IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

RENCANA STRATEGIS DINAS CIPTA KARYA TATA RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN GROBOGAN Tahun 2011 sd Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permasalahan Mendasar Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

STUOI KEGIATAN NELAYAN PADA PERMUKIMAN Dl PANTAI KENJERAN-SURABAYA SEBAGAI. BabI (pendahiluan... BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

Eksam Sodak*, Jauhari Effendi, I. N. P. Soetedjo

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Posisi Kerja Masyarakat Nelayan Kecamatan Bontang Utara

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

PENDAHULUAN Latar belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Transkripsi:

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya 60113 Telp 031.3811966 Email: masvippy@gmail.com Abstrak Desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas diperkotaan menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain pada perubahan fungsi lahan menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Kondisi ini biasa terjadi di daerah pinggiran kota karena kawasan ini biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak negatif akan terjadi apabila di kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk asli yang belum siap menerima perubahan tersebut. Kawasan pantai timur Kota Surabaya merupakan kawasan yang saat ini mengalami perkembangan pesat, yang bisa saja berdampak negatif pada permukiman penduduk asli kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tiga permukiman nelayan di kawasan tersebut yang saat ini sedang dan akan mengalami pengembangan, yaitu permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman nelayan sehingga tidak menjadi kawasan yang akan ditinggalkan, menjadi kumuh, dan punah. Untuk mempertahankan keberadaan kawasan permukiman nelayan ini perlu diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pijakan untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman tersebut. Mulai dari sosialisasi program, perencanaan penataan permukiman, pengembangan sumber daya manusia. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menyelesaikan tahap-tahap proses penelitian. Pengambilan data primer dan sekunder berasal dari kondisi fisik kawasan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat permasalahan permukiman pada kondisi kawasan, kondisi masyarakat, dan kondisi sarana dan prasarana. Kata kunci : kampung nelayan, permukiman PENDAHULUAN Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang mengalami perkembangan cukup pesat di berbagai bidang, terutama pada pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana lingkungan. Pembangunan infrastruktur dalam suatu kawasan akan memberi dampak positif dan negatif. Sisi positifnya adalah bahwa pembangunan infrastruktur mendorong terjadinya peningkatan kualitas kawasan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan sisi negatifnya adalah pembangunan tersebut akan memberi dampak pada perubahan fungsi lahan sehingga berpotensi terjadinya penggusuran atau perusakan sumber daya alam yang ada. Dampak perubahan fungsi lahan pada kawasan-kawasan tertentu misalnya kawasan pertanian, perkebunan, atau pertambakan, akan berakibat pada tertutupnya sumber mata pencaharian masyarakat. Oleh karena itu pembangunan kota tidak selalu memberi keuntungan bagi masyarakat. Namun begitu pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan tidak merusak lingkungan adalah syarat penting yang harus dimiliki oleh pemerintah untuk membangun kotanya. Pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan tidak merusak lingkungan adalah pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang tidak hanya memikirkan kepentingan sekarang namun juga mengingat kepentingan generasi yang akan datang. Pertimbangan faktor lingkungan telah diatur sejak lama seperti dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945, dan UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta juga ditindaklanjuti dalam RPJMN II (2010-2014). Dalam RPJP 2005-2024 disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari, dan pembangunan 72

infrastruktur akan mengarah pada konsep peningkatan pelayanan bagi peningkatan kualitas lingkungan di masa depan. Pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana dalam suatu kota adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan. Namun demikian desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas di perkotaan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Misalnya perubahan fungsi lahan yang biasanya terjadi di daerah pinggiran kota. Hal ini karena kawasan pusat kota sudah padat dan sudah memiliki fungsi-fugsi vital sebagai kawasan pemerintahan, jasa dan perdagangan. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh karena kawasan pinggiran kota biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak yang terjadi adalah apabila di kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk. Permukiman penduduk yang menempati kawasan pinggiran ini biasanya penduduk asli yang belum siap menerima perubahan tersebut. Oleh karena itu program-program pembangunan suatu kota perlu disosialisasikan kepada masyarakat setempat sebelum melaksanakan pembangunannya. Desakan perkembangan kota saat ini terjadi di kawasan pantai timur Kota Surabaya. Pengembangan kota di kawasan pesisir pantai timur bagian utara kota Surabaya ini melibatkan masyarakat dan wilayah yang luas. Beberapa kawasan permukiman nelayan yang mengalami pengembangan ini adalah wilayah permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini merupakan wilayah pesisir pantai yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Dengan adanya pengembangan kawasan, ketiga permukiman ini perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman nelayan sehingga tidak menjadi kawasan yang akan ditinggalkan dan punah. Untuk mempertahankan keberadaan kawasan permukiman nelayan ini pemerintah perlu melakukan serangkaian tindakan berupa upaya-upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta lingkungan huniannya. Pada tahap awal dilakukan upaya mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lingkungan pemungkinan nelayan tersebut, serta peluang-peluang solusi yang dapat dilakukan. Tulisan ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mulai dari tahap pengamatan lapangan, analisa, dan peluang penyelesaian masalah yang dijumpai di lapangan. PERMUKIMAN DAN KUALITAS LINGKUNGAN Permukiman diartikan sebagai suatu wadah fisik (perumahan) dengan sarana prasarana penunjangnya dan merupakan perpaduan antara wadah dan isinya, yakni manusia yang hidup bermasyarakat didalamnya dan memiliki unsur budaya (Sudharto,2005). Adapun masalah permukiman adalah masalah multisektoral, menyangkut berbagai aspek dan berbagai sektor, antara lain aspek teknik, perencanaan, tata ruang, tata lingkungan, kehidupan sosial ekonomi, keagamaan, budaya, dan lain-lain. Sementara itu menurut Soemarwoto (1994), kualitas lingkungan adalah derajat kemampuan nyata suatu lingkungan untuk memenuhi perumahan yang baik yang dapat digunakan sebagai ruang tinggal bagi penghuninya dan terbentuk atas beberapa unsur, yaitu kondisi rumah sebagai tempat tinggal dan keadaan lingkungan rumah tersebut. Parameter untuk menentukan kualitas lingkungan permukiman sangat bermacam-macam. Kualitas lingkungan permukiman tidak terlepas dari kualitas rumah-rumah yang ada di dalamnya, prasarana dasar, dan sanitasi lingkungannya. Adapun aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Selain dilatarbelakangi oleh kondisi sosial, ekonomi, kualitas lingkungan permukiman juga dipengaruhi oleh fasilitas elementer seperti air minum, kakus, tempat mandi, saluran dan pembuangan tinja, listrik, dan sampah. Menurut Salim (1979), dengan ketiadaan modal, rendahnya pendidikan, terbatasnya ketrampilan, dan rendahnya pendapatan maka lingkungan permukiman akan berkualitas rendah pula Selanjutnya Catanese (1996),mengemukakan bahwa masalah kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan perumahan mengacu pada berbagai hal, dan meliputi kualitas lingkungan fisik serta kualitas dan kelengkapan sistem pelayanan kota. Berdasarkan teori tersebut aspek fisik yang meliputi fisik bangunan rumah itu sendiri maupun fisik prasarana dan sarana perumahan dan permukiman merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas suatu lingkungan perumahan dan permukiman. Penurunan kualitas lingkungan di kawasan permukiman ditandai dengan kondisi kepadatan bangunan dalam lingkungan yang tinggi, proporsi ruang terbuka, dan taman-taman 73

dalam lingkungan yang semakin menipis, tidak mencukupinya prasarana dasar sarana lingkungan yang tersedia, menurunnya tingkat pelayanan fasilitas umum, serta hilangnya ciri khas dari suatu daerah permukiman (Budiharjo, 1991). Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai di kota Surabaya. METODE DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dan kualitatif. Datanya diperoleh melalui hasil wawancara dan kuisioner dari masyarakat setempat. Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi lapangan dari pengamatan. Adapun metode eksploratif mengeksplorasi potensi dan kendala dari kondisi lapangan dan masyarakat setempat. Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kampung nelayan yang terletak di wilayah timur Surabaya (gambar 1.) yang saat ini merupakan bagian dari pengembangan kawasan Suramadu, dengan fokus pada bidang jasa dan pariwisata. Yaitu : (1) Kampung nelayan Tambak wedi (Swedi) di wilayah Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran, (2) Kampung nelayan Cumpat di wilayah Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak, dan (3) Kampung nelayan Kejawan di wilayah Kelurahan Sukolilo Kecamatan Bulak. Adapun lingkup materi yang akan digunakan sebagai data primer mengenai kondisi fisik di lapangan adalah : (1) Kondisi fisik dasar, (2) Karakteristik kependudukan, (3) Karakteristik penggunaan lahan, (4) Karakteristik bangunan, (5) Karakteristik tata lingkungan luar, dan (6) Kondisi sarana dan prasarana. JEMBATA N KAMPU NG KAMPU NG KAMPU NG Gambar 1. Area Penelitian : Kampung Swedi, Kampung 74

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan dasar pijakan bagi perencanaan peningkatan kualitas kawasan permukiman ini, yaitu : kondisi kawasan, kondisi masyarakat, serta kondisi sarana dan prasarana. Kondisi kawasan meliputi geografi dan topografi lahan, pemanfaatan ruang, dan hidrologi. Adapun kondisi masyarakat meliputi hubungan sosial antar anggota masyarakat, usia, pendidikan, pekerjaan, serta tingkat ekonominya. Sedangkan kondisi sarana dan prasarana meliputi kondisi jalan dan fasilitas umum lainnya, rumah penduduk, sekolah dan sarana pendidikan lainnya. Secara umum terdapat potensi dan kendala dari ketiga aspek tersebut diatas, seperti yang diuraikan berikut ini. A. Potensi dari kondisi kawasan antara lain : 1) Masih banyaknya lahan yang berupa ruang terbuka. (gambar 2.) 2) Kondisi lingkungan yang relatif masih alami. 3) Wilayah ini sekarang telah menjadi salah satu ikon Kota Surabaya sebagai bagian dari kawasan wisata Suramadu. 4) Posisinya yang berada di pinggiran Kota Surabaya. 5) Terdapat sumber daya alam berupa hasil laut yang menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat wilayah ini B. Terdapat.Kendala dari kondisi kawasan antara lain : 1) Terdapat banyak lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah liar atau tempat menjemur ikan atau hasil laut lainnya. (gambar 3.) 2) Banyak pedagang kaki lima yang menempati lahan kosong dan tidak tertata dengan baik, sehingga lingkungan menjadi kotor dan terganggu dengan banyaknya sampah hasil jualan. 3) Pengawasan pemerintah masih lemah dalam upaya penertiban lingkungan. 4) Pengelolaan hasil laut yang masih tradisional. Gambar 2. Taman dan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Sekitar Jembatan Suramadu 75

Gambar 3. Lahan Kosong yang Dijadikan Gudang dan Tempat Buang Sampah (Kanan) dan Bagian Jalan yang Digunakan untuk Menjemur Hasil Laut (Kiri) C. Potensi dari kondisi masyarakat antara lain : 1) Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat cukup erat. 2) Keikutsertaan kader-kader kampung cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat. 3) Apresiasi masyarakat terhadap program-program pemerintah cukup tinggi. 4) Jumlah usia produktif lebih banyak dari yang non produktif 5) Pola mata pencaharian yang tradisional masih terus dipertahankan oleh masyarakat. 6) Banyak anggota masyarakat memiliki usaha berbasis rumah tangga. D. Kendala dari kondisi masyarakat antara lain : 1) Tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya masih rendah, demikian halnya juga pada tingkat perekonomiannya. 2) Kesadaran terhadap pentingnya kebersihan masih kurang 3) Jumlah usia produktif yang menganggur masih banyak. Gambar 4. Sentra Penjualan Hasil Laut (Kanan) dan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Swedi (Kiri) 76

E. Potensi dari kondisi sarana dan prasarana antara lain : 1) Sudah terdapat program peningkatan kualitas sarana dari pemerintah 2) Ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas lingkungan, dengan mulai menjaga kebersihan lingkungan 3) Terdapat ruang terbuka yang menjadi ruang publik bagi masyarakat lokal maupun pendatang dari luar wilayah. F. Kendala dari kondisi sarana dan prasarana antara lain : 1) Kualitas prasarana yang tersedia untuk masyarakat masih sangat kurang terutama air bersih. 2) Ketersediaan sarana masih kurang terutama sekolah dan pasar. 77