PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tembakau termasuk golongan semusim. Dalam dunia pertanian tergolong tanaman perkebunan, tetapi bukan merupakan kelompok tanaman pangan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok (Cahyono, 1998). Penggunaan tembakau berasal dari bangsa Indian, berkaitan dengan upacara-upacara keagamaan mereka. Colombus pertama kali mengetahui penggunaan tembakau ini dari orang-orang Indian. Pada tahun 1556, tanaman tembakau diperkenalkan di Eropa, dan mula-mula hanya digunakan untuk keperluan dekorasi dan kedokteran/medis saja. Setelah itu tembakau menjadi populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya untuk menghilangkan rasa lapar dan mengobati beberapa penyakit (Matnawi, 1997). Tembakau telah terkenal sebagai komoditi ekspor sejak dua setengah abad yang lalu, yakni ketika penguasa kolonial yang kemudian digantikan oleh pemodal swasta mengusahakan untuk pasaran Eropa. Kira-kira dua abad sejak diperkenalkannya tembakau oleh bangsa Portugis di Nusantara, tanaman tembakau merupakan tanaman untuk komsumsi kelompok elite, dan kemudian secara bertahap meluas menjadi konsumsi rakyat kebanyakan (Pedmo dan Djatmiko, 1991). Di dunia pertembakan internasional, Indonesia telah terkenal karena jenis tembakau cerutu. Sebab sejak 2,5 abad yang lalu, Indonesia sudah mengekspor jenis tembakau ini. Tembakau cerutu yang paling terkenal yaitu tembakau deli. Di
samping tembakau deli, yang termasuk jenis tembakau cerutu yaitu tembakau besuki dan tembakau vorstenladen. Di pasaran internasioanal, tembakau deli lebih dikenal sebagai tembakau sumatera, sedangkan tembakau besuki dan tembakau vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau jawa (Tim Penulis, 1993). Tembakau deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu, kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun tembakau deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor satu di dunia, sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas tinggi. Tembakau deli termasuk tembakau kelas elite serta mempunyai keistimewaan anatara lain memiliki cirri, rasa, dan aroma khas yang tidak dapat digantikan posisinya dengan tembakau jenis lain (Erwin, 2000). Perkembangan penanaman tembakau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan perkembangan perdagangan di dunia luar. Di samping itu karena pengaruh iklim dan tanah di daerah-daerah pertanaman dan cara-cara bercocok tanam, banyak terdapat tipe-tipe atau jenis tembakau antara lain : tembakau susur, tembakau untuk sigaret kretek, rokok lintingan, tembakau sigaret putih, dan tembakau cerutu yang hasilnya dipasarkan di Eropa untuk industry cerutu (Abdullah dan Soedarmanto, 1990). Dalam budaya tanaman sering kita jumpai berbagai kendala yang mengakibatkan produksi berkurang. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman adalah adanya serangan penyakit khususnya patogen tular tanah. Beberapa upaya pengendalian seperti pemilihan varietas tahan, pengaturan jarak tanam, perawatan
benih dan pengendalian dengan secara kimia telah dilakukan agar tanaman terhindar dari penyakit (Mujoko dkk, 1999). Tanaman tembakau deli sangat peka terhadap penyakit, seperti penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri maupun virus. Penyakit tumbuhan menyebabkan kerugian yang cukup besar di setiap musim tanam. Kemunculan penyakit dapat terjadi pada berbagai fase mulai dari persemaian sampai saat panen, bahkan penyakit dapat terjadi pula pada periode lepas panen. Salah satu jenis penyakit tanaman yang menyerang pertanaman tembakau adalah penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur Pythium spp. (Erwin, 2000). Pythium ini tergolong kedalam kelas Phycomycetes. Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit hangus batang atau damping off yang dapat menyebabkan turunnya produksi sampai 20 % karena tidak baiknya bibit. Jamur ini pada umumnya berkembang di daerah tropika. Sumber penyakit pada umumnya berkembang di daerah tropika. Sumber penyakit pada umumnya terdapat di dalam tanah yang dipergunakan, atau terikut oleh aliran air hujan dan sebagainya (Erwin, 2000). Usaha pengendalian penyakit tanaman akhir-akhir ini lebih banyak ditekankan pada pengendalian secara biologi. Salah satu mikroba yang berpotensi sebagai agen antagonis patogen tular tanah termasuk Pythium spp. adalah jamur Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) (Hersanti, 1997). Penggunaan agen biologi sebagai pengendali patogen tular tanah memerlukan kondisi tanah yang cukup mendukung. Menurut Kobayashi dan Branch (1989) dalam Hersanti (1997), kombinasi antara jamur MVA dengan arang kelapa sawit pada tanaman lebih aktif dalam menekan layu
Fusarium axysporum f.sp. cucumberinum, Rhizoctonian sealant, Pythium spp. Jika dibandingkan dengan penggunaan MVA dan arang kelapa sawit secara sendiri-sendiri. BioVA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. BioVA-Mikoriza dapat membantu dan mempermudah akar tanaman dalam menyerap mineral dan unsure hara dari dalam tanah (Anonimus, 2006). Sehubungan dengan uraian diatas, untuk mengetahui lebih lanjut dalam menekan serangan jamur Pythium spp. maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengendalikan penyakit ini di lapangan pada tanaman tembakau deli. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang sekam terhadap jamur Pythium spp. Pada tanaman tembakau deli di lapangan. 2. Untuk mengetahui arang sekam yang efektif dalam membantu pertumbuhan Bio VA-Mikoriza untuk menekan jamur Pythium spp pada tanaman tembakau deli. 3. Untuk mengetahui efektifitas antara Bio VA-Mikoriza dan Arang sekam dalam menekan jamur Pythium spp pada tanaman tembakau Deli. Hipotesis Penelitian 1. Pemberian mikoriza dengan dosis yang berbeda mempengaruhi efektifitasnya dalam pengendalian penyakit Pythium spp. pada tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum L.).
2. Pemberian arang sekam dengan dosis yang berbeda mempengaruhi efektifnya penggunaan mikoriza dalam pengendalian penyakit Pythium spp. pada tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum L.). 3. Adanya interaksi antara Bio VA-Mikoriza dan Arang sekam dalam menekan jamur Pythium spp pada tanaman tembakau Deli. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.