BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan &

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

menahan gaya yang bekerja. Beton ditujukan untuk menahan tekan dan baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Struktur Beton Bertulang

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerbit Universiras SematangISBN X Judul Struktur Beton

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG TULANGAN GANDA ABSTRAK

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

Bab II STUDI PUSTAKA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Desain Elemen Lentur Sesuai SNI

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U DI DAERAH TARIK ANDREANUS MOOY TAMBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI. campuran beton yang memiliki kuat desak tinggi tetapi kuat tarik rendali. Dan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

REKAYASA TULANGAN SENGKANG VERTIKAL PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Tegangan Dalam Balok

ANALISA LENTUR DAN EKSPERIMENTAL PENAMBAHAN MUTU BETON PADA DAERAH TEKAN BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB V BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Beton merupakan salah satu bahan/ material yang paling banyak dan mendominasi pemakaian bahan konstruksi di bidang teknik sipil, baik pada bangunan gedung, jembatan, bendung, maupun konstruksi yang lain. Hal ini disebabkan bahan pembuatan beton mudah didapat, lebih murah, peraktis dalam pengerjaannya dan mampu memikul beban yang cukup besar. Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air, agregat haluas (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil). Terkadang ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai bahan ikat, sedangkan pasir dan kerikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan sekaligus sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen. Ikatan antara pasta semen dengan agregat ini menjadi satu kesatuan yang kompak dan akhirnya dengan berjalan waktu akan menjadi keras serda padat Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9%- 15% saja dari kuat tekannya. ada penggunaan beton sebagai komponen struktural bangunan, umumnya diperkuat dengan batang seperti tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Dalam hal ini batang tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan menahan gaya tekan. Komponen dengan susunan tersebut disebut dengan struktur beton bertulang. 8

Kerja sama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan sebagai berikut: 1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran di antara keduanya. 2. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat pada baja. 3. Angka muai kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat celcius angka muai beton 0,00001 sampai 0,000013, sedangkan baja 0,000013, sehingga perbedaan nilai muai dapat diabaikan. 2.2. Sifat Bahan 2.2.1. Bahan Beton ada beton bertulang, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana perilaku komponen struktur pada waktu menahan berbagai beban antara lain: gaya aksial, lenturan, gaya geser, puntiran ataupun merupakan gabungan dari gaya-gaya tersebut. erilaku tersebut tergantung pada hubungan tegangan-regangan yang terjadi pada beton dan juga jenis tengangan yang dapat ditahannya. Karena kelemahan beton, maka yang diperhitungkan adalah beban yang bekerja dengan baik pada daerah tekan penampang, dan hubungan tegangan-regangan yang timbul karena pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan. Hubungan tegangan-regangan pada beton di daerah yang mengalami tekan dapat dilihat pada gambar berikut: 9

Gambar 2.1 Regangan-Tegangan Beton Kuat tekan beton diwakili dengan tegangan tekan maksimum (f c) dengan satuan N/mm 2 atau Mpa dan dalam satuan SI menjadi kg/cm 2. Dan untuk struktur beton bertulang pada umur 28 hari umumnya memiliki kuat tekan 17-30 Mpa, dan struktur beton pratekan dibutuhkan memiliki kuat tekan 30-45 Mpa. Untuk keperluan khusus, beton ready-mix mampu menghasilkan 62 Mpa. Kuat tekan bton (f c) yang diperoleh dari pengujian standar ASTM (American Society for Testing Materials) C39-86, bukanlah tegangan yang timbul pada saat beton hancur, melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton (ε b ) mencapai nilai ± 0,002. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada beton dengan berbagai mutu. 10

Gambar 2.2. Berbagai Kuat Tekan Beton Sesuai dengan teori elastisitas bahwa kemiringan kurva kuat tekan beton pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastisitasnya. Karena kurva pada beton berbentuk lengkung, berarti nilai regangan tidak berbanding lurus dengan tegangan berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus elastisitas berubahubah sesuai dengan kekuatannya. Sesuai dengan SNI T 15 199 03, bahwa penetapan modulus elastisitas beton sebagai berikut: Dimana: Ec = modulus elastisitas beton (Mpa) Wc = berat isi beton Kg/M...2.2 f c = kuat tekan beton (Ma). Rumus empiris tersebut hanya untuk beton dengan berat isi berkisar antara 1500 2500 Kg/M.. Untuk beton dengan kepadatan normal berat isi ± 23 Kg/M. dapat digunakan nilai Ec 4700 f ' c. 11

Tabel 2.1. Nilai Modulus Elastisitas Beton (Ec) berbagai mutu beton f c (Mpa) Ec (Mpa) 17 19500 20 21000 25 23500 30 25700 35 27800 40 29700 Sumber : Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo. 2.2.2. Bahan Baja Tulangan. Sifat umum dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Untuk itu agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul di dalam struktur tersebut. Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan perencanaan beton bertulang adalah tegangan leleh (fy) dan modulus elastisitas (Es). Suatu diagram hubungan regangan-tegangan tipikal untuk batang tulangan baja dapat dilihat pada gambar berikut: 12

Gambar 2.3. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Tegangan leleh (fy) adalah tegangan baja pada saat mana meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Menurut SK SNI T 15 199 03 bahwa modulus elastisitas baja (Es) adalah 200000 Mpa, sedangkan modulus elastisitas untuk beton prategang harus dibuktikan melalui pengujian. 2.3. Lentur Murni Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni dianalisis, pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi beban lentur murni adalah : 1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai kekuatan tarik. 13

2. erubahan bentuk tanpa berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan tarik dan tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak tiap serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang kita kenal, yaitu penampang bidang datar akan tetap berupa bidang datar. 3. Hubungan antara tegangan (σs) dan regangan (εs) dapat dinyatakan secara skematis. Untuk menentukan kuat lentur berlaku rumus sebagai berikut : 1 wac lt = 2 (1) I M. c lt = (2) 1 3 bh 2 Tinjauan sebuah balok beton bertulang tertumpu bebas dengan dua beban terpusat di atasnya, bila berat balok sendiri diabaikan, maka diagram gaya lintang dan diagram momen lentur disajikan dalam gambar sebagai berikut: A B a V= + L-2.a a M = Va V= - Gambar 2.4 Balok Dibebani Lentur Murni Di antara kedua beban gaya lintang V adalah nol dan momen lentur M konstan, sehingga balok ini mendapat beban lentur murni. 14

Berdasarkan anggapan-anggapan yang telah ditemukan di atas, dapat dilakukan pengujian regangan, tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada penampang balok yang menahan momen lentur, yaitu momen akibat beban luar yang timbul akibat keruntuhan. Selama tegangan tarik pada penampang tidak melebihi kuat tarik beton f c penampang tersebut belum retak, di mana kuat tarik beton sekitar 0,7 f'c.. Keadaan ini disajikan pada gambar 2.5 untuk penampang balok yang diberi beban momen lentur dengan lebar b dan tinggi efektif d. Tinggi daerah (yang diarsir) adalah c, sedangkan regangan tekan dan regangan tarik (dalam beton dan baja) berbanding lurus dengan jarak terhadap garis netral (gambar 2.6). Gambar 2.4. Menyatakan distribusi tegangan pada bagian yang belum retak. Tegangan tarik maksimum beton fc masih kecil, diagram distribusi masih linier. Bila beban pada balok diperbesar, σc akan melebihi fc, beton akan retak, akibat gaya tarik dilawan tulangan, sedangkan diagram distribusi tegangan tekan pada beton berubah menjadi bentuk lengkung yang lebih mendekati diagram teganganregangan yang sebenarnya. ada saat balok hancur distribusi tegangan pada penampang adalah sesuai dengan gambar 2.5. pada daerah tekan, hubungan antara teganganregangan sesuai dengan diagram σ ε yang sebenarnya bagi beton. Tegangan pada serat atas sama dengan tegangan tekan hancur σ cu, sedangkan pada daerah tekan telah mencapai tinggi minimum cu, bagian daerah tarik yang tidak retak sangat kecil dan dapat diabaikan, tegangan pada tulangan beton dapat dianggap sama dengan tegangan leleh σy. 15

ɛ c σ c f c h d c cu ND b ɛ s σ s f c (a) (b) (c) NT Gambar 2.5. Distribusi Tegangan-Regangan ada enampang Beton Bertulang Dengan Momen Yang Semakin Besar 2.4. Kuat Lentur Balok ersegi Telah ditemukan bahwa distribusi tegangan tekan beton pada penampang bentuknya setara dengan kurva tegangan-regangan tekan beton. Bentuk distribusi tegangan tersebut berupa garis lengkung dengan nilai nol pada garis netral, seperti pada gambar berikut : ɛ c = 0,003 c ND h d z b ɛ s ɛ y NT f s = f y Gambar 2.6. Diagram Tegangan Dan Regangan Berdasarkan anggapan-anggapan seperti yang telah dikemukakan di atas, dapat dilakukan pengujian regangan, tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada penampang balok yang bekerja menahan momen batas yaitu momen akibat beban luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. 16

Kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan-regangan dalam yang timbul di dalam balok, pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam. N D adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante gaya tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangakan N T adalah resultante gaya tarik dalam, merupakan jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk daerah di bawah garis netral. Kedua gaya ini arah garis netralnya sejajar, sama besar tapi berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk Koppel kuat lentur, atau momen tahanan penampang komponen struktur tersebut. Menentukan momen tahanan dalam merupakan hal yang kompleks sehubung dengan diagram tegangan tekan di atas garis netral yang membentuk garis lengkung. Kesulitan tidak hanya pada waktu menghitung besarnya N D, tetapi juga menentukan letak garis netral kerja gaya relatif terhadap pusat berat tulangan baja tarik. Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney telah mengusulkan bentuk persegi panjang sebagai distribusi tegangan tekan beton ekivalen. Standard SK SNI T 15 199 03 juga menetapkan bentuk tersebut sebagai ketentuan, meskipun pada ayat 6 tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk-bentuk yang lain, sepanjang hal tersebut merupakan hasil-hasil pengujian. Gambar 2.7. Diagram Tegangan 17

Berdasarkan bentuk empat persegi panjang seperti tampak pada gambar, intensitas tegangan tekan beton rata-rata ditentukan sebesar 0,85f c dan dianggap bekerja pada daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam a, yang mana besarnya ditentukan dengan rumus : a = β 1.c. 2.1 Dimana : c = jarak serat terluar ke garis netral β 1 = konstanta merupakan fungsi dari kuat tekan. Standar SK SNI T 15 199 03, menetapkan nilai β1 = 0,85 untuk f c 30 Mpa, berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 Mpa kuat beton dan nilai tersebut tidak boleh kurang dari 0,65. 2.5 Metode erkuatan Struktur Beton Bertulang Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah : a. Memperpendek bentang (L) dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan konstruksi baja. b. Memperbesar dimensi lebar balok (b) dan tinggi balok (h) dari pada konstruksi beton. c. Menambah plat baja. Dari metode perkuatan di atas, ada beberapa kendala yang dijumpai di lapangan sebagi berikut: 1. Waktu pelaksanaan yang lama (menunggu proses pengeringan dari material perkuatan hingga mampu memikul beban). 2. erlunya ruang kerja yang cukup luas sehingga harus menghentikan aktifitas dan juga harus membongkar terlebih dahulu plumbing maupun 18

ducting AC yang ada. 3. erlunya alat bantu seperti penyanggah sementara dll. 4. Adanya sambungan-sambungan apabila bentang yang harus diperkuat cukup panjang (metode perkuatan dengan plat baja). 5. erlunya lapisan pelindung untuk meningkatkan keawetan terhadap korosi. Sejak tahun 90-an, mulai banyak digunakan metode baru dalam melakukan perkuatan yaitu dengan menggunakan Fiber Reinforced lastic (FR). rinsip metode perkuatan dengan menggunakan FR menyerupai penggunaan elat Baja. Tiga prinsip penggunaan FR dalam perkuatan struktur adalah : 1. Meningkatkan kapasitas momen lentur pada balok atau plat dengan menambahkan FR pada bagian tarik. 2. Meningkatkan kapasitas geser pada balok dengan menambahkan FR di bagian sisi pada daerah geser. 3. Meningkatkan kapasitas beban axial dan geser pada kolom dengan menambahkan FR di sekeliling kolom. FR dapat digunakan pada perkuatan : - Lentur baik pada balok dan plat, bagian tumpuan maupun lapangan - Geser pada balok dan kolom - Axial pada kolom - Lentur pada dinding (dinding penahan, silo dll) 19

2.6. erilaku Defleksi ada Balok Apabila balok beton bertulang dibebani secara berangsur angsur mulai dari nol hingga mencapai suatu harga yang menyebabkan balok tersebut, maka hubungan antara beban defleksi pada balok beton bertulang dapat diidealisasikan menjadi bentuk trilinier seperti berikut: Gambar 2.8. Hubungan Antara Beban Dan Defleksi ada Balok Beton Bertulang Keterangan : Daerah I Daerah II : Taraf praretak, di mana batang-batang strukturnya bebas retak. : Taraf paska retak, di mana batang-batang strukturalnya mengalami retak terkontrol baik distribusinya maupun lebarnya. Daerah III : Taraf paska serviceability, di mana tegangan pada tulangan tarik sudah mencapai tegangan lelehnya. ada praretak, kurva dari beban defleksi masih merupakan garis lurus yang memperlihatkan perilaku elastis penuh. Tegangan tarik maksimum pada balok dalam daerah ini masih lebih kecil dari tegangan tarik ijinnya. Kekuatan lentur EI balok dapat diestimasi dengan menggunakan modulus young (Ec) dari beton dan momen inersia penampang beton bertulang tak retak. 20

Daerah praretak diakhiri dengan mulainya retak pertama dan mulai bergerak menuju daerah II pada gambar 2.8 di atas. Hampir semua balok beton bertulang berada di daerah ini pada saat beban bekerja. Taraf keretakan di sepanjang balok bervariasi sesuai dengan taraf regangan dan defleksi pada masing masing bagian. Untuk suatu balok di atas tumpuan sendi-rol retak akan semakin lebar pada daerah lapangan dan semakin ke arah tumpuan retak semakin kecil. ada daerah tumpuan kemungkinan hanya mengalami retak halus yang tidak lebar. Apabila terjadi retak, konstribusi kekuatan tarik beton sudah dikatakan tidak ada lagi. Berarti kekuatan lentur penampangnya telah berkurang hingga kurva beban defleksi di daerah ini semakin landai dibandingkan dengan taraf praretak. Semakin besar retaknya, akan semakin berkurang kekuatannya hingga mencapai suatu harga berupa batas bawah. ada saat mencapai keadaan limit beban retak bekerja, distribusi beton tarik terhadap kekuatan dapat diabaikan. Momen inersia penampang retak (Icr) dapat dihitung dengan menggunakan prinsip dasar matematika. Diagram beban defleksi pada daerah II gambar 2.8 jauh lebih datar dibanding dengan daerah sebelumnya. Ini diakibatkan oleh berkurangnya luasan penampang karena retak yang cukup banyak dan lebar di sepanjang batang. Jika beban terus bertambah, regangan tulangan pada sisi yang tertarik akan terus bertambah melebihi regangan lelehnya tanpa adanya tegangan tambahan. Bisa terus mengalami defleksi tanpa adanya beban tambahan dan retaknya semakin terbuka hingga garis netralnya terus mendekati garis tepi yang tertekan. ada akhirnya terjadi keruntuhan tekan sekunder yang dapat mengakibatkan kehancuran total pada daerah momen maksimum dan diikuti keruntuhan. 21

2.7. Keruntuhan Lentur Akibat Kondisi Batas (Ultimate) Menurut catatan sejarah, sebenarnya perencanaan kuat batas adalah yang pertama digunakan dalam perencanaan struktur beton. Itu dapat dimengerti karena beban atau momen batas (ultimate) dapat dicari langsung berdasarkan percobaan uji beban tanpa perlu mengetahui besaran atau distribusi tegangan internal pada penampang struktur yang di uji. Untuk menjelaskan defenisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan kekuatan batas atau kuat ultimate, maka akan ditinjau struktur balok beton bertulang yang diberi beban terpusat secara bertahap sampai runtuh (tidak kuat menerima tambahan beban lagi). Keruntuhan yang akan ditinjau adalah lentur. Agar dapat diperoleh suatu keruntuhan lentur murni maka digunakan konfigurasi dua buah beban terpusat yang diletakkan simetri sehingga di tengah bentang struktur tersebut hanya timbul momen lentur saja (tidak ada gaya geser). Region Show in Reinforcement (b) Stage A Before craking Strains Stresses Compressive Crack Tensil Strain Stresses (a) Stage C After craking, before yield, service load Crushed concrete Shear Cracks Fs > fy Strains Stresses (c) Stage E - Failure Gambar 2.9. Balok Yang Dibebani Sampai Runtuh 22

enampang di tengah diberi sensor-sensor regangan untuk mengetahui tegangan yang terjadi. Beban diberikan secara bertahap dan dilakukan pencatatan lendutan di tengah bentang sehingga dapat diperoleh kurva hubungan momen dan kelengkungan untuk setiap tahapan beban sampai beton maksimum sebelum balok tersebut runtuh. Gambar 2.10 Kurva Momen-Kelengkungan Balok Baja leleh terlebih dahulu (Titik D). Jika beban terus ditingkatkan, meskipun besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi lendutan yang terjadi cukup besar dibandingkan lendutan sebelum leleh. Akhirnya pada suatu titik tertentu beton desak mengalami rusak (pecah atau spalling) sedemikian sehingga jika beban ditambah sedikit saja maka balok tidak dapat lagi menahan beban dan akhirnya runtuh. Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul oleh balok dengan tetap berada pada kondisi keseimbangan disebut beban batas (ultimate) ditunjukkan oleh titik E. 23

Keruntuhan yang didahului oleh lendutan atau deformasi yang besar seperti yang diperlihatkan pada balok di atas disebut keruntuhan yang bersifat daktail. Sifat seperti itu dapat dijadikan peringatan dini mengenai kemungkinan akan adanya keruntuhan sehingga pengguna struktur bangunan mempunyai waktu untuk menghindari struktur tersebut sebelum benar-benar runtuh, dengan demikian jatuhnya korban jiwa dapat dihindari. Keruntuhan lentur tersebut dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda : 1. Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu apabila regangan baja (ε s ) lebih besar dari regangan beton (ε y ). penampang seperti itu disebut penampang under-reinforced, perilakunya sama seperti yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi yang besar sebelum runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan berperilaku seperti itu. 2. Keruntuhan Tekan, terjadi bila jumlah tulangan relatif banyak maka keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis, yaitu apabila regangan baja (ε s ) lebih kecil dari regangan beton (ε y ). enampang seperti itu disebut penampang over-reinvorced, sifat keruntuhannya adalah getas (non-daktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan pertanda bilamana struktur tersebut mau runtuh, sehingga tidak ada kesempatan untuk menghindarinya terlebih dahulu. 3. Keruntuhan Seimbang, jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya, yaitu apabila regangan baja (ε s ) sama besar denga regangan beton (ε y ). Jumlah penulangan yang menyebabkan keruntuhan balans dapat dijadikan acuan 24

untuk menentukan apakah tulangan relatif sedikit atau tidak, sehingga sifat keruntuhan daktail atau sebaliknya. Gambar 2.11 erilaku Keruntuhan Balok (Dikutip dari buku Wiryanto Dewobroto, Aplikasi Rekayasa Konstruksi) Struktur pada balok memiliki pola vertikal dan diagonal, selain itu terdapat juga pola retak retak rambut, retak lentur, retak geser seperti yang terlihat pada gambar berikut: Retak Horizontal Sejajar Tulangan Lentur /2 TENGAH BALOK Daerah Lepasnya Selimut Beton Retak Geser Kritis elat Lem Gambar 2.12 Keruntuhan Geset yang Getas ada balok dengan pelat 25

Gambar 2.13 ola Retak Geser Saat Runtuh di Tengah Bentang ada Balok Keretakan balok dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari: a. Retak lentur yang memiliki pola vertikal atau tegak. Retak lentur biasanya terjadi disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan balok. b. Retak geser yang memiliki pola diagonal/miring. Retak geser terjadi setelah adanya retak lentur yang memiliki pola vertikal. Retak geser terjadi pada balok yang menggunakan perkuatan dengan pelat baja 26

2.8. Formula erkuatan Lentur Dengan SK SNI a. Balok Beton Tanpa Menggunakan elat Baja Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs =fy dan fs=fy As 2 = As As = A s1 + A s2 As 1 = A s A s Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs = fy dan fs = fy ε fy = E 368,24 = 200000 s = s 0,0018 Menentukan letak garis netral (0,003). d c = 0, 003 + ε y a = β. c β 1 =0,85 (SKSNI pasal 3.3.2, β = 0,85 ) f c 30 Mpa ε 0,003 27

f c d 600 c Dengan kesetimbangan gaya: N D M n1 = N T = As1*fy (d ½.a) Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik: M n2 = A s fs (d d ) M u = M n1 + M n2 Menghitung Reaksi ΣM B = 0 R A * L (2/3L) (1/3 L) = 0 R A * L = 2/3L + 1/3L R A = a. Menghitung Momen x = 1/3L Mu = R A * x = x 1/3 L = 1/3 L x = 2/3L Mu = R A * x (x 1/3L) = Ra* x (2/3L 1/3L) = 2/3L 1/3L = 1/3 L Mu = 1/3 L Dengan kesetimbangan gaya : N D = N T M n1 = A s1 * fy (d- ½ a) 28

Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik : M n2 = A s fy(d-d ) M u = M n1 + M n2 Mu = 1/3 b. Balok Beton Dengan Menggunakan elat Baja Setelah retak, saat beban ultimate Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs =fy dan fs=fy Tetapi tegangan pelat baja belum meleleh As 2 = As As = A s1 + A s2 As 1 = A s A s A pelat baja ε = s1 fy E s 29

ε s = fy E s + ε s1 Menentukan letak garis netral (0,003). h c = 0, 003 + ε y a = β. c β 1 =0,85 (SKSNI pasal 3.3.2, β = 0,85 ) f c 30 Mpa ε c d 0,003 c f c d 600 c Dengan kesetimbangan gaya: Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik: N D M n Mu = N T = A s1 * fy (d ½a) + A s fy(d d ) + A pelat baja.fy pelat baja. (h ½a) = 1/3 L 2.9. Momen Inersia enampang Retak Untuk menghitung momen inersia penampang retak I cr beton bertulang yang merupakan bahan komposit digunakan metode transformasi luas penampang bahan. Luas penampang batang tulangan baja yang terdapat pada penampang bahan. Luas penampang batang tulangan baja yang terdapat pada penampang komponen fiktif setara A eq, yang dianggap mampu menahan gaya tarik. enentuan nilai A eq didasarkan pada teori mekanika bahan, di mana apabila dua bahan elastik yang berbeda mengalami regangan yang sama, tegangan yang terjadi pada masing masing bahan akan setara dengan nilai banding modulus elastisitasnya. Dengan menggunakan notasi sebagai berikut: 30

f s = tegangan baja tarik f ct(tarik) = tegangan tarik beton teoritis pada kedudukan tulangan baja tarik E s E c = modulus elastisitas baja = modulus elastisitas beton f E f E f E f E n f Secara teoritis tulangan baja digantikan fungsinya oleh suatu luasan beton fiktif yang setara, yang dengan sendirinya harus mampu menahan gaya tarik yang sama pula. Maka didapatkan, f ct A eq = f s A s A eq = n A s Gambar 2.14. enampang Trasformasi 31

enetapan letak garis netral tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan keseimbangan momen statis luas efektif terhadap serat tepi terdesak, sebagai berikut: ½ by 2 + na s y n A s d na s d + n A s y = 0 Dan momen inersia terhadap garis netral dihitung dengan persamaan berikut: I 1 3 b y + n A d y & + n A y d & usat transformasi tampang dihitung dengan persamaan berikut: y( )b.h.h 2 -+n 1As.d+n 1As/.d b.h+n 1As+n 1As / Sehingga di peroleh y( dasar = h y( Momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh batang tulangan diabaikan, maka inersia penampang transformasi adalah: I g = 10 12 b.h di mana : y = letak titik berat penampang kebagian tepi atas serat terdesak I cr = momen inersia penampang retak transformasi I g = momen inersia penampang utuh Ditetapkan bahwa lendutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai momen inersia efektif I e berdasarkan persamaan berikut : Ie 2 M 4 I M 5 +61 2 M 4 7I 3 M 3 di mana : I e = momen inersia efektif I cr = momen inersia penampang retak transformasi I g = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh batang tulangan diabaikan 32

M a = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung M cr = momen pada saat timbul retak pertama kali 2.10. Lendutan ada Balok Lendutan pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Lendutan tersebut disebabkan oleh sifat atau perilaku susut pada beton, yang mengakibatkan bertambahnya regangan. a. Bidang momen pada balok dengan beban terpusat h A C D 1/3l 1/3l 1/3l B b θ A δ C 1/3 δ D A 3 θ B 1/3 A 1 A 2 Bidang Momen Gambar 2.15. Bidang Momen Sebagai Muatan ada Beban Terpusat A 1 = ½.1/3L.1/3L = 1/18 L 2 A 2 = 1/3L.1/3L = 1/9 L 2 A 3 = A 1 = A 1 + ½ A 2 = 1/9 L 2 Dengan demikian, M 1/3L =. 1/3L A 1 (1/3. 1/3L) 33

= 5/162 L 3 M 1/2L =. 1/2L A 1 ((1/3. (1/3L) + ½. (1/3L)) ½ A 2 (1/2. 1/3L) = 1/9 L 2 (1/2L) 1/18 L 2 (1/9L + 1/6L) ½ (L 2 /9) (1/12L) = 1/18 L 3 1/18 L 2.(15/54L) 1/216 L 3 = 1/18 L 3 15/972 L 3 1/216 L 3 8,9.:;< = =>&?@ M 2/3L =. 2/3 L A 1 (1/3. 1/3L+1/3L) A 2 ( ½. 1/3L) = 5/162 L 3 Maka δ B3C = D E/FG?@ = 9:;< HI&?@ Bidang momen pada balok dengan beban terbagi rata q h A ½ L C EI L D½ L θ B B b θ A δ max M = A A Gambar 2.16. Bidang Momen Sebagai Muatan ada Beban Terbagi Rata

A = 1/3. ½ L.1/8qL 2 = 1/24 ql 2 = = A = 1/24 ql 2 Lendutan maksimum δ max di tengah bentang pada beban terbagi rata adalah, δ max =. ½ L A. 3/16L = 5/384 ql 4 Maka δ B3C = D E/FG?@ = 9J;K L8?@ 35