padat) (Rasyaf, 1991). 2-5 jam pertama di uterus terjadi kalsifikasi/pembentukan kerabang telur lalu di dalam uterus juga terjadi pemberian warna pada kerabang telur. Sebelum telur di keluarkan terjadi proses rotasi pada telur yang menyebabkan posisi ujung telur tumpul yang keluar lebih dulu. Pembentukan kantong udara biasanya setelah telur 6

berada di luar tubuh unggas yang diakibatkan oleh perbedaan suhu baik suhu dalam telur yang lebih panas dibandingkan suhu luar. 2.7. Kualitas Telur Penentuan dan pengukuran kualitas telur mencakup dua hal yakni kualitas eksterior dan kualitas interior. Kualitas eksterior meliputi berat telur, tebal kerabang, warna kerabang, bentuk dan ukuran telur (indeks telur). Sedangkan kualitas interior meliputi nilai haugh unit (HU), indeks putih telur, indeks kuning telur dan warna kuning telur (Stadelman and Cotteriil, 1995). Berat telur puyuh bervariasi yakni antara 10-15 gram. Berat telur puyuh yang terberat adalah 10,8 gram pada periode pertelur 28 minggu (Nugroho dan Mayun, 1990). Berat telur ditentukan oleh banyak faktor termasuk genetik, pakan, umur dan lingkungan. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam amino dalam pakan yang cukup. Berat telur ditentukan oleh banyak faktor termasuk genetik, pakan, umur dan lingkungan. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam amino dalam pakan yang cukup. Yuwanta (2010) yang menyatakan bahwa berat telur puyuh normal adalah antara 8-10 g. Kualitas kerabang telur dilakukan dengan pengukuran kerabang telur yang terbagi di dalam dua kategori yaitu kategori destruktif dan non destruktif. Metode destruktif terdiri atas: tebal kerabang telur, berat dan persentase kerabang telur, indeks kerabang telur dan kekuatan tekan. Sedangkan metode non destruktif terdiri atas grafitasi spesifik dan elastisitas kerabang telur (Yuwanta, 2007) Telur yang baik ialah telur yang memilki kerabang yang kuat sehingga dapat terhindar dari resiko pecah selama perjalanan. Ketebalan kerabang sangat menentukan kualitas telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam (Anggorodi, 1985). Pembentukan kerabang telur memerlukan pemasukan ion-ion Ca yang cukup dan ion-ion karbonat untuk pembentukan kerabang telur (Wahju, 1985). Tebal kerabang telur menurut Faizah (2014) yaitu sebesar 0.17 mm. Karakteristik spesifik terhadap putih telur adalah kandungan protein (lisosim) yang berperan terhadap kualitas putih telur yang digambarkan pada 7

kekentalan putih telur yang meliputi putih telur kental dan encer yang merupakan pembungkus dari kuning telur ketika telur dipecah di atas kaca, maka terlihat bahwa putih telur kental melekat pada kuning telur dan menutup permukaan kuning telur (Yuwanta, 2007). Pengukuran nilai dari kuning telur dilakukan dengan menggunakan indeks kuning telur yaitu perbandingan antara tinggi dengan diameter kuning telur. Yuwanta (2007), menyatakan bahwa warna kuning telur merupakan kriteria ketiga tentang kualitas isi telur. Warna kuning telur yang baik bervariasi antara nilai 9-10 pada skala roche. Rata-rata warna kuning telur yang beredar di pasaran adalah 8 sementara di Eropa menginginkan nilai 10-11 roche. Pakan yang mengandung 20 ppm xantofil/kg pakan sudah cukup untuk memberikan warna kuning telur 10 roche (Yuwanta, 2007). Menurut Buckle et. al. (1987), indeks putih bervariasi antara 0,054 sampai dengan 0,174. Indeks putih telur (albumen) adalah rasio tinggi putih kental terhadap rata-rata diameter terpanjang dan terpendek dari putih. Telur dipecahkan dan diletakkan di atas kaca. Kemudian tinggi dan diameter putih telur diukur. Menurut hasil penelitian Sihombing (2006), rata-rata indeks kuning telur yang diberi perlakuan penambahan zeolit sampai dengan 10% dalam pakan pada puyuh umur 6 minggu atau siap bertelur, yaitu sebesar 0,462 mm. Suprijatna et. al. (2008) mengukur rata-rata indeks telur yang diberi suplementasi enzim komersial dalam pakan protein rendah pada puyuh umur 7 minggu, yaitu sebesar 0,414 mm. Komposisi zat makanan pakan pada perlakuan tersebut adalah 20,1% protein kasar, 3,38% lemak, 8,96% serat kasar, 1,19% kalsium, dan 0,53% fosfor. Hazim et. al. (2011) mengukur rata-rata indeks kuning telur sebesar 0,46 mm. Haugh Unit merupakan nilai yang mencerminkan keadaan putih telur yang berguna untuk menentukan kualitas telur. Yuwanta (2004), menyatakan karakter yang lebih spesifik pada putih telur adalah kandungan protein (lisosim), yang berpengaruh pada kualitas putih telur (kekentalan putih telur baik yang kental maupun encer) yang merupakan pembungkus kuning telur. Kurnia et. al. (2012), menyatakan bahwa metionin merupakan asam amino pembatas pertama atau asam amino kritis pertama yang sering mempengaruhi pembentukan struktur putih dan mempengaruhi pemantapan jala-jala ovomusin. 8

Dengan demikian, semakin terpenuhinya metionin maka semakin mantap pembentukan ovomusin. Ovomusin sangat berperan dalam pengikatan air untuk membentuk struktur gel putih, jika jala-jala ovomusin banyak dan kuat maka putih akan semakin kental yang berarti viskositas putih tinggi seperti yang diperlihatkan dari indikator Haugh Unit. USDA (2000) menyatakan bahwa telur yang berkualitas AA mempunyai nilai HU lebih dari 72, kualitas A 60-72, kualitas B 31-60, dan kualitas C kurang dari 31. Putih telur adalah salah satu indikasi dalam menentukan kualitas telur yang berhubungan dengan nilai haugh unit. Semakin tinggi bagian putih telur kental, semakin tinggi nilai HU dan semakin tinggi kualitas telur (Stadelman and Cotteriil, 1995). Menurut hasil penelitian Suprijatna et. al. (2008) nilai haugh unit telur yang diberi suplementasi enzim komersial dalam pakan protein rendah pada puyuh umur 7 minggu, yaitu sebesar 62,83. Hazim et. al. (2011), menyatakan bahwa rata-rata nilai haugh unit telur puyuh sebesar 87,57. Putih telur tersusun atas empat lapisan yang berbeda yaitu lapisan encer luar (hampir dekat dengan membran luar kerabang) sebesar 23%, lapisan kental luar sebesar 57%, lapisan encer dalam sebesar 19% dan lapisan kental sebesar 11% dengan khalaza. Perbedaan kekentalan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan air pada masing masing lapisan tersebut. Bagian putih telur yang mengikat putih telur dengan kuning telur adalah khalaza. Khalaza adalah serabut-serabut protein telur yang membentuk spiral. Susunan putih telur berubah tergantung pada umur bertelur induk, kondisi lingkungan, ukuran telur dan tingkat produksi (Mine, 2008). 9