BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SDN PERWIRA III BEKASI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang berkualitas yang disajikan. Kesuksesan dari perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

2 FKIP, Universitas PGRI Madiun 3 FKIP, Universitas PGRI Madiun

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Majid (2014: 1) menjelaskan bahwa hal tersebut sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pekerjaan yang bersifat profesional. Guru yang profesional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

PROFIL KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMAN 3 PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH ANTARA DIMENSI-DIMENSI EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengasuhan merupakan pengalaman manusia yang penting, yang dapat mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice Balson, 1993: 102) apa yang orangtua lakukan untuk dan bagi anaknya sudah merupakan pola pengasuhan. Menurut Harrington &Whiting (dalam Balson 1993: 85) pola asuh adalah interaksi antara pengasuh dan anak yang meliputi pemeliharaan (memberi makan, membersihkan dan melindungi) dan melatih sosialisasi (mengajarkan perilaku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat). Pengasuhan juga meliputi berbagai macam cara yang digunakan oleh pengasuh untuk mengkomunikasikan afeksi, agresi, nilai, minat, sikap dan keyakinan mereka terhadap anak-anaknya. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan menjadikan seseorang lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki keterampilan, pengetahuan dan kepribadian yang akan mengembangkan potensi diri yang dimiliki serta turut berperan terhadap kemajuan bangsa. Hal ini sejalan dengan isi Undangundang No. 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2006: 3) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan dari adanya pendidikan yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Orang tua memiliki peran yang penting bagi perkembangan dan pendidikan seorang anak, yaitu bertanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu sehingga pada akhirnya seorang anak siap dalam kehidupan bermasyarakat. John Locke (Hurlock, 2008: 272) mengatakan bahwa anak yang baru lahir bagaikan kertas kosong yang putih bersih, maksudnya adalah sewaktu lahir pikiran manusia tidak memuat apa-apa. Semua ide terbentuk melalui proses penginderaan, penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman. Sehingga John Locke pun menekankan aspek perilaku yang dipelajari melalui pengalaman. Pengasuhan terhadap anak idealnya dilakukan oleh orang tua, tetapi pada kasus tertentu sebagian anak tidak memiliki kesempatan mendapatkan pengasuhan langsung oleh orang tua kandung, dalam hal ini anak-anak yang berada di Panti Asuhan mendapatkan pengasuhan yang berbeda dengan anak-anak yang memiliki orang tua kandung dan hal ini akan mempengaruhi kecerdasan emosi anak. Seperti halnya kutipan Desmita (2007: 170) mengenai pandangan kotemporer yang menyebutkan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient-IQ), melainkan juga oleh kecerdasan emosi (Emotional Intelligence-EI) atau Emotional Quotient-EQ. Daniel Goleman (Agus Efendi, 2005: 159) menyatakan IQ hanya menyumbang sekitar 20 persen bagi keberhasilan seseorang, sedangkan 80 persen kesuksesan seseorang justru dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Pada hakikatnya kecerdasan emosi adalah suatu jenis kecerdasan yang memusatkan perhatiannya dalam mengenali, memahami, merasakan, mengelola, memotivasi diri sendiri dan orang lain serta dapat mengaplikasikan kemampuannya tersebut dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Inti kecerdasan emosi menurut

Goleman (Agus Efendi, 2005: 191) adalah pengenalan atau kesadaran diri, yakni kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Kecerdasan emosi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Tanpa kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis, serta kesempatan untuk hidup bahagia dan sukses menjadi sangat tipis. Contoh emosi positif yang dapat mengantarkan seseorang menuju keberhasilan menurut Hamzah B. Uno (dalam Akram Ridha, 2006: 73) misalnya inisiatif, semangat juang, kemampuan menyesuaikan diri, empati, percaya diri yang tinggi dan sebagainya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Parke (Santrock, 2007: 159) membuktikan bahwa penerimaan dan dukungan orang tua terhadap emosi anak berhubungan dengan kemampuan seorang anak untuk mengelola emosi dengan cara yang positif. Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan pengalaman, pengetahuan dan teladan. Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan serta arahan bagi anak akan menentukan keberhasilan anak pada tahap selanjutnya. Setiap orang tua tentu ingin memiliki anak-anak yang cerdas. Misalnya dengan mendapatkan nilai yang tinggi untuk pelajarannya di sekolah. Namun, hal yang kurang diperhatikan oleh beberapa orang tua adalah bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya dikarenakan kecerdasan intelektual yang tinggi melainkan juga didukung oleh kecerdasan-kecerdasan lain yang ada pada diri anak tersebut. Pengasuhan adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsistensi dari waktu ke waktu. Pengasuhan merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009 : 25) Theresia S. Indira. (2008). Pola Asuh Penuh Cinta. http://www.polaasuhpenuhcinta.com. (22 Januari, 05.02 pm) Faktanya terjadi di panti asuhan Baabussalam, Cilengkrang II, Bandung. Berdasarkan wawancara pada tanggal 17 Oktober 2015 dengan pemilik panti asuhan dan pengasuh panti asuhan Baabusslam, ditemukan fakta bahwa sebagian anak tidak memiliki masalah yang berarti. Namun, ada beberapa siswa yang bertengkar dengan temannya yang menandakan kurangnya tingkat penyesuaian diri, ada anak yang justru pendiam dan kurang bersosialisasi dengan temannya, anak yang membolos, anak yang suka mengejek teman lainnya sampai dengan anak yang sering menangis karena ejekan temannya. Mengembangkan kecerdasan emosi anak sejak dini merupakan hal yang penting terhadap perkembangan emosi dan mental anak. Hal ini dimaksudkan agar anak selalu berada pada jalur yang benar untuk mencapai kesejahteraan hidup. Perkembangan kecerdasan emosi anak sangat tergantung pada lingkungan anak, salah satunya adalah keluarga. Namun, sebagian orang tua masih kurang memahami mengenai pola asuh yang tepat bagi perkembangan emosi anaknya. Beberapa fakta yang disebutkan perlu mendapatkan perhatian. Pengasuhan menjadi faktor dominan dalam pembentukan kecerdasan emosi anak. Seharusnya anak usia sekolah menengah pertama mendapat perhatian dan pengasuhan yang layak dari orang tua. Sehingga sebaiknya orang tua lebih memahami tentang pengaruh pola asuh yang diterapkan terhadap kecerdasan emosi anak. Berdasarkan kenyataan diatas maka peneliti tertarik untuk mengamati dan mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengasuhan di Panti Asuhan Baabussalam dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosi anak.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengasuhan di panti asuhan Baabussalam? 2. Bagaimana kecerdasan emosi anak di panti asuhan Baabussalam? 3. Bagaimana pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak panti asuhan Baabussalam? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui pengasuhan di panti asuhan Baabussalam. 2. Mengetahui kecerdasan emosi anak di panti asuhan Baabussalam. 3. Mengetahui pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak panti asuhan Baabussalam. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak panti asuhan. Selain itu, penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pijakan bagi penelitian-penelitian lain mengenai pola asuh maupun kecerdasan emosi anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan pengetahuan metodologi penelitian dan sarana menerapkan langsung teori yang didapat di bangku kuliah dalam kegiatan pembelajaran nyata. b. Bagi Pengasuh Penelitian ini diharapkan orang tua asuh dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk mendidik anak sehingga seorang anak dapat memiliki kecerdasan emosi yang optimal. E. Langkah-Langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian dengan metode penelitian kualitatif dengan model deskriptif yang bertujuan untuk mencari informasi factual, akurat dan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Penelitian dengan metode tersebut memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi data lebih dalam dan konkrit tentang aspek-aspek pengasuhan di panti asuhan untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak. Menurut pandangan Miles dan Huberman (1984: 24) penelitian kualitatif adalah suatu data yang muncul dengan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen) dan biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih-tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. 2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Panti Asuhan Baabussalam, Cilengkrang II, Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 17 November 2015. 3. Jenis Data Jenis data yang diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan menggunakan wawancara dan dokumentasi terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian. Adapun jenis data yang diteliti mencangkup hal-hal berikut : a. Data tentang pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak panti asuhan Baabussalam. b. Data tentang kecerdasan emosi anak di panti asuhan Baabussalam. 4. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini terdiri dari : a. Sumber data primer : remaja (siswa SMA) dengan kecerdasan emosinya di panti asuhan Baabussalam. b. Sumber data sekunder : data pelengkap yang sudah tersedia berupa sumbersumber dari buku dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data penelitian. Dalam proses pengumpulan data akan menggunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. a. Observasi Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi langsung, agar bisa mengetahui kondisi dan situasi lokasi penelitian secara objektif.

Observasi dilakukan terhadap kegiatan pengasuhan di panti asuhan Baabussalam. b. Wawancara Wawancara yang digunakan peneliti ini adalah wawancara tidak terstruktur yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari pengasuh panti asuhan Baabussalam tentang pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di panti asuhan Baabussalam. c. Studi Dokumentasi Pada penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi yang berupa data anak di panti asuhan dan data pengasuh di panti asuhan Baabussalam, ataupun berupa foto-foto kegiatan di panti asuhan Baabussalam. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian guna mmemperoleh suatu kesimpulan (Arikunto, 2006:309). Teknik data yang digunakan untuk mengetahui pengasuhan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di panti asuhan Baabussalam adalah menggunakan metode deskriptif. F. Kerangka Pemikiran Pengasuhan yaitu pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk

perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anaknya ada beberapa macam, yaitu pola asuh otoriter yang bersifat menuntut namun tidak menerima kemampuan anaknya, pola asuh permisif yang besifat memberikan kebebasan seluas-luasnya, dan pola asuh otoritatif yang bersifat menerima namun juga memberikan tuntutan terhadap anaknya. Setiap macam pengasuhan yang diterapkan orang tua menjadi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh yang tepat dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak dengan optimal sehingga dapat memperoleh kesuksesan hidup yang lebih baik. Emosi mempengaruhi keberhasilan hidup di kemudian hari. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Desmita (2007: 170) bahwa kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan hidup seseorang. Goleman (Agus Efendi, 2005: 159) juga menyatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80 persen bagi kesuksesan seseorang dan selebihnya adalah kecerdasan intelektual. Semakin cerdas emosi seseorang dapat dikatakan peluang untuk meraih kesuksesannya semakin besar. Hal ini dikarenakan seseorang akan lebih cerdas dalam mengenali perasaannya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energy emosi, terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

Menurut Goleman (1995: 65), komponen-komponen kecerdasan emosi meliputi: a. mengenali emosi diri yaitu adanya kemampuan seseorang untuk mengenali bagaimana perasaan yang muncul pada diri sendiri, b. mengelola emosi adalah kemampuan yang dapat membuat seseorang untuk mengatur emosi dalam dirinya maupun orang lain, c. memotivasi diri, motivasi menurut Mures (dalam Goleman, 1995) adalah suatu kebutuhan atau keinginan yang dapat memberi kekuatan dan mengarahkan tingkah laku. Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal optimism, harapan dan flow, d. mengenali emosi orang lain, mengenali emosi orang lain berarti kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan dan dikehendaki orang lain atau lebih dikenal dengan empati, e. membina hubungan dengan orang lain yaitu mampu menangani emosi orang lain merupakan inti dari membina hubungan dengan orang lain yang merupakan salah satu aspek dari kecerdasan emosi. G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini penulis sajikan dalam 4 bab yaitu: BAB I :PENDAHULUAN, dalam bab ini dikemukakan diantaranya yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penulisan, Kesangka Teoritis, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang menjelaskan tentang Pengasuhan dan Kecerdasan Emosional Anak Panti Asuhan. Bab kedua ini dibagi menjadi 3 sub bab. Sub bab pertama akan dijelaskan Pengertian Pengasuhan, Macam-

Macam Pengasuhan, Peran Pengasuhan, Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh, Pengasuhan yang Ideal Perkembagan Anak. Sub bab kedua berisi Pengertian Kecerdasan Emosional, Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi, Aspek- Aspek Kecerdasan Emosi, Ciri-Ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi, Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak. Sub bab ketiga berisi Tinjauan tentang Panti Asuhan, Pengertian Panti Asuhan, Pengasuhan Islami, Hakekat Pengasuhan Islami. BAB III : Merupakan gambaran umum Objek Penelitian yang terdiri dari kondisi objektif pola asuh di panti asuhan Baabussalam. Gambaran umum Pengasuhan dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional di panti asuhan Baabussalam, dan pembahasan hasil penelitian. BAB IV : PENUTUP, bab ini memuat kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian Pengasuhan dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak di Panti Asuhan Baabussalam. Kemudian Saran serta diikuti dengan uraian penutup. Setelah penutup dibagian akhir dicantumkan Daftar Pustaka, Lampiran- Lampiran dan Biodata Peneliti.