ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekologi. Besarnya peranan dari hutan pantai dan hutan mangrove tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber protein di Indonesia (Sumarno, 1983). Peningkatan produksi kedelai di Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total penjualan protease di dunia mencapai 50-60%. Indonesia merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Deskripsi FORMULA PUPUK HAYATI TANAMAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

BAB I. PENDAHULUAN A.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki diversitas mikroorganisme dengan potensi yang tinggi namun belum semua potensi tersebut terungkap. Baru sebagian kecil dari keanekaragaman yang telah tereksplorasi yang dimanfaatkan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Koesnandar & Helianti, 2008). Hutan merupakan salah satu kekayaan sumber daya alam Indonesia yang tiada ternilai harganya, termasuk di dalamnya kawasan hutan mangrove dengan ekosistem yang khas dan unik. Kekayaan alam yang satu ini mempunyai potensi yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005). Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara sungai dan lautan. Daerah tersebut selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Di lingkungan demikian terdapat ekosistem yang khas dan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat potensial karena di kawasan hutan mangrove terpadu unsur fisik, biologis daratan dan lautan, sehingga menciptakan keterlibatan suatu ekosistem yang kompleks antara ekosistem laut dan ekosistem darat (Purnobasuki, 2005). Vegetasi mangrove yang terdapat di kepulauan Indonesia lebih kompleks dan kaya akan jenis dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia yaitu

mencapai 4,25 juta ha dan tersusun oleh 45 jenis dari 20 suku tumbuhan mangrove. Hutan mangrove Indonesia merupakan ekosistem yang produktif dan mempunyai potensi tinggi untuk digunakan secara berkelanjutan. Di Surabaya terdapat ekowisata mangrove yang terletak di kawasan Wonorejo. Namun, data dan informasi yang berkaitan dengan sumber daya mangrovenya masih sangat terbatas sehingga belum dapat mendukung penataan ruang, pembinaan, pemanfaatan yang lestari, perlindungan, dan rehabilitasi. Kondisi tanah mangrove bervariasi antara lumpur, lempung, gambut, dan pasir. Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Tanaman mangrove dapat tumbuh dengan subur walaupun tidak ada sumber nutrisi seperti pupuk yang sengaja ditambahkan untuk memberikan unsur hara ke dalam tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa mangrove mendapatkan nutrisi yang cukup dari tanah di sekitarnya. Kemungkinan di dalam tanah tersebut terdapat suatu aktivitas yang dilakukan oleh organisme tanah. Tiap organisme memainkan peran penting dalam ekosistem, terutama terkait dengan aliran energi dan siklus unsur hara sebagai akibat dari aktivitas utama organisme hidup, yaitu tumbuh dan berkembang. Organisme tanah meliputi fauna tanah dan Mikroorganisme tanah dapat dikelompokkan kedalam bakteri, Aktinomiset, fungi, alga dan Protozoa. Meskipun demikian, bakteri merupakan kelompok mikroorganisme dalam tanah yang paling dominan dan meliputi separuh dari biomassa mikroba dalam tanah (Rao, 1994).

Pada setiap tanah terdapat unsur-unsur hara yang mempunyai peran penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Fosfat merupakan salah satu unsur hara yang fungsinya tidak dapat diganti oleh unsur lain, namun fosfat di dalam tanah jumlahnya sedikit dan ketersedian fosfat dalam tanah juga rendah. Hal ini disebabkan karena adanya pengikatan fosfat oleh Fe, Al, Ca dan Mg di dalam tanah. Adanya pengikatan-pengikatan fosfat tersebut menyebabkan fosfat mengalami defisiensi karena akan tertinggal di dalam tanah sehingga menjadi residu di dalam tanah (Buckman and Brady, 1956). Ketersediaan unsur hara fosfat dalam tanah ternyata sangat bergantung pada aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Mikroorganisme pelarut fosfat terdiri atas bakteri, fungi dan sedikit Aktinomisetes (Rao, 1982 a ). Bakteri pelarut fosfat (BPF) seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. merupakan mikroba tanah yang mempunyai kemampuan melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanah (Rao, 1982 b ). Hal ini terjadi karena bakteri tersebut mampu mensekresi asam-asam organik yang dapat membentuk ikatan kompleks stabil dengan kation-kation pengikat fosfat di dalam tanah. Asam-asam organik tersebut akan menurunkan ph dan memecah ikatan pada beberapa bentuk senyawa fosfat sehingga akan meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah (Rao, 1982 b ). Menurut Alexander (1977) bakteri pelarut fosfat berperan dalam proses transformasi unsur fosfat dengan cara mengubah kelarutan senyawa fosfat anorganik, meningkatkan mineralisasi senyawa organik dengan melepaskan fosfat anorganik dan mendorong proses oksidasi dan reduksi senyawa fosfat anorganik.

Transformasi fosfat oleh bakteri pelarut fosfat lewat tiga mekanisme di atas dapat meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan ketersediaan fosfat di dalam tanah dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk fosfat serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Laju pertumbuhan tanaman Lamtoro meningkat setelah diberi bakteri pelarut fosfat (Young et al., 1990). Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang eksplorasi bakteri pelarut fosfat yang terdapat dalam tanah hutan mangrove dan kemampuannya dalam melarutkan fosfat dengan menggunakan parameter secara kualitatif. Pendekatan secara kualitatif dengan melakukan identifikasi pada bakteri pelarut fosfat tersebut.

1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Genus bakteri pelarut fosfat apa sajakah yang ditemukan dan dapat diisolasi pada tanah Mangrove di kawasan Wonorejo Surabaya? 2. Bagaimanakah karakteristik bakteri pelarut fosfat dari isolasi tanah Mangrove di kawasan Wonorejo Surabaya? 1.2 Asumsi Penelitian Tanaman mangrove dapat tumbuh dengan subur walaupun tidak ada sumber nutrisi seperti pupuk yang sengaja ditambahkan untuk memberikan unsurunsur hara ke dalam tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa mangrove mendapatkan nutrisi yang cukup dari tanah di sekitarnya. Kemungkinan di dalam tanah tersebut terdapat suatu kegiatan yang dilakukan oleh organisme tanah. Di daerah sekitar perakaran mangrove terdapat banyak mikroorganisme yang bermanfaat dan berfungsi untuk melengkapi unsur hara yang diperlukan bagi tanaman mangrove tersebut, salah satunya adalah mikroba pelarut fosfat yang terdiri dari kapang, bakteri, dan aktinomiset (Saraswati et al., 2008). Maka diasumsikan bahwa terdapat sejumlah bakteri pelarut fosfat dari hasil eksplorasi tanah mangrove di kawasan Wonorejo, Surabaya.

1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui genus bakteri pelarut fosfat yang dapat diisolasi pada tanah Mangrove di kawasan Wonorejo Surabaya. 2. Mengetahui karakteristik bakteri pelarut fosfat dari tanah Mangrove di kawasan Wonorejo Surabaya. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang genus-genus bakteri yang diisolasi pada tanah di ekosistem mangrove Wonorejo yang berpotensi sebagai bakteri pelarut fosfat dengan cara menganalisis adanya bakteri pelarut fosfat yang memiliki kemampuan mengubah fosfat yang tidak tersedia dalam tanah menjadi tersedia dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produksi hasil tanaman menjadi lebih baik.