BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN YURIDIS DISPENSASI PERMOHONAN NIKAH BAGI ANAK DI BAWAH UMUR. (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Wonogiri)

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, melaksanakannya merupakan ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran agama Islam yang. menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah itjima iyah

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama sempurna yang diciptakan Allah SWT untuk kita manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT turunkan kepada rasul melalui wahyu-nya sebagai pedoman dan petunjuk jalan manusia menuju surganya Allah dan petunjuk untuk keselamatan umat manusia di dunia dan akhirat. 1 Islam sangat bijaksana dan sempurna mengenai permasalahan hidup, bahkan tidak ada satu aspek pun yang tidakdibicarakanolehhukum Allah, yakni mencakup semua aspek kehidupan yang mengatur hubungan dengan khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya. Dalamhalini Islam banyak mengatur mengenai hal perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dunia maupun akhirat di bawah ridha Allah SWT. Dan tujuan lain dari perkawinan adalah ingin membentuk generasi yang bermanfaat untuk hari tua dengan mendidik dan menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Serta memperjelas nasab si anak dan hukum waris itu sendiri. Perkawinan dalam islam merupakan perjanjian suci, bahkan sebelum melakukan perkawinan diajarkan pula beberapa prasarat agar seseorang 1 Wirjono Prodjodikoro, 1959, Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung : Vorkik Van Hoeve, Hal.105 1

2 mengetahui dengan benar hakikat sebuah perkawinan. 2 Dalam Undangundang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) memiliki tujuan yang sama mengenai arti perkawinan itu sendiri yaitu pernikahan mempunyai tujuan yang mulia dalam melestarikan dan menjaga keseimbangan hidup dalam rumah tangga yang baik. Namun bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalankan, karena akan banyak sekali permasalahan yang akan timbul dalam sebuah pernikahan. 3 Dalam sebuah pernikahan batas usia sudah ada batas umurnya untuk dapat melangsungkan pernikahan, baik diatur dalam Undang-undang Perkawinan maupun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Pada Undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 yang menerangkan Perkawinan hanya diizinkan (tanda petik dari penulis) jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 4 Bahkan dalam KHI Pasal 15 perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya 19 tahun, calon isteri 16 tahun. Dan pada ayat (2) menyatakan bahwa calon yang belum 21 tahun harus ada izin dari orang tua. Namun ketika salah satu pihak yang akan melangsungkan pernikahan dalam posisi yang masih di bawah umur maka langkah selanjutnya adalah mengajukan dispensasi nikah ke Pengadilan supaya pernikahan dapat dilangsungkan dan disahkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA), namun 2 Najmuddin Zuhdi dan Elvi Na imah, 2010, Studi Islam 2, Surakarta: LPID, hal. 104 3 Nurmilah Sari, https://www.google.com/search contohs kripsitinjauan yuridispermohonannikah bagianak di bawah umur & ieutf 8&oe utf 8&aq t&rlsorg.mozilla:enus:official&clientfirefox a diakses Senin 25 November 2013 pukul 18.15 4 Penerbit, 2010, Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Kesindo Utama, hal. 4

3 apabila tidak ada dispensasi nikah dari Pengadilan Agama, maka nikah Kantor Urusan Agama (KUA) tidak dapat melangsungkan pernikahan tersebut. Dengan demikian penetapan dari Pengadilan Agama mengenai dispensasi nikah sangat penting untuk menjalankan proses aturan hukum demi kelangsungan pernikahan anak di bawah umur yang sudah melakukan dispensasi nikah ke pengadilan agama. Dari uraian tersebut di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: TINJAUAN YURIDIS DISPENSASI PERMOHONAN NIKAH BAGI ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Kasus atas Penetapan Pengadilan Agama Wonogiri). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikaji oleh sipenulis dalam penelitiannya yaitu : 1. Faktor apakah yang mendorong untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah di bawah umur di Pengadilan Agama? 2. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Agama Wonogiri tentang diterima atau ditolak permohonan dispensasi nikah di bawah umur?

4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas, karena hal yang demikianakan dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan. 5 Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui faktor yang mendorong untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah di bawah umur di Pengadilan Agama. b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Agama Wonogiri tentang diterima atau ditolak permohonan dispensasi nikah di bawah umur. 2. Manfaat penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi penulis saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi pihak lain secara positif. Menurut hemat penulis, manfaat tersebut antara lain meliputi: a. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengembangan terhadap ilmu hukum Islam, mengenai faktor yang mendorong pernikahan anak di bawah umur. 5 Bambang Sunggono. 1997. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Hal 11

5 b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya pengetahuan dan wawasan mengenai pernikahan anak di bawah umur. c. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman mengenai dispensasi nikah bagi anak di bawah umur dan mengetahui konsekuensi hukumnya. D. Kerangka Pemikiran Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi pria dan wanita yang telah siap dan cakap dalam hal mental serta materiil. Perkawinan bukan hanya untuk sekedar permainan atau memenuhi hawa nafsu sesaat. Pergaulan bebas dikalangan anak muda menghasilkan konsekwensi dari hal yang diperbuatnya. Dalam hal ini anak-anak yang melakukan pergaulan bebas mengakibatkan perkawinan di bawah umur karena telah hamil di luar nikah. Hal ini sangat bertentangan dengan aturan di Indonesia yang tercakup dalam peraturan perundang-undangan salah satunya dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 7 yang menerangkan perkawinan hanya diizinkan (tanda petik dari penulis) jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Bahkan dalam KUH Perdata pada buku kesatu tentang orang Pasal 29 menerangkan bahwa seorang jejaka yang belum genap 18 tahun, seperti pun seorang gadis yang belum mencapai umur genap 15 tahun, tak diperbolehkan (tanda petik

6 dari penulis) mengikat dirinya dalam perkawinan. Sementara itu, dalam hal adanya alasan-alasan yang penting, presiden berkuasa meniadakan larangan ini dengan memberikan dispensasi. Dapat disimpulkan bahwa anak-anak di sini secara garis besarnya tidak diizinkan (tanda petik dari penulis) untuk melakukan pernikahan bagi anak yang masih di bawah umur kecuali mendapat dispensasi nikah dari Pengadilan Agama menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan tak diperbolehkan untuk melakukan pernikahan bagi anak di bawah umur kecuali mendapat dispensasi nikah dari presiden menurut KUH Perdata. 6 Peraturan hukum yang mengatur tentang perkawinan yang dijadikan pijakan dalam menganalisis yaitu: 1. Al-Quran 2. Al-hadits 3. Ijtihad 4. Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 5. Kompilasi Hukum Islam 6. Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 7. KUH Perdata E. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu metode ilmiah yang dilakukan melalui penyelidikan dengan seksama dan lengkap terhadap semua bukti-bukti yang 6 Nurmilah Sari, Op Cit, diakses Selasa 26 November 2013 pukul 09.15

7 dapat diperoleh mengenai suatu permasalahan tertentu sehingga dapat diperoleh melalui suatu permasalahan itu. Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 7 Adapun metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi : 1. Metode pendekatan Pada penelitian ini didasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doctrinal yang bersifat Normatif. 8 Yaitu data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan pada hukum yang berlaku di Indonesia berupa PerUndang-undangan yang berhubungan dengan skripsi ini. 2. Jenis penelitian Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan jenis penelitian untuk menemukan hukum in-concreto, karena dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui/menguji apakah yang menjadi norma hukumnya dari suatu peristiwa konkret tertentu artinya untuk menguji sesuai tidaknya peristiwa konkrit yang diteliti dengan norma/yurisprudensi/doktrin yang ada. 9 Dalam penelitian ini peneliti dapat menemukan fakta-fakta normatif yang terwujud pada dokumen-dokumen tertulis (dalam hal ini 7 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS, Hal.1 8 Kelik Wardiono, 2005. Metodologi penelitian hukum (Pendekatan Doktrinal), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal. 6. 9 Ibid, hal. 27.

8 dokumen-dokumen tertulis dapat dipahami sebagai wujud dari bagaimana penafsiran anggota masyarakat terhadap suatu norma tertentu). 10 Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai proses dispensasi nikah bagi anak di bawah umur, dan konsekuensi hukum di Pengadilan Agama Wonogiri. 3. Jenis data Sumber data yang penulis pergunakan dalam menunjang penulisan skripsi ini menggunakan data sebagai berikut: a. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka sebagai dasar menganalisa. Dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya data sekunder dapat dibedakan menjadi: 1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat. Adapun yang digunakan sebagai bahan hukum primer yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini antara lain: a) Al-Quran b) Al-Hadits c) Ijtihad d) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawina e) Kompilasi Hukum Islam (KHI) 10 Ibid, hal. 29.

9 f) Undang-undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak g) KUHPerdata 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti dokumendokumen yang merupakan informasi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian dan pendapat para pakar hukum yang berkaitan dengan dispensasi permohonan nikah bagi anak di bawah umur. 3) Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia. 11 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini diperlukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi kepustakaan Dalam studi kepustakaan akan didapat konsepsi-konsepsi atau teori-teori, pandangan-pandangan atau penemuan-penemuan. Konsepsi tersebut dapat diperoleh dari mempelajari buku-buku 11 Ibid. Hal. 32.

10 literature, peraturan perundang-undangan, serta buku pendukung teori tentang hukum perkawinan, serta dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Metode analisis data Metode analisis data yang digunakan oleh penulis yang sesuai dengan penelitian diskriptif adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif dimaksudkan sebagaian alisis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha pemuan asas-asas hukum dan informasi masing-masing data. 12 Dengan demikian akan diketahui masalah dan pemecahan masalah tersebut, serta hasil dari penelitian dan hasil akhir dari penelitian yang berupa kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematis oleh penulis. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan. Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini berupa penjelasan tentang pengertian pernikahan dan dasar hukum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan, tujuan dan hikmah pernikahan, larangan nikah, pengertian anak, pengertian dispensasi nikah di bawah umur, batas usia nikah, faktor atau penyebab 12 Ibid, hal. 116

11 pernikahan di bawah umur, dampak akibat nikah di bawah umur dan kawin hamil. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan tentang faktor yang mendorong pihak mengajukan permohonan dispensasi nikah di bawah umur di Pengadilan Agama, dan pertimbangan hakim Pengadilan Agama Wonogiri tentang diterima atau ditolak permohonan dispensasi nikah di bawah umur. Bab IV Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis akan menjabarkan rangkuman dari bab-bab sebelumnya dan dicantumkan pula saran dari penulis dengan harapan semoga bermanfaat bagi semua pihak.