BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

dokumen-dokumen yang mirip
PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. SURAT PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR SINGKATAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak usia dibawah 5. terdapat 1,7 milyar kasus diare baru pertahunnya (WHO, 2013).

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI UKURAN TERBESAR LESI KONDILOMA AKUMINATUM ANOGENITAL DENGAN HITUNG SEL CD4 + PADA PASIEN HIV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

BAB I PENDAHULUAN. (Munoz dkk., 2003; Parkin dkk., 2002). Data tersebut mengalami perubahan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. dermatitis atopik. White Dermographism pertama kali dideskripsikan oleh Marey

B A B I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sepsis masih merupakan masalah utama kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. 1 Lebih dari 90% kondiloma genital disebabkan oleh tipe 6 dan 11, namun dapat juga disebabkan oleh tipe lain seperti tipe 16, 18, 31, 33 dan 35. 2-4 Setidaknya terdapat 40 dari 100 lebih tipe HPV yang menginfeksi epitel genital. 1,4,5,6,7 World Health Organization (WHO) menyatakan lebih dari 1 juta kasus Infeksi menular seksual (IMS) terjadi setiap harinya di seluruh dunia. 8 Di Amerika Serikat, data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tercatat lebih dari 19,7 juta kasus baru IMS setiap tahunnya, dan 14,1 juta kasus merupakan infeksi HPV. 9 Di Indonesia, dari data yang diambil dari beberapa RS bervariasi, di poliklinik IMS Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, kondiloma akuminata menduduki peringkat pertama kasus baru IMS pada periode 2008-2011 dengan angka kejadian berkisar antara 20,5% sampai 26% dari seluruh IMS. 10 Di poliklinik kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. DR.R.D. Kandou Manado periode Januari 2012-Desember 2012 terdapat 27 kasus baru KA (2,46%). 11 Di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 didapatkan IMS yang paling sering adalah KA yaitu sebanyak 20 kasus KA. 12 Sedangkan pada periode Januari 2008-Desember 2011 tercacat 76 kasus KA. 13 Pada tahun 2012, di RSU dr. Pirngadi Medan ada 6

kasus KA (8,6%) dari 70 kasus IMS. 14 Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo Surabaya, angka kesakitan KA tahun 2006 adalah 1,7% dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 1,9%. 15 HPV bersifat epiteliotropik yang dapat menyebabkan lesi kulit dan mukosa. Masing-masing tipe memiliki tropisme spesifik terhadap lokasi anatomi tertentu yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda, misalnya, HPV 2 dan HPV 4 sering terdeteksi pada kutil di tangan, HPV 6 dan HPV 11 paling sering terdeteksi pada kondiloma akuminata dan HPV 16 dan HPV 18 terdeteksi dalam presentasi yang tinggi dari kanker invasif anogenital. 4 Respon imun berperan penuh dalam membersihkan HPV dari tubuh. Bila sistem imun tidak berhasil membersihkan atau mengendalikan infeksi, maka akan terjadi infeksi persisten dan penyakit berkembang lebih lanjut hingga terjadi manifestasi klinis. Sistem imun adaptif baik imunitas seluler maupun humoral berperan dalam mengatasi infeksi HPV. 16 Bukti empiris pentingnya imunitas seluler dalam mengontrol infeksi HPV berasal dari banyaknya literatur yang mencatat peningkatan prevalensi infeksi HPV pada populasi imunosupresi, yaitu imunosupresi iatrogenik seperti penerima transplantasi ginjal dan individu dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Bukti yang paling meyakinkan mengenai adanya hubungan defek imunitas seluler dan infeksi HPV yaitu pada orang yang terinfeksi HIV, dimana individu tersebut menunjukkan peningkatan prevalensi infeksi HPV anogenital dan dengan periode persistensi HPV yang lama. Selain itu, infeksi dengan tipe HPV multipel dan dengan tipe onkogenik umum dijumpai. 17

Hal tersebut diatas mengindikasikan pentingnya imunitas seluler terhadap infeksi HPV yang diperankan oleh aktivitas limfosit T CD4 + /T helper/ (Th) dan limfosit T CD8 + /T cytotoxic (Tc). 4,16,18 Sel natural killer (NK) berfungsi melihat perubahan sel, apakah berubah bentuk ataupun terinfeksi oleh virus, bakteri, atau parasit. Patogen ini kemudian dibunuh secara langsung melalui perofrin/granzymeatau Fas/Fasl ligand-dependent mechanisms atau secara tidak langsung melalui sekresi sitokin (misalnya, interferon-γ (IFN-γ)). 19 Interleukin-2 (IL-2) dapat mengaktivasi sel NK dan menstimulasi proliferasi sel T teraktivasi. IL-2 merupakan produk sel T teraktivasi, dan interleukin-2 receptor (IL-2R) secara luas terbatas pada sel limfoid. 19 Kadar sitokin tipe T helper 1 (Th1) yaitu IL-2, interleukin-12 (IL-12) dan IFN-γ, secara nyata berkurang pada pasien KA dibandingkan dengan subjek sehat; namun, kadar Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) meningkat. Selain itu, sitokin tipe T helper2 (Th2), interleukin-4 (IL-4) dan interleukin-10 (IL-10), meningkat pada pasien KA dibandingkan kontrol, dan kadar interleukin-6 (IL-6) menurun. Penurunan keseluruhan pada sitokin tipe Th1 dan peningkatan sitokin tipe Th2 mengindikasikan supresi imunitas selular pada pasien KA. 20 Saat ini telah banyak yang melaporkan manfaat penggunaan IL-2 dalam terapi KA seperti pada penelitian Nambudirri dan Yi-Xuan, namun belum ada persetujuan Food and Drug Administration (FDA) mengenai penggunaan IL-2 sebagai terapi KA. 21,22 Hal ini menunjukkan bahwa IL-2 berperan penting pada KA. Pada penelitian yang dilakukan oleh Qifeng et al, Yating et al, Guangwen et al, Zhou-jin et al serta Ning et al menunjukkan bahwa kadar IL-2 serum yang rendah signifikan pada pasien

KA. Namun sebaliknya pada penelitian oleh Ji Feng menunjukkan kadar IL-2 yang tinggi signifikan pada pasien KA. 23-29 Dari paparan-paparan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar interleukin 2 pada pasien KA dan bukan pasien KA di divisi IMS SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) RSUP H. Adam Malik Medan dan Klinik IMS Veteran Medan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan antara kadar interleukin-2 serum pasien KA dan bukan pasien KA? 1.3 Hipotesis Kadar interleukin 2 serum pasien KA lebih rendah dibandingkan bukan pasien KA. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan antara kadar interleukin-2 serum pasien KA dan bukan pasien KA. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui kadar interleukin-2 serum pasien KA 2. Mengetahui kadar interleukin-2 serum bukan pasien KA 3. Mengetahui karakteristik demografi pasien KA (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pernikahan). 4. Mengetahui kadar interleukin-2 pada pasien KA dan bukan KA berdasarkan karakteristik demografi (usia dan jenis kelamin).

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bidang akademik/ilmiah: Membuka wawasan mengenai peranan interleukin-2 serum sebagai faktor resiko tambahan dalam patogenesis KA. 1.5.2 Pelayanan masyarakat Menjadi landasan untuk pendekatan terapi KA di masa yang akan datang terutama mengenai penggunaan interleukin-2 terhadap pasien KA. 1.5.3 Pengembangan penelitian: Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan teori bagi penelitian-penelitian selanjutnya.