BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian Bencana telah mengakibatkan dampak dan resiko yang cukup besar bagi masyarakat baik secara material maupun non material. Kehilangan akibat bencana semakin meningkat dan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi berat bagi kebertahanan hidup, martabat, dan penghidupan individu, terutama kaum miskin, serta bagi kemajuan pembangunan yang dicapai dengan susah payah. Risiko bencana semakin menjadi kepedulian global. Dalam kerangka kerja Aksi Hyogo 2005-2015*, saat ini sudah ada pengakuan internasional bahwa upaya-upaya meredam risiko bencana harus secara sistematis dipadukan dalam kebijakan, perencanaan dan program-program pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, dan didukung melalui kerja sama bilateral, regional dan internasional, termasuk melalui kemitraan. Untuk bisa memenuhi tantangan di depan, perlu dilakukan percepatan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas yang diperlukan pada tingkat komunitas dan nasional untuk mengelola dan meredam risiko. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku Badan yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan Bencana di Indonesia mengembangkan program pengurangan resiko bencana berbasis komunitas * : Ekstraksi dari laporan akhir World Conference on Disaster Reduction di Kobe, Hyogo, Jepang 1
melalui pengembangan desa-desa dan kelurahan-kelurahan yang tangguh terhadap bencana. Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud Desa/kelurahan tangguh bencana adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan. Desa/Kelurahan Tangguh Bencana merupakan salah satu perwujudan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana. Program ini juga sejalan dengan strategi yang menjadi prioritas dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010-2014 yaitu penanggulangan bencana berbasis masyarakat; peningkatan peran LSM dan organisasi mitra pemerintah; dan pemaduan program pengurangan risiko ke dalam rencana pembangunan. Kabupaten Bantul termasuk yang telah menerapkan program desa tangguh. Bupati Bantul melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bantul tahun 2011-2015 menargetkan terbentuknya 10 desa tangguh bencana di Kabupaten Bantul untuk mencapai sasaran meningkatnya kesiagaan masyarakat terhadap bencana. Wilayah Kabupaten Bantul berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan. Pertemuan lempeng bumi diselatan Pulau Jawa diperkirakan berjarak kurang lebih 200 km dari pantai selatan Pulau Jawa. Kondisi ini 2
menyebabkan sebagian wilayah Kabupaten Bantul yang meliputi Kecamatan Kretek, Sanden dan Srandakan memiliki potensi ancaman bencana tsunami. Desa yang terancam dari tiga kecamatan tersebut antara lain Parangtritis, Tirtohargo (Kecamatan Kretek), Srigading, Gadingharjo, Gadingsari ( Kecamatan Sanden) dan Poncosari ( Kecamatan Srandakan). Untuk lebih jelasnya kondisi geografis Kabupaten Bantul bisa dilihat di gambar 1.1, kemudian untuk bahaya tsunami di wilayah Bantul dapat dilihat pada gambar 1.2 Gambar 1.1 Peta Kabupaten Bantul Sumber : Rencana Kontijensi Tsunami Bantul 2014, BPBD Bantul 3
Gambar 1.2 Peta Bahaya Tsunami Kabupaten Bantul Sumber : RTRW Kabupaten Bantul 2010, BAPPEDA Bantul 4
Desa Poncosari dan Srigading adalah desa tangguh bencana Tsunami Kabupaten Bantul. Desa Poncosari sudah dijadikan desa percontohan penanggulangan bencana dan sudah dipresentasikan pada konferensi penanggulangan bencana internasional di Genewa, Swiss pada tahun 2013. Kemudian Desa Srigading meskipun baru terbentuk di tahun 2014, namun aktif dalam penanganan kebencanaan lintas desa Yang menjadi menarik adalah apakah kedua desa sama-sama tangguh dan apakah ada korelasi antara predikat desa tangguh bencana dengan ketangguhan dalam realita sehingga peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas Program Desa Tangguh Bencana di Desa Poncosari dan Desa Srigading Kabupaten Bantul serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas tersebut. 1.1.1 Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diutarakan di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas program Desa Tangguh Bencana di Desa Poncosari dan Desa Srigading Kabupaten Bantul? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektivitas tersebut? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan kegiatan program Desa Tangguh Bencana di Desa Poncosari dan Desa Srigading sejak ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana kemudian menilai efektivitas program tersebut 2. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tersebut 5
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian mengenai pelaksanaan rencanarencana sebagai Desa Tangguh di Desa Poncosari dan Desa Srigading Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut : 1. Menambah pegetahuan mengenai kegiatan dalam mengembangkan Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Bantul 2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Bantul terkait kegiatan pengembangan Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Bantul serta faktor-faktor yang mempengaruhinya 3. Memberikan pengetahuan tambahan bagi pemerintah dalam mengembangkan desa tangguh Bencana 1.4 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait dapat dilihat pada tabel 1.1. untuk lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantul dengan fokus penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengembangan desa tangguh bencana dengan metode penelitian studi kasus. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti sebelumnya diantaranya perbedaan lokus dan fokus yang digunakan. Dengan demikian penelitian ini layak untuk dilakukan. 6
Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian M. Nurbadri Hatta Pendekatan Partisipatif dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Studi Kasus : Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Mendeskripsikan proses pengurangan Risiko Bencana dengan pendekatan partisipatis di kawasan rawan bencana Menggali faktor-fakor yang mempengaruhi proses pengurangan risiko Bencana dengan pendekatan partisipatif yang dilakukan di wilayah rawan bencana Studi Kasus faktor-fakor yang mempengaruhi proses pengurangan risiko Bencana dengan pendekatan partisipatif yang dilakukan di wilayah rawan bencana Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Marihot Sinurat Proses Perencanaan Partisipatori Program Rekompak Studi Kasus : Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang - Mendeskripsikan proses perencanaan partisipatori pada program Rekompak Studi Kasus faktor-fakor yang mempengaruhi proses perencanaan partisipatori 7