BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. Dunia pendidikan mempunyai banyak bidang ilmu yang dapat dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mencakup tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

WAHYU INDRIANI PUTRI A.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat penghubung dan pengenal bagi masing-masing. merupakan alat kontrol utama manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

SINEMATEK TERPADU DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimilikinya. Pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kebutuhan seseorang, yaitu untuk mengekspresikan diri, untuk

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya.

KEGIATAN PENGAJARAN BAHASA JEPANG DI SMA NEGERI 12 BEKASI

BAB 1. Pendahuluan. Dalam kesehariannya, manusia pasti tidak akan pernah lepas dari penggunaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara yang dikenal sebagai negara modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya yang pesat. Ada satu hal yang menarik dari Jepang, yakni meski sudah menjadi negara modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya yang pesat, Jepang tidak begitu saja meninggalkan budaya lokalnya, justru Jepang terlihat semakin mengembangkan budaya lokalnya. Budaya lokal tersebut dikenal di berbagai negara lainnya, salah satunya dikenal di Indonesia. Jepang dikenal di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak lama, terutama ketika Jepang menjajah Indonesia. Namun selanjutnya, kedua negara ini membina hubungan persahabatan yang sangat erat yang berlandaskan hubungan kerjasama di berbagai bidang seperti kebudayaan, ekonomi, dan sebagainya. Hubungan persahabatan seperti ini dibangun dengan proses yang cukup panjang. Hubungan Jepang dengan Indonesia sekarang ini, salah satunya ditandai dengan keberadaan orang Jepang di Indonesia dan orang Indonesia di Jepang. Data tentang ini dapat dilihat dari data pada 2015, di mana orang Jepang yang berada di Indonesia sekitar 11.000 orang. Ada pun orang Indonesia yang berada di Jepang sebanyak 24.000 orang (https://id.wikipedia.org/wiki/hubungan_indonesia_dengan_jepang). Keberadaan orang Jepang di Indonesia atau orang Indonesia di Jepang terkait beberapa hal, di antaranya bekerja dan belajar bahasa. Dalam hal pekerjaan, Jepang banyak membuka perusahaan di Indonesia dengan memperkerjakan orang Indonesia. Perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia, banyak memperkerjakan orang Indonesia. Pada 2015, perusahaan Jepang di Indonesia berjumlah lebih dari 1000 perusahaan, di mana 300.000 pekerjanya adalah orang Indonesia (https://id.wikipedia.org/wiki/hubungan_indonesia_dengan_jepang). Orang Indonesia bukan hanya bekerja di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, tetapi juga di perusahaan Jepang yang ada di Jepang. Tentang hal ini karena memang Jepang sangat membutuhkan tenaga muda dari luar untuk pembangunan negaranya.

Dalam hal pembelajaran, banyak orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Begitu juga banyak orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang, baik di SMA, di perguruan tinggi dan di tempat kursus bahasa Jepang. Jumlah yang mempelajari bahasa Jepang di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Sebagai contoh pada 1998, jumlahnya hanya 54.000 orang, tetapi pada 2003, jumlah tersebut naik menjadi 85.000 orang dan tahun 2006 menjadi 272.000 orang (http://www.goikuzo.com/?p=422). Perkembangan selanjutnya, pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, berdasarkan data Japan Foundation per tahun 2012, jumlahnya mencapai 872.411 orang. Jumlah ini menempati urutan kedua dunia setelah negara China yang menempati urutan pertama pembelajar bahasa Jepang terbanyak yaitu 1.046.490 orang (http://www.pikiranrakyat.com/pendidikan/2015/10/26/347501/indonesia-peringkat-kedua-dunia-pembelajar-bahasajepang-terbanyak). Maraknya pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia, secara tidak langsung bersamaan dengan masuknya budaya Jepang ke Indonesia. Budaya Jepang di Indonesia tampaknya diterima dengan baik oleh masyarakat di Indonesia terutama kaum mudanya. Hal itu dapat dibuktikan oleh tingginya jumlah pembelajar bahasa Jepang di Indonesia yang menggelar festival-festival Jepang di Indonesia, bahkan berbagai macam komunitas pecinta Jepang pun telah banyak terbentuk di kalangan muda, khususnya pelajar SMA dan mahasiswa. Tak heran jika saat ini banyak pemudapemudi Indonesia yang berpenampilan ala Jepang. Ini merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan kecintaan terhadap Jepang. Pencinta Jepang sebagaimana disebutkan di atas, adalah pelajar SMA dan mahasiswa. Menurut data Japan Foundation bila keduanya dibandingkan, kebanyakan yang menyukai Jepang di Indonesia adalah pelajar SMA. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara yang diprioritaskan untuk diberikan bantuan peningkatan kemampuan Bahasa Jepang, terutama bagi guru-guru lokal (https://www.jurnalasia.com/edukasi/indonesia-pembelajar-bahasa-jepang.terbanyak-kedua/). Sekolah tingkat SMA/se-derajat di Indonesia yang memberikan mata pelajaran bahasa Jepang berjumlah 133 sekolah. Ada pun SMA yang menyediakan kegiatan ekstrakurikuler bahasa Jepang berjumlah 1.712. (http://www.goikuzo.com/?p=422). SMA Negeri 12 Bekasi merupakan salah satu SMA yang memberikan pelajaran bahasa Jepang dan menyediakan kegiatan ekstrakurikuler tentang Jepang.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, selain belajar bahasa Jepang, juga dibentuk klubklub Jepang. Di klub-klub Jepang, sesama penyuka Jepang berkumpul. Dapat dikatakan bahwa klub-klub Jepang ini adalah wadah untuk para pecinta Jepang di sekolah. Dalam klub tersebut mereka banyak belajar tentang budaya Jepang. Budaya Jepang di sekolah akan menimbulkan pengaruh terhadap siswa, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif, di mana mereka dimungkinkan akan mendapat wawasan tentang Jepang yang dikenal dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan pengetahuan, sehingga dapat dijadikan sebagai motivasi dalam menempa diri para pelajar untuk maju. Pengaruh negatif, di mana mereka dimungkinkan akan kehilangan rasa nasionalisme karena mengagumi Jepang secara berlebihan. Hal ini karena pengaruh budaya luar tidak selamanya menguntungkan, tergantung bagaimana seseorang memilahnya dengan baik. Selain budaya, pelajaran bahasa Jepang yang diberikan di sekolah pun dapat memberi pengaruh terhadap siswa, baik pengaruh postif maupun negatif. Sebagai contoh dengan menjadikan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran wajib. Bagi siswa yang menyukai bahasa Jepang, tentunya dapat membantu untuk melancarkan kemampuan bahasa Jepangnya. Namun demikian, mungkin ada di antara mereka yang tidak menyukainya. Ini membuat siswa yang tidak menyukai bahasa Jepang terpaksa harus mengikuti pelajaran bahasa Jepang, karena akan ada penilaian di buku Rapor. Tentu hal ini terasa kurang menyenangkan bagi mereka yang sama sekali tidak berminat dengan bahasa Jepang. Bukan hal yang tidak mungkin dengan adanya bahasa Jepang sebagai mata pelajaran wajib di sekolah, akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap para siswa yang tidak menyukai bahasa Jepang. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah: 1. Beberapa SMA di Indonesia memberikan pembelajaran bahasa Jepang sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti.

2. Beberapa SMA di Indonesia menyediakan kegiatan ekstrakurikuler dengan membentuk klub Jepang. 3. Klub Jepang merupakan sarana di mana pelajar SMA mengenal budaya Jepang dan mempelajari bahasa Jepang. 4. SMA Negeri 12 Bekasi memberikan pelajaran bahasa Jepang dan menyediakan kegiatan ekstrakurikuler klub Jepang. 5. Pendidikan bahasa dan budaya Jepang di sekolah dapat berpengaruh terhadap siswa SMA Negeri 12 Bekasi. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan sesuai dengan tema penelitian yakni pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apa tujuan diadakannya pendidikan bahasa dan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi? 2. Bagaimana pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Tujuan diadakannya pendidikan bahasa dan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi. 2. Pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi.

1.6 Landasan Teori Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan pendidikan, bahasa, dan budaya. 1.6.1 Pendidikan Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut Education yang berasal dari kata Educare yang berarti menarik keluar atau drawing out atau memunculkan potensi anak atau mengembangkan potensi anak didik (Aaeni & Nurjaman, 2015: 9). Pendidikan memiliki arti yang sangat luas. Pendidikan tidak hanya diartikan sebagai upaya untuk menyampaikan nilai-nilai dan ilmu pengetahuan yang terintegerasi pada sebuah masyarakat, namun pendidikan juga diartikan sebagai sosialisasi sistem nilai dan pembudayaan (Mubasyira, 2016: 1). Menurut Carter V. Good, pendidikan adalah seni dan proses pengembangan pribadi. Pendidikan sebagai seni artinya pendidikan harus berlangsung sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing individu (peserta didik). Pendidikan sebagai proses pengembangan pribadi artinya pendidikan dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi peserta didik menjadi orang yang dewasa secara psikologis. Seseorang dikatakan dewasa terutama ditunjukkan dengan kemampuannya untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang bermanfaat dan yang merugikan, dan mereka berperilaku sesuai dengan pemahaman tersebut (Ahmadi, 2014 : 33). Menurut Langeveld, pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah, 2015: 2). Menurut Brubacher, pendidikan adalah proses yang mana potensi-potensi manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa, dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (Ahmadi, 2014: 34).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Hasbullah, 2015: 4). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh yang diberikan kepada manusia yang mana potensi-potensi manusia mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa agar mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1.6.2 Bahasa Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan (Yanti dkk, 2016: 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (KBBI, 2003: 88). Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Komposisi: Pengantar Kemahiran Bahasa, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1994: 1). Selanjutnya, Martinet (1987: 32) menerangkan bahwa bahasa adalah sebuah alat komunikasi untuk menganalisis pengalaman manusia secara berbeda di dalam setiap masyarakat, dalam satuan-satuan yang mengandung isi semantik dan pengungkapan bunyi (Yanti dkk, 2016: 2). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan oleh manusia untuk bekerjasama, berinteraksi, mengidentifikasikan diri dan menyampaikan pikiran atau perasaan.

1.6.3 Budaya Budaya (Budhaya) berasal dari bahasa Sansekerta, budhi dan daya. Budhi artinya akal atau pikiran, daya artinya kemampuan. Jadi kata Budaya itu berarti kemampuan akal atau pikiran (Suhendar & Supinah, 1993: 7). JMW Bakker menyatakan bahwa istilah budaya berasal dari istilah abhudaya yang menunjuk pada pengertian hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba lengkap, bahasia, sejahtera lahir dan batin, jasmani maupun rohani (Weruin, 2014: 27). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat yang sudah berkembang (beradab, maju) dan sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah (KBBI, 2003: 169). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seseorang yang berusaha berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, dan ini membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Sulasman & Gumilar, 2013: 20). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat, cara hidup yang berkembang dan menjadi kebiasaan yang sulit diubah serta diwariskan dari generasi ke generasi. 1.7 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yaitu metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui data yang telah terkumpul serta membuat kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik kepustakaan, kuesioner, wawancara dan observasi. Teknik kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku, jurnal, atau website yang relevan untuk membantu melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik kepustakaan digunakan untuk memperoleh data terkait dengan pendidikan, bahasa, dan budaya Jepang di Indonesia.

Teknik kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket berupa daftar pernyataan atau pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna mengetahui tanggapan responden terhadap pernyataan atau pertanyaan yang diajukan. Teknik kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh adanya pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi. Kuesioner disebar kepada 50 siswa SMA Negeri 12 Bekasi pada 27 Januari 2017. Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara secara langsung oleh pihak yang berhubungan dengan penelitian. Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang tujuan diadakannya pendidikan bahasa dan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi. Wawancara dilakukan kepada wakil kepala SMA Negeri 12 Bekasi bidang kurikulum pada 17 November 2017, guru bahasa Jepang SMA Negeri 12 Bekasi dan ketua klub Jepang SMA Negeri 12 Bekasi pada 18 November 2017. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan survei lapangan secara langsung oleh penulis. Teknik observasi digunakan, agar penulis dapat mengamati secara langsung kegiatan belajar mengajar bahasa Jepang di kelas serta perkembangan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi. Observasi dilakukan pada 17 23 November 2016. 1.8 Manfaat Penelitian Untuk penulis dan pembaca : 1. Menambah pengetahuan tentang pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi. 2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Untuk SMA Negeri 12 Bekasi : 1. Sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki sistem pengajaran yang belum optimal. 1.9 Sistematika Penulisan Bab I, merupakan pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, merupakan pemaparan tentang pendidikan bahasa dan budaya Jepang di SMA Negeri 12 Bekasi. Bab III, merupakan pembahasan tentang pengaruh pendidikan bahasa dan budaya Jepang terhadap siswa di SMA Negeri 12 Bekasi. Bab IV, kesimpulan.