PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR Oleh: Arief Trihandoko Saputra Jurusan : Pendidikan Sekolah Dasar email : abigailprabu@gmail.com Abstrak Penelitian ini dirancang untuk menggambarkan peningkatan incritical keterampilan berpikir menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBL ) di terintegrasi matic yang mengajar siswa kelas IV SDN 03 Alai Padang. Ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang diterapkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah guru dan 37 siswa di kelas IV SDN 03 Alai Kota Padang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus di mana setiap siklus terdiri dari perencanaan, bertindak mengamati dan mencerminkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran tematik siswa kelas IV SDN 03 terintegrasi Alai Kota Padang. Kata Kunci: Berpikir kritis;problem Based Learning Abstrack This research designed for describe the increase incritical thinking skills using the model of Problem Based Learning (PBL) in integrated the matic teaching fourth grade students of SDN 03 Alai Padang. This was a Classroom Action Research which applied qualitative and quantitative approaches. The subject of the research was the teacher and 37 students in the fourth grade of SDN 03 Alai Padang. This research was conducted in three cycles in which each cycle consisted of planning, acting observing and reflecting. The results showed that the problem based learning model can improve critical thinking skills in an integrated thematic teaching fourth grade students of SDN 03 Alai Kota Padang. Keywords : Critical thinking, Problem Based Learning 1
PENDAHULUAN Era globalisasi yang diiringi dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Namun tantangan yang dihadapi generasi yang akan datang pun akan semakin berat. Oleh sebab itu, salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa yang datang adalah keterampilan berpikir kritis (critical thinking).berpikir kritis merupakan berpikir secara nyata, mengaitkan konsep yang ia terima dengan masalah nyata.menurut Ahmad (2013:121) berpikir kritis adalah suatu yang terhubung dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan.dengan berpikir kritis siswa memiliki kemampuan untuk berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada pada jangkauan pengalaman seseorang. Seseorang yang mampu berpikir kritis dikemukakan oleh Fisher (2008:14) yaitu pemikir yang kritis percaya adanya banyak situasi dimana cara terbaik memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan adalah dengan memakai jenis berpikir kritis dan reflektif.kemampuan berpikir kritis antar siswa berbeda, karena berpikir kritis merupakan proses mental yang dapat tumbuh pada setiap individu secara berbeda sehingga diperlukan suatu iklim atau aktivitas untuk menunjangnya. Siswa yang ditugaskan untuk berpikir kritis terhadap suatu hal tertentu, harus menyampaikan suatu laporan mengenai hal yang ditugaskan kepadanya.pada kegiatan penelitian guru harus memberikan konsep nyata kepada anak. Menurut Kunandar (2011:354) Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Namun, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Terlihat guru juga kurang memberikan konsep nyata kepada anak sehingga belummemupuk kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah 2
nyata yang ada di sekitarnya. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran belum merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah kontekstual. Untuk mengatasi kondisi di atas, perlu diadakan pembaharuan pada strategi mengajar guru yang bersifat alamiah dan dekat dengan siswa. Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkanmodelproblem Based Learning(PBL).Menurut Kunandar (2011:354) Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran PBL ini siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran karena model ini merupakan model pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam pemecahan suatu masalah sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dari proses menemukan konsep yang dipelajarinya. Sehingga siswa dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis menggunakan model Problem Based Learning(PBL)padapembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di SDN 03 Alai Kota Padang.Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas Di SDN 03 Alai Kota Padang yakni dengan jumlah siswa yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015adalah 37 orang yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan, guru kelas sebagai observer, dan peneliti sebagai guru praktisi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis menggunakan model Problem Based Learning(PBL)padapembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar.penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah classroom action research (penelitian 3
tindakan kelas). Menurut Kunandar (2008:45), PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2012: 66), yang mempunyai 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu siklus I, 2 dan siklus 3. Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran menulis laporan percobaan, kegiatan penilaian, perilaku guru dan siswa sewaktu proses pembelajaran. Data diperoleh dari subjek yang diteliti yakni peneliti, guru kelas (observer), dan siswa kelas Di SDN 03 Alai Kota Padang.Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan lembaran tes. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknis analisis kualitatif dan kuantitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Kunandar, 2008:101) yakni, analisa data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai keseluruh data terkumpul. HASIL Siklus I Perencanaan Perencanaan pelaksanaan pembelajaran kemampuan berpikir kritis disusun dan diwujudkan dalam bentuk rencanapembelajaran. Rencana pembelajaran ini disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas IV. Pelaksanaan Siklus Idilaksanakan pada hari Selasa, 17 Maret 2015 pukul 08.15 12.30 WIB. Berdasarkan RPP yang disusun, pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Problem Based Learning (PBL).Pada langkah orientasi siswa kepada masalah, guru memajangkan gambar kerusakan alamdan siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan gambar tersebut.pada langkah mengorganisasi siswa untuk belajar,siswa dibagi ke dalam 8 kelompok, masingmasing kelompok beranggotakan 4-5 orang, dan guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Pada langkah membimbing penyelidikan individual 4
dan kelompok, siswa dapat menemukan perbedaan antara tanah longsor, banjir dan abrasi pantai, kemudian siswa diminta untuk menganalisis penyebab, akibat dan solusi dari dampak kenampakan alam. Pada langkah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara bergantian melalui bimbingan guru. Setiap siswa dari kelompok lain mendengarkan kelompok yang sedang melakukan presentasi. Pada langkah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa mengkoreksi hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian siswa mendengarkan penguatan terhadap hasil diskusi atau materi yang telah dipelajari. Pengamatan a. Pengamatan RPP Berdasarkan pengamatan observer, susunan komponen RPP yang peneliti buat diperbaiki dan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 103 dan 104 Tahun 2014. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap format RPP diperoleh persentase penilaian 67% dengan taraf keberhasilan cukup. b. Pelaksanaan Pembelajaran Secara keseluruhan guru memperoleh skor42.sementara total skor pengamatan kegiatan seluruhnya adalah 60. Sehingga persentase keberhasilanguru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di siklus I adalah 70%, dengan kriteria keberhasilan cukup. Sedangkan, berdasarkan hasil pengamatan penilaian proses kegiatan siswa menggunakan model Problem Based Learning (PBL) secara keseluruhan siswamemperoleh skor 40. Sementara total skor pengamatan kegiatan seluruhnya adalah 60.Sehingga persentase keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran 67%, dengan kriteria keberhasilan cukup. c. Hasil belajar Penilaian sikap yang diperoleh siswa dengan persentase nilai 2,68 dan taraf keberhasilan baik.penilaian pengetahuan yang diperoleh siswa denganpersentase nilai 67,59dan taraf keberhasilan baik.penilaian 5
keterampilan dilakukan dengan persentase nilai 68,86 dan taraf keberhasilan baik. Refleksi Dari refleksi pada siklus I, disimpulkan bahwa guru belum mengajukan pertanyaan yang menantang, guru belum menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak), guru belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, guru belum menambahkan informasi yang diperlukan siswa dalam pemahaman masalah yang dilemparkan, guru belum membimbing siswa untuk merumuskan jawaban dari setiap pertanyaan yang terdapat pada LKS, guru belum terlihat membimbing siswa dalam mendiskusikan informasi dan data yang telah diperolehnya dalam kelompok, guru belum meminta siswa untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok, danguru belum menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. Aspek siswa, siswa belum memperoleh pertanyaan menantang,siswa belum mendengarkan guru saat mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan IPTEK, dan kehidupan nyata, siswa belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, siswa belum mengajukan pertanyaan berdasarkan gambar, siswa belum menemukan daerah yang termasuk dataran tinggi, rendah dan pantai, siswa belum memahami tentang kerusakan yang terjadi akibat kenampakan alam, siswa belum mendiskusikan informasi dan data yang telah diperoleh bersama anggota kelompok lainnya berdasarkan LKS yang telah diberikan guru, siswa belum merespons penguatan yang diberikan guru terhadap materi yang terdapat di LKS, dan siswa belum menerima respon positif partisipasi dari guru. Berdasarkan hasil kolaborasi dan analisa observer dan peneliti masih banyak deskriptor yang belum tampak ataupun yang masih belum terlaksana. Dengan demikian, kekurangan-kekurangan yang ditemui pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. 6
Siklus 2 Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang ditemukan pada siklus I. Pelaksanaan Siklus 2 dilaksanakan pada hari Senin, 31 Maret 2015 pukul 08.00 12.30 WIB.Berdasarkan RPP yang disusun, pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada langkah orientasi siswa kepada masalah, siswa mengamati sebuah media gambar perubahan kebudayaan tradisional kepada kebudayaan yang bersifat modern. Kemudian siswa menceritakan pengalaman bermain salah satu permainan tradisional yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Pada langkah mengorganisasi siswa untuk belajar,siswa dibagi ke dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Kemudian guru memberikan LKS kepada masingmasing kelompok. Pada langkah membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa mengamati berbagai perubahan masyarakat yang terjadi di Indonesia, kemudian siswa menganalisa penyebab, akibat/dampak perubahan kebudayaan yang terjadi di indonesia dan mencari informasi berhubungan dengan cara menjaga kebudayaan di Indonesia. Pada langkah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, masing-masing kelompok memeriksa kembali hasil diskusi yang telah mereka laksanakan,kemudian menyampaikan hasil diskusi kelompok secara bergantian.. Kemudian siswa dalam kelompok menyempurnakan pemecahan masalah yang terdapat pada LKS dengan mengolah informasi yang mereka dengar dari kelompok lain. Pada langkah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa mengkoreksi hasil diskusi kelompok mereka dan menyempurnakan hasil kerja kelompok. Pengamatan a. Pengamatan RPP Pengamatan RPP dalam kegiatan pembelajaran siklus II sudah baik dan diperoleh persentase penilaian 81%. 7
b. Pelaksanaan pembelajaran Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran di siklus ini sudah mengalami peningkatan dibanding siklus I.Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran siklus 2, diperoleh persentase penilaian 82% dengan taraf keberhasilan baik. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II ini sudah baik, dan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah disusun.hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II, diperoleh persentase penilaian 80% dengan taraf keberhasilan baik. c. Hasil belajar Penilaian sikap yang diperoleh siswa dengan persentase nilai 2,93 dan taraf keberhasilan baik.penilaian pengetahuan yang diperoleh siswa dengan persentase nilai 73,12 dan taraf keberhasilan baik.penilaian keterampilan dilakukan saat melakukan diskusi kelompok dengan persentase nilai 72,81 dan taraf keberhasilan baik. Refleksi Dari refleksi pada siklus I, disimpulkan bahwaguru belum mengajukan pertanyaan yang menantang, guru belum mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan IPTEK, dan kehidupan nyata, guru belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, guru belum membimbing siswa mencari perbedaan dari masing-masing perubahan tersebut, guru belum membimbing siswa menyempurnakan pemecahan masalah yang terdapat pada LKS dan guru belum meminta siswa untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok. Aspek siswa, siswa belum melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, siswa belum mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan pudarnya nilai kebudayaan di Indonesia, siswa belum bisa mengemukakan perbedaan dari masing-masing perubahan tersebut, siswa dalam kelompok belum menyempurnakan pemecahan masalah yang terdapat pada LKS dengan mengolah 8
informasi yang mereka dengar dari kelompok lain, siswa belum merespons penguatan yang diberikan guru terhadap materi yang terdapat di LKS. Berdasarkan hasil kolaborasi dan analisa observer dan peneliti pada siklus II, baik dari aspek guru dan aspek siswa semua deskriptor sudah terlaksana dengan baik walau masih ada deskriptor-deskriptor yang belum terlaksana. Namun secara keseluruhan aspek guru dan aspek siswa sudah terlaksana dengan baik sesuai langkah-langkah model PBL. Dengan demikian, kekurangankekurangan yang ditemui pada siklus 2 akan diperbaiki pada siklus 3. Siklus 3 Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus 3 dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang ditemukan pada siklus 2. Pelaksanaan Siklus 3 dilaksanakan pada hari Rabu, 8 April 2015 pukul 08.00 12.30 WIB. Berdasarkan RPP yang disusun, pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Problem Based Learning (PBL).Pada langkah orientasi siswa kepada masalah, guru membuka skemata siswa dengan bertanya jawab tentangkondisi lingkungan perbukitan, kemudian memajang media gambar tentang lingkungan perbukitan dan melakukan tanya jawab mengenai gambar. Pada langkah mengorganisasi siswa untuk belajar,siswa dibagi ke dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.kemudian guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Pada langkah membimbing penyelidikan individual dan kelompok, guru memberikan perbedaan gambar lingkungan gersang dan lingkungan yang sejuk. Siswa diminta untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dari gambar yang dibagikan guru tadi. Pada langkah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membimbing siswa untuk menyampaikan informasi dan data yang telah diperoleh kepada masing-masing anggota kepada kelompoknya. Siswa diminta untuk mengisi LKS sesuai dengan hasil kerja kelompok. Lalu setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok yang telah mereka buat. Pada langkah menganalisis dan 9
mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa mengkoreksi hasil diskusi kelompok mereka dan menyempurnakan hasil kerja kelompok berdasarkan tanggapan dan masukan yang telah diberikan oleh kelompok lain. Pengamatan a. Pengamatan RPP Pengamatan RPP dalam kegiatan pembelajaran siklus 3 sudah baik dan diperoleh persentase penilaian 92%. b. Pelaksanaan pembelajaran Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran di siklus ini sudah mengalami peningkatan dibanding siklus 2.Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran siklus 3, diperoleh persentase penilaian 92% dengan taraf keberhasilan amat baik. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus 3 ini sudah baik, dan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah disusun.hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus 3, diperoleh persentase penilaian 90% dengan taraf keberhasilan amat baik. c. Hasil belajar Penilaian sikap yang diperoleh siswa dengan persentase nilai 3,06 dan taraf keberhasilan baik.penilaian pengetahuan yang diperoleh siswa dengan persentase nilai 77,57 dan taraf keberhasilan baik.penilain keterampilan dilakukan saat diskusi kelompok dengan persentase nilai 77 dan taraf keberhasilan baik. Refleksi Setelah siklus 3 dilaksanakan, maka refleksi dilakukan kembali. Beberapa hal yang perlu disimpulkan ialah: (a) perencanaan pembelajaran yang telah dirancang dalam bentuk RPP, sudah dapat terlaksana dengan baik, (b) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan langkah model PBL terutama aktivitas guru dan siswa sudah mengalami peningkatan karena sudah berjalan 10
sesuai rencana, (C) meningkatnya hasil belajar siswa dengan tercapainya KKM dan ketuntasan belajar, maka penelitian ini sudah berhasil. PEMBAHASAN Pembelajaran kemampuan berpikir kritismenggunakan model Problem Based Learning (PBL)dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar ditemukan hal-hal sebagai berikut : a. Perencanaan Dari hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir kritismenggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, terungkap bahwa guru membuat perencanaan yang dimulai dengan membuat rancangan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan komponen RPP. Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,RPP mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar. Dari penyusunan perencanaan siklus I ditemukan beberapa kendala, seperti perencanaan media pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan lain-lain. Kendala yang ditemui pada siklus I ini menjadi perhatian dan dicari solusinya, sehingga perencanaan pembelajaran pada siklus II mencapai keberhasilan dengan sangat baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran kemampuan berpikir kritis menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran tematik dimulai dari langkah orientasi siswa kepada masalahdiawali dengan guru membuka skemata siswa dengan bertanya jawab tentang kondisi lingkungan disekitar mereka. Menurut pendapat Abdul Majid (2014:180) bahwa guru diharapkan 11
mampu mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata sehingga hasil pembelajaran lebih bermakna kepada siswa.oleh karena itu guru hendaknya mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevankarena sangat penting diketahui oleh siswa agar siswa dapat terlibat langsung dalam dunia nyata. Pada langkah membimbing penyelidikan individual dan kelompok, guru membimbing siswa untuk merumuskan jawaban dari setiap pertanyaan yang terdapat pada LKS. Namun guru belum membimbing siswa secara individual. Hal ini sesuai dengan pendapat Desmita (2011:153) bahwa seseorang dikatakan mampu berpikir kritis jika merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi yang datang dari berbagai sumber. Guru hendaknya membantu siswa untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari bebbagai sumber dan siswa dapat mengajukan pertanyaan terhadap informasi yang ia dapatkan sehingga ia mampu untuk berpikir kritis. Pada langkah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membimbing siswa dalam mendiskusikan informasi dan data yang telah diperolehnya dalam kelompok. Namun belum terlihat guru sibuk mengatur siswa untuk duduk berkelompok sehingga kegiatan siswa menyampaikan informasi dalam kelompok tidak terlaksana. Menurut pendapat Nurhadi (2002:15) bahwa pembelajaran yang diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Karena kalau setiap orang mau belajar dengan orang lain, maka setiap orang lain dapat menjadi sumber belajar. Guru hendaknya perlu membimbing siswa dalam menyampaikan informasi yang diperoleh. Ini bertujuan supaya jawaban yang dimiliki dapat dipahami oleh kelompok lain, karena penjelasan peserta didik yang lebih pandai kadang-kadang lebih mudah dimengerti dari pada penjelasan guru. Pada langkah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru menanyakan materi yang masih diragukan oleh siswa dan 12
memberikan pesan moral kepada siswa. Namun kegiatan ini belum terlaksana disebabkan oleh alokasi waktu yang tidak memungkinkan, waktu banyak terpakai saat berdiskusi dan pada saat siswa menyempurnakan hasil kerja kelompok. Menurut Lanjar (2009:1) mengemukakan Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi otomatis penuangan ke dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan siswa sendiri. Guru hendaknya mereview ulang materi yang berhubungan dengan permasalahan di LKS yang telah dipresentasikan siswa. c. Peningkatan Kemampuan berpikir kritis Berdasarkan catatan pada lembar observasi dan diskusi peneliti dengan observer, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran tematik pada siklus 3 sudah mencapai nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu penilaian proses dan hasil belajar siswa dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilandiperoleh gambaran bahwa persentase rata-rata kelas yaitu 77,08. Ini menunjukkan siklus 3 sudah mencapai ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan siklus 3 ini sudah berhasil. Penelitian pada siklus 3 ini telah dilaksanakan sesuai dengan langkahlangkah PBL yang dikemukakan oleh Kemendikbud (2014:27) adalah: (1) Orientasi siswa kepada masalah(2) Mengorganisasi siswa untuk belajar(3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya(5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wade (dalam Gestalt, 2009) mengidentifikasi 8 karakteristik berpikir kritis yakni meliputi (1) kegiatan merumuskan pertanyaan (2) membatasi masalah (3) menguji data-data (4) menganalisis berbagai pendapat (5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional (menghindari penyederhanaan berlebihan (7) pertimbangan berbagai interpretasi (8) ambiguitas. Pelaksanaan pada siklus 3 ini telah membuat siswa aktif dalam belajar, siswa mampu memecahkan masalah, dan mampu memahami materi yang 13
diajarkan dengan baik.hal ini sesuai dengan pendapat Faisal (2014:77) bahwa karakteristik PBL adalah (1) pembelajaran berfokus pada masalah (2) tanggung jawab untuk memecahkan masalah tertumpu pada siswa (3) guru mendukung proses saat siswa mengerjakan pemecahan masalah. SIMPULAN DAN SARAN Dari paparan data hasil penelitian simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan modelproblem Based Learningdalam pembelajaran tematiksiswa kelas IV dituangkan dalam bentuk RPP mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus 2 dan ke siklus 3. Peningkatan hasil pengamatan RPP yaitu pada susunan komponen RPP yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 dan 104 tahun 2014 2. Pelaksanaan pembelajaran pembelajaran kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan modelproblem Based Learning dalam pembelajaran tematikmengalami peningkatan ditinjau dari aspek guru dan aspek siswa. Peningkatan yang terjadi dari siklus I, 2 dan 3 yaitu siswa sudah bisa beorientasi siswa kepada masalah, siswa sudah mampu untuk mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa juga telah mampu terbimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa sudah mampu untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta siswa sudah mampu untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. Penilaian proses dan hasil belajar pada siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata, yaitu 67,97, pada siklus 2 meningkat menjadi 73,11, dan semakin meningkat pada siklus 3, yaitu 77,08. Dengan demikian, proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model Problem Based Learningdalam pembelajaran tematik terpadu dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini diajukan beberapa saran untuk dipertimbangkan: 14
1. Kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran tematik terpadu layak dipertimbangkan oleh guru terutama di tingkat SD untuk menjadi model pembelajaran alternatif dan referensi dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran guna meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar. 2. Untuk menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran, sebaiknya guru memahami terlebih dahulu langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model PBL 3. Bagi pembaca, hendaknya dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) dan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran serta harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan. 15
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto,dkk. Siap Menyongosng Kurikulum 2013. Yogyakarta: GAVA MEDIA Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Faisal. 2014. Susses Mengawal Kurikulum 2013 di SD. Padang:Diandra Creative Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2014. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya Rochiati Wiriatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda karya Sanjaya, Wina 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana Predanada Media Group. Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 16