HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

PENDAHULUAN Latar Belakang

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2007 sampai

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

S. Andy Cahyono dan Purwanto

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI


BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Prosiding Seminar Nasional INACID Mei 2014, Palembang Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383 m 3 /det dan meningkatkan persentase hujan menjadi aliran permukaan (direct run-off) dari 53% menjadi 63%. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perubahan kondisi hidrologi DAS Ciliwung (Fakhrudin, 2003). Wilayah Sub DAS Cibogo sebagai salah satu anak/cabang sungai Ciliwung mengalami perubahan penggunaan lahan yang sangat drastis akibat pembabatan hutan dan kebun teh menjadi daerah pertanian tanaman semusim seperti sayuran dan tanaman pangan lainnya. Praktek pertanian di daerah ini kurang mengindahkan kaidah konservasi lahan, seperti pembuatan bedengan tempat pertanaman yang memotong kontur, sehingga menyebabkan mudah terjadi erosi terutama pada saat pengolahan tanah, panen atau saat kanopi tanaman masih kurang. DAS Citeko yang masuk dalam sub Das Cibogo mempunyai daerah tangkapan air (DTA) seluas 124,5 ha dengan target irigasi 26,4 ha dan terletak pada ketinggian 925 mdpl. Terdapat 7 bangunan dam parit pada DAS Citeko yang memiliki fungsi berbeda dibandingkan dam parit pada DAS yang lain, yaitu fungsi sebagai pengendali banjir dengan membuang atau mengurangi debit pada sungai utama kemudian dialirkan ke target irigasi. Dam parit yang diteliti pada penelitian ini adalah dam parit keempat (CT-4) dan kelima (CT-5), hal ini dikarenakan kedua dam parit ini dialirkan melewati lahan pertanian dan dimanfaatkan untuk target irigasi dam parit. Dam parit Citeko keempat atau CT-4 memiliki kapasitas tampung 300 m³ dengan ukuran saluran panjang 590 cm dan lebar 90 cm dan target irigasi 42 Ha. Dam parit ini dilengkapi 34

dengan pintu air pada saluran agar pada saat kemarau air bisa dialirkan ke saluran irigasi. Sedangkan saluran irigasi yang mengalirkan air dari dam parit ke daerah target irigasi memiliki panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Dam parit kelima atau CT-5 memiliki kapasitas tampung 250 m³ dengan ukuran panjang saluran 400 cm dan lebar 85 cm dengan target irigasi 1000 Ha. Dam parit ini juga dilengkapi dengan pintu air pada saluran. Sedangkan saluran irigasi yang mengalirkan air dari dam parit ke daerah target irigasi berbentuk lingkaran dan memiliki lebar 25 cm dan lebar 25 cm. Debit aliran dasar CT-4 adalah 3,0 liter/detik dan CT-5 adalah 2,8 liter/detik. Sketsa bangunan dam parit disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11. 5.1 Efektivitas Bangunan Dam Parit Manfaat dam parit akan lebih besar apabila dalam pembangunannya dilakukan secara bertingkat (cascade) pada setiap jalur sungai/anak sungai dan dilengkapi dengan saluran irigasi ke lahan pertanian maupun perumahan penduduk. Dam parit dibangun pada anak-anak sungai yang posisinya bisa terdapat di daerah yang berbukit dan bergunung, sehingga sangat efektif untuk menyediakan air di daerah tersebut. Pengembangan dam parit di suatu wilayah DAS perlu memperhatikan luas daerah tangkapan air, bentuk DAS, target irigasi, bentuk dan posisi penampang sungai sehingga dapat ditentukan jumlah, posisi dan dimensi masing-masing dam parit. Penelitian mengenai dam parit untuk mengatasi banjir ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pembangunan 2 unit dam parit. Analisis pengaruh pembangunan dam parit melalui: 1) fungsi dam parit dalam mengurangi debit puncak, 2) efektivitas kapasitas tampungan dam parit berdasarkan kontruksi bangunan dam parit 3) multifungsi dam parit. 35

Hasil pengukuran di CT-4 menunjukkan pada bulan Desember 2007 sampai Februari 2008 tinggi muka air terendah adalah 16 cm pada kondisi tidak hujan dan tertinggi 88 cm pada kondisi hujan. Sedangkan pada CT-5 yang memiliki lebar saluran 280 cm dan tinggi maksimal saluran adalah 85 cm, tinggi muka air pada kondisi tidak hujan yang terendah adalah 16 cm dan tertinggi 84 cm pada kondisi hujan. Meskipun pada ketinggian air terendah air masih dapat masuk ke saluran irigasi, hal ini karena pada dam parit dilengkapi dengan pintu air, sehingga air selalu masuk ke saluran irigasi meskipun ketinggian air rendah. Akan tetapi pada saat hujan lebat yang diikuti naiknya ketinggian air, pintu air tidak banyak berfungsi. H= 0,9 m L=3,3 m A Spillway Saluran air Saluran air: 0,3 m dan 0,2 m Spilway: 0,5 m dan 0,5 m Gambar 10. Bangunan Dam Parit CT-4 H= 0,85 m A Saluran air L=2,8 m Spillway Saluran air: 0,25 m dan 0,25 m Spilway: 1m dan 0,5 m Gambar 11. Bangunan Dam Parit CT-5 Ukuran spillway dan saluran irigasi dam parit Citeko 4 berbeda dengan dam parit Citeko 5. Dimensi Dam parit CT 5 lebih kecil dibandingkan CT 4, akan tetapi CT-5 memiliki saluran irigasi lebih lebar dan tinggi dibandingkan CT-4. Hal ini 36

memungkinkan dapat berpengaruh pada efektivitas dam parit. Dimensi CT-5 yang lebih pendek dibandingkan CT-4 menyebabkan air pada dam parit akan lebih mudah melimpas ke spilway dan masuk ke saluran irigasi. Hal ini disebabkab karena air dari dam parit melimpas ke saluran irigasi dan dimensi saluran irigasi pada CT-5 lebih luas maka memungkinkan air yang masuk ke saluran irigasi lebih banyak, hal ini mengakibatkan air yang keluar dari dam parit banyak berkurang. Maka efektivitas pada dam parit CT-5 lebih besar daripada CT-4. Terlihat pada Gambar 12 bahwa penurunan debit yang masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit pada CT-5 lebih besar dari pada CT-4. Fluktuasi Debit CT4 - CT5 7.00 6.00 Debit (m3/detik) 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 Hari Debit Masuk CT-4 Debit Keluar CT-4 Debit Masuk CT-5 Debit Keluar CT-5 Gambar 12. Fluktuasi Debit CT 4 CT 5 5.2 Fluktuasi Debit Dam Parit Efektivitas dam parit dihitung berdasarkan perbandingan debit yang masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit. Air yang melewati dam parit Citeko 4 telah mengalami penurunan tetapi ketika masuk ke dam parit Citeko 5, debit kembali sama atau lebih besar daripada debit yang masuk ke CT4. Hal ini disebabkan adanya penambahan dari beberapa mata air di daerah tangkapan air CT5. Jadi debit air 37

yang masuk ke CT5 tidak hanya berasal dari CT4 tetapi juga penambahan pada beberapa mata air disekitarnya. Kecepatan air yang dihitung menggunakan rumus manning lebih besar dibandingkan dengan kecepatan yang di ukur di lapang. Kecepatan air pada kondisi di lapang lebih lambat. Menurut Arsyad (2006), bahwa sedimen yang terendapkan di dalam saluran, sungai, waduk dan muara sungai akan menyebabkan pendangkalan badan air tersebut, yang dapat menimbulkan kerugian oleh karena mengurangi fungsi badan air yang mengalami pendangkalan tersebut. Dam parit Citeko 4 sedimen yang banyak ditemukan adalah endapan pasir dan rumput. Sedangkan pada dam parit Citeko 5 sedimen yang banyak ditemui adalah sampah, baik sampah rumah tangga maupun dari lahan pertanian. Tabel 4. Pengukuran CT-4 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan L H A VM VL QM QL Kondisi tidak hujan 3,3 0,32 1,05 1,32 0,88 1,39 0,92 Kondisi hujan 3,3 0,8 2,64 2,1 1,54 5,56 4,06 Tabel 5. Pengukuran CT-5 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan L H A VM VL QM QL Kondisi tidak hujan 2,8 0,36 1,01 1,38 0,88 1,39 0,9 Kondisi hujan 2,8 0,83 2,32 2,43 1,62 5,66 4,36 Keterangan: L = Lebar Saluran (m) H = Tinggi Air (m) A = Luas Permukaan (m²) VM = Kecepatan Manning (m²/detik) VL = Kecepatan Lapang (m²/detik) QM = Debit Manning (m³/detik) QL = Debit Lapang (m³/detik) 5.2.1 Debit Aliran Rendah (Low Flow) 38

Bulan Desember 2007 terjadi hujan dengan intensitas rendah, bulan Januari 2008 hujan dengan intensitas lebih tinggi dari bulan Desember 2007 dan bulan Februari 2008 terdapat hujan dengan intensitas tinggi. Debit aliran rendah terutama terjadi di bulan Desember. Meskipun hampir setiap hari hujan tetapi intensitasnya rendah, sehingga debit yang masuk ke dam parit rendah. Debit yang masuk ke dam parit rendah maka debit yang masuk ke spilway juga rendah sehingga ratio debit yang masuk ke dam parit dengan debit yang keluar dari dam parit tinggi. Rasio penurunan debit pada saat debit aliran rendah rata rata adalah 0,8. Artinya pada aliran rendah ratio penurunan debit tinggi, sehingga efektivitas dam parit rendah. Hal ini terjadi pada CT-4 dan CT-5, kedua dam parit ini memiliki ratio debit yang keluar dibandingkan debit yang masuk sama. Fungsi dam parit CT-4 dengan CT5 pada kondisi debit aliran rendah hanya menampung air dari sungai Citeko kemudian mengalirkannya ke saluran irigasi untuk mengairi lahan, peternakan atau kebutuhan rumah tangga. Fungsi dam parit untuk pengendalian banjir belum optimal karena debit air sungai kecil. Selain itu, kemungkinan limpasan permukaan pada bulan Desember masih mengisi air bawah tanah karena pada bulan sebelumnya infiltrasi rendah. Ratio dam parit CT-4 dan CT-5 pada saat debit aliran rendah terdapat pada Tabel 6. DP CT4 CT5 Tabel 6. Debit Aliran Rendah Curah Debit (m 3 /detik) Hujan (cm) Masuk Dam Parit Keluar Dam Parit Ratio 0 0,46 0,37 0,80 1,2 0,88 0,77 0,87 0 0,56 0,48 0,85 1,3 0,88 0,73 0,82 39

Berdasarkan Gambar 13 dan 14, debit yang keluar dari dam parit mengalami penurunan dibandingkan debit yang masuk ke dam parit, seiring hal itu debit pada saluran irigasi semakin bertambah. Artinya debit sungai Citeko menurun setelah melewati dam parit. Grafik bulan Desember 2007 menunjukkan bahwa garis pada CT4 dan CT5 berhimpit, yaitu jarak antara debit yang masuk dengan debit yang keluar sangat dekat. Selain itu air yang masuk ke saluran irigasi kecil. Artinya pada kondisi debit aliran rendah kemampuan dam parit dalam menurunkan debit kecil sehingga ratio antara debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit tinggi dan efektivitas dam parit dalam kondisi tersebut rendah. Meskipun pada saat debit aliran rendah, namun air masih tetap mengalir ke saluran irigasi. Hal ini disebabkan karena pada dam parit yang dialirkan ke target irigasi dilengkapi dengan pintu air. Pintu air berfungsi untuk menutup sebagian saluran dam parit agar pada saat musim kemarau air tetap mengalir ke saluran irigasi Debit (m3/detik) 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Debit Dam Parit Citeko 4 1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 Hari Debit Masuk Debit Spilway Debit Keluar Gambar 13. Fluktuasi Debit CT-4 40

Debit Dam Parit Citeko 5 Debit (m3/detik) 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 Hari Debit Masuk Debit Spilway Debit Keluar Gambar 14. Fluktuasi Debit CT-5 5.2.2 Debit Aliran Tinggi (High Flow) Hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Januari dan semakin meningkat hingga bulan Februari. Rata rata rasio penurunan debit pada CT-4 adalah 0,7 dan pada CT-5 adalah 0,4. Pada debit aliran tinggi rasio debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit semakin turun. Semakin besar debit yang masuk ke dam parit maka semakin besar debit yang akan dilimpaskan ke saluran irigasi sehingga debit yang keluar dari dam parit menurun. Rasio CT 5 lebih rendah daripada CT 4 pada kondisi debit aliran tinggi (Tabel 7). Berdasarkan Gambar 13 dan 14, jarak garis pada debit yang masuk dam parit dengan debit keluar dam parit pada CT5 lebih renggang dibandingkan CT4. Artinya pada saat debit aliran tinggi kemampuan CT5 dalam melimpaskan debit ke saluran irigasi lebih besar. Hal ini dipengaruhi adanya konstruksi bangunan dam parit Citeko 5 lebih efektiv dibandingkan konstruksi bangunan dam parit Citeko 4. 41

CT4 CT5 DP Tabel 7. Debit Aliran Tinggi Curah Debit (m 3 /detik) Hujan (cm) Masuk Sungai Keluar Sungai Ratio 45,9 6,38 4,96 0,77 51,1 6,48 5,16 0,79 50,7 5,96 2,75 0,46 59,1 5,86 2,62 0,44 Terjadi kondisi ekstrim pada saat debit aliran tinggi di CT-4 dimana ketinggian air pada saluran dam parit mencapai maksimal. Hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi akan tetapi kondisi ini jarang terjadi. Curah hujan ekstrim ini menyebabkan dam parit penuh kemudian spilway penuh dan saluran irigasi tidak mampu menampung lagi. Efektivitas dam parit menurun pada kondisi ini hingga dapat mencapai nilai terendah. Kemampuan dam parit dalam mengurangi debit sungai sebatas kapasitas maksimum spilway dan saluran irigasi. Air dari saluran irigasi meluap ke areal pertanian maupun ke lahan lahan disekitar dam parit. Apabila air yang telah meluap dari saluran irigasi kembali ke sungai tidak akan menambah debit sungai sehingga menyebabkan banjir karena debit puncak telah berlalu. Artinya meskipun air meluap pada saat curah hujan tinggi, dam parit masih berfungsi dalam mengurangi debit sungai dan melimpaskannya ke saluran irigasi. Selain itu air yang meluap dan masuk ke lahan disekitar dam parit dapat terinfiltrasi dan menjadi cadangan air bawah tanah. 5.3 Efektivitas Dam Parit dalam Penanggulangan Banjir Salah satu penyebab banjir adalah adanya distribuasi curah hujan yang terjadi dalam waktu yang singkat dengan intensitas tinggi atau curah hujan dengan intensitas rendah tetapi dalam waktu yang lama. Ketika kapasitas infiltrasi maksimum dan tanah tidak mampu menampung lagi, maka air hujan akan menjadi aliran permukaan. Aliran 42

permukaan melimpas dari hulu ke hilir, dari sungai berorde 1 kemudian berkumpul di orde 3 hingga bermuara ke laut. Bila debit dari sungai orde 1 tinggi maka pada sungai orde 2 debit yang dihasilkan volumenya akan lebih besar lagi sehingga potensi banjir di daerah hilir besar. Teknologi dam parit dalam fungsinya sebagai pengendalian banjir diharapkan dapat mengurangi debit yang berada di sungai orde 1 dan 2 sehingga pada saat hujan dan terjadinya debit puncak, debit yang terkumpul di hilir (orde 5 atau 6) berkurang dan diharapkan potensi banjir juga berkurang. Efektivitas dam parit pada DAS Citeko untuk mengetahui bahwa teknologi ini tepat guna untuk mengendalikan banjir. Efektivitas dam parit rendah pada saat debit aliran rendah dan akan semakin meningkat pada saat debit aliran tinggi. Adanya kenaikan debit air di sungai akan semakin menurunkan ratio antara debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang masuk ke dam parit, sehingga meningkatkan efektivitas dam parit (berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9). Berkurangnya debit yang keluar dari dam parit pada kondisi hujan saat terjadinya debit puncak diharapkan dapat mengurangi resiko banjir. Pengembangan teknologi dam parit sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam skala DAS. Pembuatan dam parit selama ini masih dilakukan di orde 1 dan 2, bila diterapkan di orde 3, 4 dan seterusnya maka diperlukan ukuran dan dimensi lebih besar daripada yang ada sekarang ini. Tabel 8. Efektivitas Dam Parit CT-4 Efektivitas (%) CT-4 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Terendah 10,9 10,6 17,20 Tertinggi 18,4 23,6 23,89 43

Tabel 9. Efektivitas Dam Parit CT-5 Efektivitas (%) CT-5 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Terendah 10,10 14,08 20,85 Tertinggi 19,10 23,56 28,81 5.3 Multifungsi Air Dam Parit Pembangunan dam parit berdasarkan Balitklimat, 2005 merupakan permintaan dari petani setempat, sehingga dalam pembangunannya dengan menggunakan fasilitas yang sudah ada. Saluran air yang dipakai adalah dengan memanfaatkan saluran air yang sudah ada, kemudian air yang dibendung berasal dari aliran sungai yang telah dimanfaatkan oleh petani sebelumnya. Seperti halnya pada CT-4, dam parit membendung sungai yang ada di citeko dan menggunakan saluran air yang sudah ada. Hal ini memiliki dampak keuntungan dan kendala. Keuntungannya adalah dapat menekan biaya pembuatan dam parit, sedangkan kendalanya antara lain adalah pemanfaatan spillway atau saluran air yang sudah ada, yaitu untuk menambah kapasitas air pada spillway atau pada saluran air akan menghabiskan biaya yang lebih besar lagi. Dam parit dibangun secara bertingkat pada DAS Citeko, Sub DAS Cibogo, DAS Ciliwung, Kabupaten Bogor. Yang meliputi Citeko (CT) : CT-1, CT-2, CT-3, CT-4, CT-5, CT-6 dan CT-7. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah CT-4 dan CT-5. Pembangunan dam parit secara bertingkat mengikuti jalur aliran yang penentuan lokasinya masih dilakukan secara manual dengan memperhatikan luas daerah tangkapan, target irigasi, penggunaan lahan, bentuk penampang jalur sungai. 44

Berdasarkan luasan daerah tangkapan tersebut maka diketahui pada musim kemarau ternyata debit aliran ternyata masih sangat kecil, namun di musim hujan aliran permukaan pada dam parit teratas masih cukup besar. Oleh karena itu pada dam parit bertingkat, dam parit paling atas hanya berfungsi sebagai penampung air sebagai cadangan bagi dam parit dibawahnya. Sebagian besar dam parit telah dilengkapi dengan jaringan irigasi ke daerah target dengan sistem gravitasi. Sistem irigasi terbuka dilakukan dam parit yang dibangun dam parit yang mempunyai debit aliran dasar cukup besar (> 2 lt/dt) sedangkan irigasi tertutup dilakukan pada dam parit yang dibangun pada sungai dengan debil aliran dasar lebih kecil dari 2 l/dt. Dam parit pada DAS Citeko yang dilengkapi dengan saluran irigasi adalah CT-4, CT-5, CT-6 dan CT-7. Air dialirkan secara grafitasi melalui saluran irigasi terbuka untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian dengan tanaman utama padi dan sayuran dataran tinggi. Dam parit CT-4 dengan target irigasi masing masing seluas 22 H di Desa Citeko, dimusim kemarau debitnya sangat turun sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman bila disalurkan dengan sistem terbuka. Sedangkan untuk CT-5 dengan target irigasi 21 ha di desa Kuta, air cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman sepanjang tahun dengan pola tanam padi 2 kali dan sayuran. Air dari dam parit diperlukan untuk irigasi areal pertanian bagi tanaman sayuran dataran tinggi seperti padi, wortel, kubis, kubis bunga, cabe, sawi, pakcoi dan buncis. Sedangkan untuk keperluan rumah tangga penduduk sebanyak kurang lebih 120 KK atau 550 jiwa dan ternak kambing sebanyak 100 ekor. Pola tanam di derah target irigasi dapat dibedakan dalam beberapa pola yaitu: 1) Padi Padi Sawi 2) Padi Padi Tomat 3)Wortel Wortel Wortel 4) Padi Padi Wortel 5) Wortel Buncis Tomat 6) Kubis Wortel Kubis 7) Wortel Wortel Kubis dan 7) 45

Tumpang sari sayuran. Air dari dam parit yang masuk ke saluran irigasi dan masuk ke lahan pertanian dan perumahan penduduk dimanfaatkan untuk berbagai macam penggunaan. Berdasarkan pengukuran air selama tiga bulan yaitu bulan Desember 2007 hingga Februari 2008 didapatkan debit sebagai berikut: Tabel 10. Total Debit Bulan Total Debit / Bulan (m³/bulan) CT-4 CT-5 Des-07 31.449,6 103.852,8 Jan-08 193.276,8 286.502,4 Feb-08 350.784,0 471.744,0 Total 575.510,4 862.099,2 Analisis ekonomi penggunaan air dam parit adalah air yang dihasilkan dari dam parit yang dimanfaatkan oleh penduduk baik aspek pertanian, peternakan dan non pertanian. Aspek pertanian adalah komoditas pertanian dari penggunaan lahan yang mendapatkan manfaat dari air dam parit. Komoditas pertanian ini meliputi jagung, pisang, terong, ketela, ubi rambat, wortel, sawi, kacang, tomat dan padi. Aspek peternakan adalah adanya ternak yang merasakan manfaat dari air dam parit, yaitu ayam, kelinci dan kambing. Sedangkan aspek non pertanian adalah aspek diluar pertanian yang merasakan manfaat dari dam parit, yaitu untuk air baku mutu atau yang digunakan untuk kebutuhan sehari hari, meliputi penggunaan rumah tangga, penyediaan pada mushola dan mencuci motor. Penelitian ini menghitung keuntungan minimal dari dam parit, yaitu menghitung komoditas pertanian yang mendominasi di target irigasi dam parit. Berdasarkan data sekunder dan pengamatan di lahan, tanaman padi paling banyak ditemui pada dam parit Citeko 4. Hasil survey yang dilakukan kepada petani bahwa sebelum ada irigasi ke lahan pertanian, tanaman yang ditanam adalah jagung, karena 46

hanya mengandalkan air hujan. Ketika ada irigasi dari dam parit yang masuk ke lahannya, petani menggantinya dengan sawah untuk ditanami padi. Ada perubahan keuntungan dari menanam jagung menjadi menanam padi. Sebelum ada irigasi dam parit petani menanam jagung karena hanya mengandalkan air hujan, ketika ada irigasi dari dam parit petani memnfaatkan lahannya untuk menanam padi. Hal ini disebabkan padi membutuhkan banyak air daripada jagung. Terjadi kenaikan B/C pada saat menanam jagung yaitu 1,67 menjadi 1,95 setelah menanam padi. Tabel 11. Analisis Usaha Tanaman Padi Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi Benih 25 Kg 2.500 62.500 Urea 200 Kg 1.250 250.000 SP-36 100 Kg 1.700 170.000 KCL 25 Kg 2.000 50.000 Pestisida 1 Liter 100.000 100.000 Jumlah 632.500 * Tenaga Kerja Pengolahan Tanah: 16 hkp - Traktor 2 hkp 200.000 200.000 - Meratakan Tanah 8 hkp 8.000 64.000 Persemaian 2 hkp 8.000 16.000 47

Keuntungan : Keuntungan : Keuntungan : Tanam 15 hkw 5.000 75.000 Mencaplak 2 hkp 8.000 16.000 Pemupukan 4 hkw 5.000 20.000 Penyiangan 20 hkw 5.000 100.000 2 hkp 8.000 16.000 Penyemprotan 2 hkp 8.000 16.000 Panen 1150 Kg (bawon) 1.200 1.380.000 Jumlah 1.903.000 * Total biaya 2.535.500 * Penerimaan hasil 6250 Kg 1.200 7.500.000 * Untung 4.964.500 Tabel 12. Analisis Usaha Tanaman Jagung Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi Benih 25 Kg 1.500 37.500 Urea 100 Kg 1.250 250.000 SP-36 50 Kg 1.700 95.000 KCL 25 Kg 2.000 50.000 Pestisida 1 Liter 100.000 100.000 Jumlah 532.500 * Tenaga Kerja Pengolahan Tanah 10 hkp 8000 80.000 Persemaian 2 hkp 8.000 16.000 Tanam 15 hkw 5.000 75.000 Pemeliharaan 30 hkw 5.000 150.000 Panen 425 Kg (bawon) 850 361.250 Jumlah 682.250 * Total biaya 1.214.750 * Penerimaan hasil 3825 Kg 850 3.251.750 * Untung 2.036.500 Tabel 13. Nilai B/C Jagung dan Padi Uraian Biaya (Rp) Pendapatan(Rp) Keuntungan (Rp) B/C Jagung 1.214.750 3.251.750 2.036.500 1,67 Padi 2.535.500 7.500.000 4.964.500 1,95 Satu petak lahan dapat memberi penambahan keuntungan bagi areal target irigasi. Padi Oktober Padi Februari Sawi Juli 48

Keuntungan ini sebanding dengan biaya pembuatannya sebesar Rp. 10.000.000 dengan umur dam 5 tahun hingga 10 tahun untuk tiap dam. Tabel 14. Analisis Usaha Tanaman Sawi Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) * Sarana Produksi Benih Kantong 20.000 20.000 Urea 5 Kg 1.250 6. 250 SP-36 1 Kg 1.700 1.700 KCL 1 Kg 2.000 2.000 Pestisida 1 Liter 100.000 100.000 Jumlah 129.950 * Tenaga Kerja Pengolahan Tanah 3 hkp 8000 24.000 Persemaian 2 hkp 8.000 16.000 Tanam 5 hkw 5.000 25.000 Pemeliharaan 5 hkw 5.000 25.000 Panen 130 Kg (bawon) 1.500 195.000 Jumlah 285.000 * Total biaya 414.950 * Penerimaan hasil 1.148 Kg 1.500 1.722.000 * Untung 1.308.000 Petani memiliki pola tanam yang berbeda beda dalam jangka waktu satu tahun. Contoh yang diambil pada penelitian ini adalah pola tanam Padi Sawi Padi. Keuntungan ekonomi selama satu tahun dalam satu petak lahan tersebut adalah akumulasi keuntungan dua kali menanam padi dan keuntungan menanam sawi. Sehingga nilai B/C ratio dari dam parit selama lima tahun dalam satu petak lahan adalah seperti tabel dibawah ini. Biaya Pembuatan Dam Parit (Rp) 25.000.000 Tabel 15. Tabel B/C Ratio Dam Parit Pendapatan Selama 5 Tahun (Rp) B/C Ratio Keterangan (2.928.000 + 2.928.000 35.820.000 + 1.308.000) x 5 = 25.000.000 Layak 35.820.000 = 1,43 Dilaksanakan 49

B/C ratio dam parit dalam satu petak lahan diatas atau lebih tinggi dari 1 maka teknologi ini dapat dilaksanakan. Bila dam parit dapat memberikan keuntungan pada satu petak lahan maka teknologi ini lebih memberi manfaat pada satu wilayah target irigasi. Hal ini karena dalam satu wilayah target irigasi tidak hanya mengairi lahan, tetapi juga untuk memberi minum ternak, keperluan rumah tangga dan dimanfaatkan pada fasilitas umum. Selain mengalir ke target irigasi, air dari dam parit ini ada yang masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi. Air yang masuk ke dalam tanah akan dapat dimanfaatkan sebagai cadangan ketika musim kemarau. Hal ini terhitung sebagai keuntungan, namum perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat mengkuantifikasikannya. Agar cadangan air di dam parit bisa dimanfaatkan secara lebih efektif perlu dirancang sistem penyaluran irigasi melului saluran tertutup di musim kemarau. Ketika musim kemarau, air yang tertampung di dalam dam parit air disalurkan melalui bak saluran tertutup dengan menggunakan pipa sampai bak pembagi., dari bak pembagi disalurkan ke bak penampungan masing-masing lahan target irigasi. Bak penampungan yang terdapat di masing-masing lahan air dimanfaatkan untuk menyiram tanaman palawija dan sayuran dengan cara ditimba. Berdasarkan hasil pengamatan di dam parit tersebut dengan sistem modifikasi penyaluran air ini selain masyarakat dapat menanam tanaman, pada bak penampungan juga ditanami ikan sehingga menambah pendapatan petani. Sebagian petani memanfaatkan air yang terdapat di dam parit dengan sistem pompa untuk mengairi lahan yang tidak dapat dialiri air melalui sistem saluran terbuka. 50