MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai dari Maret sampai dengan April 2011. Materi Ulat Sutera Ulat sutera yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat sutera (Bombyx mori L.) hasil persilangan ulat sutera ras Jepang dan ras Cina, dengan kode 808, 108, 903, 806, (kode angka pertama merupakan tempat asal dan angka ketiga merupakan urutan jenis ulat) dan bibit komersial C301 serta BS09 sebagai kontrol. Telur hasil persilangan ulat sutera dan bibit komersial BS09 diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitas, Divisi Persuteraan Alam. Telur bibit komersial C301 diperoleh dari Pusat Pembibitan Ulat Sutera Candiroto, Jawa Tengah. Jumlah ulat yang dipelihara yaitu 3600 ekor. Ulat sutera ras Cina dengan kode 808 merupakan bibit murni yang didapatkan dari Brazil dengan kode awal SO dan sudah memasuki generasi ke-20, sedangkan ulat sutera dengan kode 806 merupakan ulat sutera ras Cina yang juga didapatkan dari Brazil dengan kode awal ME dan juga telah memasuki generasi ke-20. Ulat sutera ras Jepang dengan kode 108 merupakan bibit murni yang didapatkan dari Jepang dengan kode awal BN7 dan telah memasuki generasi ke-32, sedangkan ulat dengan kode 903 merupakan ulat sutera ras Jepang yang didapatkan dari PPUS Candiroto dan telah memasuki generasi ke-28. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desinfektan yang terbuat dari campuran kaporit dan kapur dengan perbandingan 5:95 dan 10:90, kapur, formalin dan PK untuk bahan fumigasi, cairan karbol sebagai sanitizer, serta daun murbei (M. chatayana) sebagai pakan ulat.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak penetasan (terbuat dari plastik), sasag (kotak pemeliharaan ulat kecil terbuat dari besi), tudung saji (tempat pemeliharaan ulat besar), stand untuk sasag, keranjang daun, tempat pengokonan (seriframe), ember, baskom plastik, koran untuk alas, kain untuk membungkus daun, kertas parafin, sandal, sapu, sikat, lap tangan, pinset, termohigrometer, timbangan digital, dan camera digital. Seluruh peralatan tersebut sebelum digunakan, disucihamakan terlebih dahulu dengan larutan kaporit (terkecuali camera digital, timbangan digital, dan termohigrometer) kemudian dijemur pada panas matahari. Konsentrasi larutan kaporit yang digunakan 0,5% (5 g kaporit dimasukkan dalam satu liter air), kemudian disemprotkan ke seluruh peralatan sekitar 2-3 hari sebelum peralatan digunakan. Prosedur Persiapan Ruangan Pemeliharaan Ruang pemeliharaan merupakan ruangan dengan jendela dan ventilasi yang cukup. Suhu ruangan berkisar antara 26-30 o C dengan kelembaban berkisar 63%- 71%. Ventilasi udara ruangan berjalan baik, cukup terang, dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ruang pemeliharaan sebelum digunakan, dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan debu serta disucihamakan dengan larutan kaporit atau formalin dengan konsentrasi 0,5%. Seluruh ruangan disemprot dengan larutan kaporit tersebut sebanyak 1-2 liter larutan per meter persegi luas ruangan. Penyemprotan dilakukan sekitar 5 hari sebelum ruangan digunakan. Fumigasi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 7 hari dan 2 hari sebelum pemeliharaan. Perlakuan HCl pada Telur Ulat Sutera Telur yang telah dikeluarkan dari cold storage, dicuci menggunakan larutan formalin 2%, kemudian dikeringanginkan. Setelah itu, dilakukan perlakuan HCl, HCl yang digunakan yaitu sebanyak 100 ml dengan nilai berat jenis 1,1. Telur direndam selama kurang lebih satu jam, kemudian dikeringanginkan, setelah kering telur disimpan di dalam incubator dengan suhu 25 o C. 14
Penetasan dan Pemindahan Ulat Telur dikeluarkan dari kotak telur, lalu disebarkan secara merata pada kotak penetasan dan ditutup dengan kertas tipis. Kotak penetasan disimpan pada tempat yang teduh dan dihindarkan dari sinar matahari langsung. Suhu penyimpanan konstan, sekitar 24-25 o C dengan kelembaban 75-85%. Kotak penetasan dipindahkan ke tempat gelap sekitar 2-3 hari sebelum menetas dan terlihat titik biru pada telur. Setelah hampir seluruh telur menetas, tutup kotak dibuka dan ruangan diberi penerangan dengan lampu secukupnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeragamkan waktu penetasan telur. Setelah semua telur menetas, ulat dipindahkan ke sasag (kotak pemeliharaan) dengan kertas paraffin sebagai alasnya. Pemindahan ulat sutera yang baru menetas ke kotak pemeliharaan dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 09.00 WIB. Setelah alas sasag dilapisi kertas, tutup kotak penetasan dibuka, lalu diletakkan di atas sasag sehingga secara pelan-pelan ulat menyebar pada sasag. Selanjutnya dilakukan desinfeksi tubuh ulat dengan menaburkan campuran kaporit dan kapur halus ke tubuh ulat secara merata. Campuran serbuk tersebut terdiri dari 5% kaporit dan 95% kapur. Sekitar 30 menit kemudian, ulat diberi makan berupa daun murbei yang lunak (masih muda) yang dipotong-potong dengan cara dicacah. kemudian sasag ditutup dengan kertas paraffin atau kertas minyak. Penutup ini dibuka kembali saat pemberian pakan selanjutnya. Pemberian Pakan Pemberian pakan untuk ulat kecil yaitu daun murbei (M. chatayana) yang dipotong kecil-kecil untuk instar I; 1,5-2,0 cm untuk instar II dan 3,0-5,0 cm untuk instar III, dan diberikan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang dan sore. Daun murbei yang diberikan untuk ulat besar dapat diberikan dalam bentuk utuh. Pemberian pakan untuk instar VI diberikan sebanyak 3 kali, namun untuk instar V diberikan sebanyak empat kali sehari, yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Sekitar satu jam sebelum diberi makan, kertas penutup tempat pemeliharaan harus dibuka agar daun yang diberikan sebelumnya cepat mengering. Selanjutnya makanan yang baru diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan, Setelah pemberian pakan selesai, kotak ditutup kembali dengan kertas penutup. Namun, pada instar IV dan V ulat sudah tidak memakai kertas penutup lagi. Acuan pemberian 15
pakan yang digunakan adalah menurut Atmosoedarjo et al. (2000), jumlah pakan pada instar I yaitu 0,5 kg, instar II 1,85 kg, instar III 4,68 kg, instar IV 43,2 kg, dan instar V 136,08 kg. Jumlah pemberian pakan pada saat penelitian terlampir pada Lampiran 5. Perlakuan Saat Pergantian Kulit Pada setiap instar ulat akan mengalami tidur dan berganti kulit, hal ini terjadi pada setiap akhir fase instar. Ketika sebagian besar (± 90%) ulat sudah tidur, pemberian pakan dihentikan dan ulat ditaburi kapur. Ulat yang telah berganti kulit didesinfeksi dengan menggunakan serbuk campuran kaporit dan kapur kemudian ulat diberi makan. Pembersihan Sasag dan Pencegahan Hama/ Penyakit Pada instar I tempat pemeliharaan dibersihkan satu kali, yaitu menjelang ulat akan tidur. Pada instar II pembersihan tempat dilakukan dua kali, yaitu setelah dua kali pemberian pakan pertama (sehabis pergantian kulit) dan menjelang tidur berikutnya. Pada instar III pembersihan dilakukan tiga kali, yaitu setelah dua kali pemberian pakan pertama (sehabis ganti kulit kedua), pada pertengahan instar III (hari ke-2) dan menjelang ulat tidur berikutnya. Untuk mencegah serangan hama seperi tikus, cicak, semut, dan serangga lainnya, penempatan rak sasag tidak menempel atau terlalu dekat dengan dinding ruangan, kaki rak sasag dimasukkan ke dalam suatu wadah yang berisi campuran air dan cairan karbol. Untuk mencegah penyakit, sebelum diberi makan, ulat-ulat kecil ditaburi desinfektan pada awal instar atau saat ulat bangun dari tidurnya. Pengokonan Pembentukan kokon berlangsung sekitar empat hari. Biasanya ulat mulai memproduksi kokon pada akhir instar V, yakni pada umur 22 hingga 25 atau 26 hari. Alat pengokonan yang digunakan adalah seriframe. Seriframe ditempatkan di atas sasag dan dialasi koran. Ulat-ulat yang telah matang diambil satu per satu dari boks dan ditempatkan ke tempat pengokonan yang telah disiapkan. Ulat yang sakit, mati atau tidak memproduksi kokon diambil dan dibuang atau dibakar bersama-sama kotoran. 16
Setelah sekitar 6-7 hari sejak ulat sutera masak dan dipindahkan di tempat pengokonan, kokon sudah dapat dipanen. Cara pemanenan dilakukan dengan mengambil kokon-kokon tersebut dari tempat pengokonan dengan hati-hati dan dikumpulkan pada wadah sambil dibersihkan dari kotoran yang menempel. Pada saat panen itu sekaligus dilakukan seleksi antara kokon-kokon yang baik, yang kembar dan cacat, kemudian dikumpulkan dalam wadah yang berbeda sesuai dengan perlakuannya. Pengambilan Sampel Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 buah kokon dari setiap ulangan, yang terdiri dari 15 buah kokon dengan pupa berjenis kelamin jantan dan 15 buah kokon dengan pupa berjenis kelamin betina. Sampel diambil secara acak untuk mewakili kualitas kokon dari setiap perlakuan. Setelah sampel diambil, kemudian dilakukan penilaian kualitas kokon yang meliputi bobot kokon keseluruhan dan persentase kulit kokon. Sedangkan data jumlah kokon normal, dan rendemen pemeliharaan diambil dari jumlah kokon di setiap ulangan. Rancangan Percobaan Perlakuan Perlakuan terdiri atas hasil persilangan antara ulat sutera ras Jepang dengan ras Cina (kode 808, 108, 903, dan 806) secara resiprokal dan bibit komersial BS09 dan C301 sebagai pembanding. Penelitian ini terdiri atas enam taraf perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan tersebut yaitu: P1 : ras Jepang 108 betina disilangkan dengan ras Cina jantan 808 P2 : ras Cina betina 808 disilangkan dengan ras Jepang jantan 108 P3 : ras Cina betina 806 disilangkan dengan ras Jepang jantan 903 P4 : ras Jepang betina 903 disilangkan dengan ras Cina jantan 806 P5 : bibit ulat sutera komersial BS09 P6 : bibit ulat sutera komersial C301 Model Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, model rancangan menurut Matjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut : 17
Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan persilangan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum pengamatan persilangan τ i = Pengaruh persilangan pada taraf ke-i (i = P1, P2, P3, P4, P5) ε ij = Pengaruh galat percobaan persilangan ke-i pada ulangan ke-j Uji lanjut yang digunakan bila hasil analisis ragam berbeda nyata yaitu uji Tukey. Peubah yang Diamati Peubah yang akan diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rendemen pemeliharaan, didapatkan dengan cara membandingkan antara jumlah ulat yang mengokon dengan jumlah ulat keseluruhan, kemudian dikalikan dengan 100% (Nurhaedah et al., 2006). jumlah ulat yang mengokon %RP= jumlah ulat keseluruhan x 100% 2. Persentase kokon normal, didapatkan dengan cara membandingkan jumlah kokon normal dengan jumlah kokon keseluruhan kemudian dikalikan dengan 100% (Nurhaedah et al., 2006). jumlah kokon normal % KN= jumlah kokon keseluruhan x 100% 3. persentase kulit kokon, merupakan perbandingan antara bobot kulit kokon dan bobot kokon utuh kemudian dikalikan dengan 100% (Nurhaedah et al., 2006).. bobot kulit kokon % KN bobot kokon keseluruhan x 100% 4. Bobot kokon, merupakan bobot kokon rata-rata dari 30 butir sampel, dalam satuan gram (Nurhaedah et al., 2006). 18