BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi yang didirikan seiring diberlakukannya UU No 33 Tahun 2004 tentang pertimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan terus dilakukannya evaluasi dan evolusi, selanjutnya reformasi pengelolaan keuangan Negara oleh pemerintah salah satunya ditetapkan UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara. Pada UU No 17 tahun 2003 khususnya pasal 31, disebutkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media bagi sebuah entitas dalam hal ini pemerintah untuk mempertanggung jawabkan kinerja keuangannya kepada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Dalam hal ini harus didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Rumbogo (2009) menyatakan bahwa dalam rangka membangun Sistem Akuntansi Instansi (SAI), sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 Tahun 2005, yang perlu diupayakan dan dikondisikan oleh semua instansi pusat dan daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat 1
dari setiap pimpinan unit akuntansi pada setiap tingkatan, (2) perangkat computer dan printer (hardware) yang diperlukan untuk dapat berfungsinya perangkat tersebut pada setiap tingkatan unit akuntansi, (3) sumber daya manusia (brainaware) yang akan menyelenggarakan SAI pada setiap tingkatan unit akuntansi keuangan/barang dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam hal akuntansi dan pengoperasian computer, (4) anggaran (budget) yang cukup untuk menyelenggarakan SAI pada setiap tingkatan unit akuntansi, dan (5) review yang memadai dan berkualitas oleh aparat pengawasan internal (BPKP, Itjen/Irtama, Itprop/Kab/Kota) yang didukung staf internal auditor dengan memiliki kompetensi di bidang akuntansi. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Rumbogo (2009) dan Windiatuti (2013) hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh (Isniatun Munawaroh, 2010 Hal 1-10) yang menyatakan bahwa perkembangan dalam teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang signifikan ke semua aspek kehidupan manusia. Perkembangan ini memiliki dampak yang semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas, jarak, tempat, ruang dan waktu. Sejalan dengan itu menurut (Suhendro Winarso, Beni 2005, Hal.209-218) dalam (Muda dan Agus 2014) Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi telah mengubah cara hidup masyarakat didunia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keberadaan dan peranan teknologi informasi disegala sektor kehidupan tanpa sadar telah 2
membawa dunia memasuki era baru yang lebih cepat dari bayangan semula. Dampaknya juga jauh telah memasuki aspek-aspek sosial budaya manusia. Perkembangan era tersebut juga diikuti oleh perkembangan teknologi informasi (TI). Perkembangan teknologi informasi ini meliputi infrastruktur teknologi informasi, seperti Hardware, Software, Storage, dan komunikasi (Laudon, 2006). Perkembangan teknologi informasi berdampak signifikan terhadap Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Dampak yang dirasakan adalah dalam hal penerapan dari proses manual hingga saat ini berubah ke sistem terkomputerisasi dengan Hardware dan Software yang lebih maju serta SDM yang lebih handal. Disamping itu dampak yang dirasakan dari perkembangan teknologi informasi tersebut adalah peningkatan pengendalian internal sistem serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan. Perkembangan era tersebut juga diikuti oleh perkembangan teknologi informasi (TI). Perkembangan teknologi informasi ini meliputi infrastruktur teknologi informasi, seperti hardware, software, storage, dan komunikasi (Laudon, 2006). Perkembangan teknologi informasi berdampak signifikan terhadap Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Dampak yang dirasakan adalah dalam hal penerapan dari proses manual hingga saat ini berubah ke sistem terkomputerisasi dengan hardware dan software yang lebih maju serta SDM yang lebih handal. Disamping itu dampak yang dirasakan dari perkembangan teknologi informasi tersebut adalah peningkatan pengendalian internal sistem serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan (Noviasari, 2003). 3
Peran teknologi informasi dalam membantu proses akuntansi dalam perusahaan/organisasi telah lama berlangsung. Alasan utama penggunaan IT dalam akuntansi ialah efisiensi, penghematan waktu dan biaya. Alasan lain termasuk peningkatan efektifitas, mencapai hasil/output laporan keuangan dengan benar. Penggunaan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap kinerja penggunanya. Memang pada dasarnya penggunaan sistem informasi akuntansi saat ini adalah agar dapat memudahkan karyawan untuk tidak lagi melakukan tugas secara manual, selain itu dalam menyelesaikan perkejaan lebih tepat waktu, efektif dan efisien. Hal lain yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah sistem pengendalian intern pemerintah itu sendiri. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Dalam PP tersebut menyebutkan bahwa tujuan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya: a. Efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara; b. Keandalan laporan keuangan; c. Pengamanan aset Negara, dan d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Isu tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) tersebut mendapat perhatian cukup besar belakangan ini. Badan Pemeriksa Keuangan 4
(BPK) selaku auditor eksternal senantiasa menguji kekuatan SPI ini di setiap pemeriksaan yang dilakukannya untuk menentukan luas lingkup (scope) pengujian yang akan dilaksanakannya. Beberapa lembaga pemantau (watch) juga mengkritisi lemahnya SPI yang akan diterapkan di pemerintahan, sehingga membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaraan (APBN/APBD). Salamun (2007) menyatakan bahwa tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas public menimbulkan implikasi bagi manajemen pemerintahan (sector public) untuk memberikan informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh publik adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan Negara/Daerah dalam bentuk pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Oleh karena itu laporan keuangan Pemerintah Daerah harus memenuhi kebutuhan pengguna yang menginginkan transparansi dan akuntabilitas atas pengelolaan keuangan publik untuk berbagai kepentingan pengguna salah satunya pengguna informasi laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa Gubernur/Bupati/Wali Kota menyampaikan 5
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 yang merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa Opini dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). Ketika BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu : Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak Wajar (TW), dan Pernyataan Menolak memberi Opini atau Tidak Memberi Pendapat (TMP). Namun pada kenyataannya laporan keuangan pemerintah daerah masih jauh dari harapan. Hal ini ditunjukkan berdasarkan data dari IHPS (Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester) yang dikeluarkan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) untuk semester satu tahun 2013, perkembangan opini yang 6
diterima oleh LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan hasil sebagai berikut: Grafik 1.1 Perkembangan Opini LKPD Sumber: www.bpk.go.id (IHPS I 2014) Dari grafik 1.1 dapat kita lihat bahwa persentase LKPD yang memperoleh opini WTP pada Tahun 2013 adalah sebanyak 34%, meningkat 11% dari Tahun 2012 adalah sebanyak 23%. Persentase LKPD yang memperoleh opini WDP pada Tahun 2013 adalah sebanyak 60%, menurun 1% dari Tahun 2012 adalah sebanyak 61%. Persentase LKPD yang memperoleh opini TW pada Tahun 2013 adalah sebanyak 2%, meningkat 1% dari Tahun 2012 adalah sebanyak 1%. Persentase LKPD yang memperoleh opini TMP pada Tahun 2013 adalah sebanyak 4%, menurun 11% dari Tahun 2012 adalah sebanyak 15%. 7
Walaupun dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini terdapat peningkatan jumlah LKPD yang mendapat opini dengan kategori paling baik yaitu WTP namun jika dibandingkan dengan opini WDP, TW dan TMP, peningkatannya tidak signifikan dan masih merupakan sebagian kecil dari keseluruhan LKPD yang diperiksa. Hasil evaluasi oleh BPK menunjukkan bahwa LKPD yang memperoleh opini WTP dan WDP pada umumnya memiliki pengendalian intern telah memadai. Adapun LKPD yang memperoleh opini TW dan TMP memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Masih banyaknya opini TW dan TMP yang diberikan oleh BPK menunjukkan efektivitas SPI pemerintah daerah belum optimal. BPK menemukan beberapa kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, terdiri atas: 1. Pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat 2. Proses penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan 3. Terlambat menyampaikan laporan 4. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai 5. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai. Lembaga atau instansi pemerintahan merupakan salah satu badan yang juga mengolah atau memproses sistem keuangan baik penerimaan maupun pengeluaran kasnya menggunakan sistem akuntansi. Pada saat era globalisasi 8
sekarang ini akuntansi sudah menjadi salah satu ilmu yang sangat besar pengaruhnya dalam dunia usaha. Hal ini dapat dilihat dari semakin meratanya penggunaan sistem akuntansi diberbagai sektor baik itu di lembaga-lembaga atau instansi-instansi pemerintahan maupun non pemerintahan. Pemerintah Kota Serang merupakan suatu lembaga pemerintah yang dimiliki oleh pemerintahan yang merupakan lembaga penunjang bagi pemerintahan dalam rangka mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan terhadap masyarakat atau juga kegiatan lainnya. Sebagai salah satu instansi Pemerintah Kota Serang tentu memerlukan pengendalian yang matang dan cermat terhadap semua aktiva yang dimiliki khususnya pada kas guna mencegah terjadinya penyelewengan dan kesalahan yang dapat merugikan pemerintahan. Dari pengertian diatas, sudah pasti diketahui bagaimana pentingnya kas bagi suatu instansi pemerintahan atau perusahaan guna menjalankan semua kewajiban-kewajiban pemerintah, tanpa adanya kas semua aktivitas pemerintah akan lumpuh karena kekuatan suatu perusahaan bisa diukur dengan kekuatan aktivanya terutama kas. Maka dari itu Pemerintah Kota Serang memerlukan adanya suatu sistem pengendalian terhadap intern kas itu sendiri guna melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan akuntansi atas kas. Hal ini sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan kas pada Pemerintah Kota Serang. 9
Sedangkan pada Pemerintah Kota Serang sendiri selama kurun waktu empat tahun dari Tahun 2011 sampai 2015. Pada Tahun 2011 mendapat opini disclaimer salah satu penyebabnya yaitu banyak asset yang tercatat Rp 1. Pada Tahun 2012 memperoleh opini WTP. Pada Tahun 2103 memperoleh opini WTP. Pada Tahun 2014 juga mendapat WDP dengan catatan diantaranya belanja pegawai langsung dan belanja barang pada enam Kecamatan sebesar Rp 16,75 miliar, tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban yang valid. Berdasarkan LKPD di atas pengendalian dapat diartikan sebagai alat untuk mengkoordinasikan semua kegiatan pemerintahan/perusahaan agar semua rencana-rencana perusahan bisa berjalan dengan semestinya dan sesuai dengan rencana semula. Salah satu cara untuk melaksanakan pengendalian adalah dengan menyusun sistem pengawasan intern yang memadai. Tujuan pengendalian intern tersebut adalah untuk menjaga dan mengamankan harta instansi pemerintah (Pemerintah Kota Serang) dari berbagai bentuk penyelewengan yang dapat merugikan instansi/perusahaan itu sendiri, meningkatkan efisiensi dan mendorong pegawai mematuhi kebijakan yang ditetapkan instansi/perusahaan. Sumber daya manusia (SDM) memegang peranan penting dalam setiap organisasi tidak terkecuali pada organisasi pemerintah. Sumber daya manusia adalah pengelola dan pemikul tanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan Negara, maka diperlukan SDM yang kompeten dalam melaksanakan tugastugas. 10
Sepanjang akhir tahun 1960-an, para manajer, ilmuwan keperilakuan, analis keuangan dan para akuntan menjadi semakin tertarik terhadaap gagasan akuntansi bagi manusia sebagai sumber daya organisasional. Pada awalnya, gagasan tersebut adalah untuk memasukkan manusia ke dalam neraca karena diakui bahwa manusia adalah sumber daya yang berharga dan laporan keuangan tidaklah lengkap jika laporan keuangan tersebut tidak mencerminkan status dari aktiva manusia. Baru-baru ini, terdapat kecenderungan yang semakin kuat ke arah pengembangan metode akuntansi sumber daya manusia sebagai alat manajerial dan bukan untuk tujuan laporan keuangan. Beberapa organisasi bisnis telah mulai mengembangkan sistem akuntansi untuk sumber daya manusianya. Pengembangan metode akuntansi sebagai alat manajerial lebih kepada dukungan manajemen puncak terhadap efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Bagi suatu instansi pemerintahan secara keseluruhan sumber daya manusia merupakan kekayaan yang sangat berharga. Kehilangan atau kepindahan sumber daya manusia yang profesional bagi suatu instansi pemerintahan merupakan suatu kerugian yang besar karena hal tersebut akan membuang biaya yang telah dikeluarkan oleh instansi pemerintahan untuk membina atau mendidik sumber daya manusia yang diperolehnya itu. Kerugian lainnya adalah hilangnya kesempatan memanfaatkan sumber daya manusia tersebut untuk meningkatkan keuntungan yang bisa diperoleh instansi pemerintahan yang mungkin dapat juga mengancam kelangsungan hidup instansi 11
pemerintahan yang belum mempunyai sistem perekrutan serta pendidikan sumber daya manusia yang baik. Berdasarkan latar belakang instansi pemerintahan di atas, tentunya kinerja dan pencapaian instansi pemerintahan tersebut tidak lepas dari campur tangan dan kerja keras sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan sistem pengendalian internal, yang berkualitas dan kompeten sehingga perusahaan mampu mencapai tujuannya. Oleh karena itu penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kompetensi Sumber Daya Manusia, dan Penerapan SPI terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah Kota Serang. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Apakah pengaruh pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang? 2. Apakah pengaruh kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang? 3. Apakah pengaruh penerapan satuan pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang? 12
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a) Adalah untuk menganalisa secara empiris pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang. b) Adalah untuk menganalisa secara empiris kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang. c) Adalah untuk menganalisa secara empiris penerapan satuan pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kota Serang. 2. Kontribusi Penelitian a) Bagi Pemerintah Kota Serang Sebagai masukan dan pertimbangan kepada pihak Pemerintah Kota Serang untuk meningkatkan pencapaian yang lebih baik dalam kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Serang melalui kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki, pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia, dan penerapan sistem pengendalian internal. Pemerintah Kota Serang juga dapat mengetahui loyalitas, kinerja, dan tingkat kepuasan masyarakat Kota Serang. b) Bagi Penulis Penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai ruang lingkup kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki, pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia, dan penerapan sistem pengendalian internal yang terdapat di Kota Serang. 13
c) Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dalam bidang kajian yang sama maupun yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian ini. d) Bagi Universitas Mercu Buana Menambah referensi dan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana yang diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas karya tulis ini. 14