TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN ATAS INFORMASI MEDIS PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Yani 1, Sri Sugiarsi 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak atas informasi medis. Hak atas informasi medis adalah hak pasien untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya secara lengkap. Berdasarkan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa terdapat 60% pasien kelas III memiliki pengetahuan yang rendah tentang hak dan kewajiban pasien di rumah sakit. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang hak dan kewajiban pasien rawat inap kelas III di rumah sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Instrument penelitian adalah kuesioner. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan pasien tentang hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Populasi dan sampel penelitian adalah pasien rawat inap kelas III. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tentang hak atas informasi medis, sebagian besar tingkat pengetahuan kurang, 14 (46,7%) responden dan sebagian kecil pada kategori baik 6 (20,0%) responden. Tingkat pengetahuan pasien tentang hak untuk memberikan persetujuan, sebagian besar adalah kurang, 16 (53,3%) responden dan sebagian kecil pada kategori baik 6 (26,7%) responden. Tingkat pengetahuan pasien tentang hak atas rahasia kedokteran, sebagian besar adalah kurang, 23 (76,7%) responden dan sebagian kecil pada kategori cukup 3 (10,0%) responden. Tingkat pengetahuan pasien tentang hak atas pendapat kedua, sebagian besar adalah kurang, 18 (60,0%) responden dan sebagian kecil pada kategori baik 3 (16,7%) responden. Tingkat pengetahuan pasien tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit, sebagian besar adalah kurang, 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil pada kategori baik 7 (23,3%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang hak dan kewajiban atas informasi medis pasien rawat inap kelas III sebagian besar tingkat pengetahuannya kurang. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi oleh pihak rumah sakit dengan memasang/menempelkan informasi tentang hak dan kewajiban pasien pada tempat-tempat strategis di rumah sakit. Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 (1992-2008) PENDAHULUAN Dalam melayani kesehatan di rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan dan masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah pasien, dokter dan rumah sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Permenkes No.159b tahun 1988 tentang rumah sakit dan surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No.YM.01.04.3.5.2504 tentang pedoman hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit. Macam- macam hak pasien meliputi; Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 89
hak atas infomasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua. Sedangkan kewajiban pasien adalah memberikan informasi yang benar kepada dokter, mematuhi anjuran dokter atau perawat, memberi imbalan jasa yang layak dan pasien juga mempunyai kewajiban untuk tidak memaksakan keinginannya agar dilaksanakan oleh dokter apabila berlawanan dengan kebebasan dan keluhuran profesi dokter. Secara formal penyedia pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit mengakui bahwa pasien mempunyai hak dan kewajiban, tetapi kebanyakan pasien dan petugas kesehatan tidak mengetahui hak-hak dan kewajiban pasien. Hanya sebagian kecil pasien menyadari hak-haknya, tetapi tidak merasa percaya diri untuk mengemukakannya. Sebaliknya, petugas kesehatan mengerti hak-hak konsumen tidak mau peduli, dengan alasan keterbatasan petugas atau fasilitas yang tidak memadai. Dalam praktiknya sebenarnya tidak banyak penyedia pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit yang memenuhi hak tersebut dan menuntut pasien untuk memenuhi kewajibannya terutama pasien kelas III. Kurangnya pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien menyebabkan pasien kurang mampu untuk membela kepentingannya saat pelayanan kesehatan, yang menimbulkan kebutuhan untuk mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi para profesional kesehatan (KKI, 2006). Berdasarkan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa terdapat 60% pasien kelas III memiliki pengetahuan yang rendah tentang hak-hak pasien dan kewajiban pasien terhadap rumah sakit. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang Tingkat Pengetahuan Pasien tentang Hak dan Kewajiban Pasien Atas Informasi Medis Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya) (Taufik M, 2007). Pengetahuan adalah kumpulan pengalaman-pengalaman dan pengetahuanpengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur (Ahmadi, 2004). Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what (Notoatmodjo S, 2003). Berdasarkan definisi-definisi diatas pengetahuan hak atas informasi medis yaitu kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan hasil tahu pasien tentang hak atas informasi medis setelah memperoleh pelayanan kesehatan. 90 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
B. Hak Pasien Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien (Wijono D, 2000). 1. Hak Pasien atas Informasi Hak atas informasi adalah hak pasien untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya. Pada dasarnya pemberian informasi dalam setiap tindakan medik menjadi kewajiban dokter. a. Landasan Hukum Hak Pasien Atas Informasi Medis 1) Menurut Pasal 8 Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. 2) Pasien rumah sakit adalah konsumen, sehingga secara umum pasien dilindungi dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menurut pasal 4 UU No. 8 tahun 1999, salah satu hak konsumen adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa. 3) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran merupakan Undang-Undang yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pasien. Hakhak pasien diatur dalam pasal 52 UU No. 29 tahun 2004 yang berhubungan dengan informasi medis antara lain mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3) dan menolak tindakan medis. 4) Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang mengatur hak dan kewajiban. Pada bagian pertama, antara lain, disebutkan, setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien, menghormati dan melindungi hak-hak pasien, melaksanakan etika rumah sakit. b. Informasi yang Diberikan kepada Pasien Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Yanmed No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit pada butir nomor 9 pasien berhak mendapat informasi meliputi : Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 91
1) Penyakit yang diderita. 2) Tindakan medis yang hendak dilakukan. 3) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya. 4) Alternatif terapi lainnya. 5) Prognosis yaitu ramalan medis dari hasil pemeriksaan dan diagnosis berdasarkan teori teori atau hasil penelitian pada penyakit yang bersangkutan. 6) Perkiraan biaya pengobatan. (Jabir, M. 2009) Dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52 dijelaskan bahwa pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tindakan medis yang akan diterimanya meliputi : 1) Diagnosis dan tata cara tindakan medis. 2) Tujuan tindakan medis yang dilakukan. 3) Alternatif tindakan lain dan resikonya. 4) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi. 5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (pasal 45 ayat 3). Dalam Manual Komunikasi (KKI, 2006) materi informasi medis yang disampaikan meliputi: 1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman atau sakit saat pemeriksaan). 2) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis. 3) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping atau komplikasi. 4) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis. 5) Diagnosis (jenis atau tipe). 6) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing -masing cara). 7) Prognosis. 8) Dukungan (support) yang tersedia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian informasi kepada pasien : 1) Informasi harus diberikan baik diminta ataupun tidak. 2) Informasi tidak menggunakan istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh pasien yang merupakan orang awam. 3) Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi pasien. 4) Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau 92 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
kesehatan pasien atau pasien menolak untuk diberikan informasi. (KODEKI, pasal 5). 5) Untuk tindakan bedah atau tindakan invasive yang lain, informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi apabila dokter yang bersangkutan tidak ada, maka informasi harus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggungjawab. 2. Hak Pasien untuk Memberikan Persetujuan Informasi medis yang perlu disampaikan kepada pasien menurut Permenkes No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran pasal 8 yaitu : a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis. b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding. c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran. d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan. e. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif. f. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. g. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan. h. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan. i. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya. j. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan k. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam). l. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam). m. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam) 3. Hak Pasien atas Rahasia Kedokteran Kerahasiaan adalah suatu pertimbangan penting tetapi jangan dijadikan satu-satunya faktor dalam pengembangan kebijakan pemerintah dalam pengeluaran informasi. Menteri Kesehatan menerbitkan peraturan tentang rekam medis yaitu PP nomor 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran yang pada penjelasannya disebutkan bahwa: setiap orang harus dapat meminta pertolongan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 93
kedokteran dengan perasaan aman dan bebas. Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang menganggunya, baik bersifat jasmaniah atau rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut. Hak untuk disimpan rahasia penyakitnya ini, dicantumkan dalam: a. Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. b. BAB II butir 8 Surat Edaran Dirjen Yanmed tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit yang berbunyi: Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata medisnya. c. Pasal 48 (1) UU Praktik Dokter yang menyatakan bahwa Setiap dokter atau dokter gigi melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. 4. Hak Pasien atas Pendapat Kedua (Second Opinion) Hak pasien atas pendapat kedua adalah pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut terhadap penyakit yang dideritannya, sepengetahuannya dokter yang merawat. Menurut Permenkes no.749a tahun 1989 tentang rekam medis atau medical records kepemilikan dan pemanfaatan rekam medis disebutkan bahwa: a. Pasal 10 : berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan. Isi rekam medis milik pasien. b. Pasal 11 : rekam meids merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. c. Pasal 12 : pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien. Pemimpin sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa ijin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pasal 13 : Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilangnya, rusaknya, atau pemalsuan rekam medis dan penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak. e. Pasal 14 : Rekam medis dapat dipakai sebagai: 1) Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. 2) Bahan pembuktian dalam perkara hukum. 3) Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan. 4) Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan. 94 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
5) Bahan untuk menyiapkan stastik kesehatan. Oleh karena isi rekam medis adalah milik pasien, maka: a. Pasien berhak untuk melihat atau mengetahui isi rekam medis miliknya, karena pasien berhak untuk mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, sesuai dengan apa yang diatur dalam pasal 53 undang-undang tentang kesehatandan bab 2 Butir 9 Surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor: YM.02.04.3.5.2504 tentang pedoman hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit. b. Pasien boleh meminta copy rekam medis yang mungkin, akan digunakan untuk: 1) Mendapatkan second opinion atau pendapat kedua, dimana copy rekam medis itu sangat dibutuhkan oleh pemiliknya. 2) Mendapatkan data sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang telah diperoleh. 3) Dipakai sebagai catatan pribadi mengenai penyakit yang pernah diderita dan pengobatan serta perawatan yang pernah diberikan kepadanya, dimana catatan tersebut sangat bermanfaat apabila pasien harus berobat dan menggunakan obat lain sehingga dapat terhindar hal-hal yang tidak diinginkan seperti alergi, kontra indikasi dan sebagainya. 5. Hak yang diperoleh pasien dari rumah sakit menurut UU KIP Perubahan atau amandemen UUD 1945 sebagaimana diatur dalam pasal 28F dan 28J bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia atas dasar tersebut pemerintah telah mengundangkan UU nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Dalam pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik dan hanya informasi publik tertentu atau terbatas yang dikecualikan atau dirahasiakan yang bersifat ketat. Mengacu pada UU KIP tersebut maka pasien harus mengetahui haknya seperti: a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien. c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi. d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan. g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 95
peraturan yang berlaku di rumah sakit. h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek baik di dalam maupun di luar rumah sakit. i. Mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata medisnya. j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, dan perkiraan biaya pengobatan. k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya. l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. o. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. q. Menggugat dan atau menuntut ke rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana. r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. C. Kewajiban Pasien 1. Pengertian kewajiban Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum. Di bidang pelayanan kesehatan di rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah pasien, dokter dan rumah sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Undang- Undang Praktek Kedoktetan, Undang- Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Mengacu kepada Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu pasien, dokter dan rumah sakit secara terbuka mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing yang 96 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
mungkin selama ini belum diketahui secara utuh. 2. Kewajiban Pasien di Rumah Sakit a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit. b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatan. c. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat. d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi atau memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit atau dokter. e. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya. 3. Kewajiban Dokter a. Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara dokter tersebut dengan rumah sakit. b. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur aperasianal serta kebutuhan medis pasien. c. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain, yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. d. Memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. f. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bertugas dan mampu melakukannya. g. Memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. h. Membuat rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien. i. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. j. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya. k. Bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien. l. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit. m. Kewajiban Rumah Sakit n. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 97
o. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit. p. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. q. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya. r. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin. s. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. t. Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien. u. Menyelenggarakan rekam medis. v. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak dan lanjut usia. w. Melaksanakan sistem rujukan. x. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundangundangan. y. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien. z. Menghormati dan melindungi hakhak pasien. aa. Melaksanakan etika Rumah Sakit. bb. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana. cc. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional. dd. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya. ee. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas.(wijono D, 2000). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hak Atas Informasi Medis Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar tentang hak dan kewajiban pasien rawat inap kelas III, dengan menggunakan kuesioner sebanyak 40 pernyataan dengan 30 responden terdapat beberapa tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 14 responden, SLTP sebanyak 9 responden, 98 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
SMA 7 responden dan ada yang tidak sekolah. Dalam penelitian ini pengetahuan pasien tentang hak atas informasi medis dikategorikan dalam 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 1. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas informasi medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Kategori Jumlah Responden Persentase (%) Baik 6 20,0 % Cukup 10 33,3% Kurang 14 46,7% Jumlah 30 100,0 % Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas informasi medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 14 (46,7%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 6 (20,0%) responden. 2. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hak Memberikan Persetujuan Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 2. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak untuk memberikan persetujuan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Jumlah Persentase Kategori Responden (%) Baik 6 20,0% Cukup 8 26,7% Kurang 16 53,3% Jumlah 30 100,0% Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak untuk memberikan persetujuan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 16 (53,3%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 6 (26,7%) responden. 3. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hak Atas Rahasia Kedokteran Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Pasien rawat inap kelas III tentang hak atas rahasia kedokteran di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Persentase Kategori Jumlah Responden (%) Baik 4 13,3% Cukup 3 10,0% Kurang 23 76,7% Jumlah 30 100,0% Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas rahasia kedokteran di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 99
Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 23 (76,7%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan cukup, 3 (10,0%) responden. 4. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hak Atas Pendapat Kedua Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Pasien rawat inap kelas III tentang hak atas pendapat kedua di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Persentase Kategori Jumlah Responden (%) Baik 5 16.7% Cukup 7 23.3% Kurang 18 60.0% Jumlah 30 100.0% Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas pendapat kedua di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 18 (60,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 3 (16,7%) responden. 5. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Kewajiban Pasien terhadap Rumah Sakit Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Pasien rawat inap kelas III tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Jumlah Persentase Kategori Responden (%) Baik 7 23.3% Cukup 8 26.7% Kurang 15 50.0% Jumlah 30 100.0% Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 7 (23,3%). 6. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hak dan Kewajiban Pasien terhadap Rumah Sakit Hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Pasien rawat inap kelas III tentang hak dan kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Persentase Kategori Jumlah Responden (%) Baik 3 10.0% Cukup 12 40.0% Kurang 15 50.0% Jumlah 30 100.0% Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas 100 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
III tentang hak dan kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 3 (10,0%). B. Pembahasan 1. Hak pasien terhadap rumah sakit Undang- undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang telah di perbarui dengan UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan kedokteran gigi mengatur dan menyebutkan tentang hak hak pasien antara lain : a. Hak atas informasi Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang hak pasien atas informasi, termasuk dalam kategori kurang yaitu 14 (46,7%) reponden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan dalam katagori baik yaitu 6 (20.05%) responden. Pengetahuan pasien tentang hak atas informasi meliputi penyakit yang diderita atau diagnosis, penyebab pasien dirawat, manfaat dan efek samping obat yang diminum, hasil pemeriksaan laboratorium, tujuan, manfaat, dan resiko tindakan medis yang akan dilakukan baik operasi, pemasangan infus, injeksi dan pengambilan sampel, tata cara menyetujui dan menolak tindakan medis, prognosis, serta perkiraan biaya pengobatan. Dampak yang terjadi jika pengetahuan pasien tentang hak atas informasi medis kurang adalah timbulnya masalah komunikasi antara dokter dengan pasien atau antara rumah sakit dengan pasien, baik dalam komunikasi sehari-hari yang diharapkan mempererat hubungan antar manusia maupun dalam bentuk pemberian informasi sebelum dilakukannya tindakan dan sesudah terjadinya resiko atau komplikasi dan ketidaktahuan pasien akan standar pelayanan, standar prosedur operasional, standar profesi, etika profesi membuat posisi pasien lemah serta mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. b. Hak memberikan persetujuan Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang hak memberikan persetujuan, sebagian besar termasuk dalam kategori kurang yaitu 16 (53,3%) reponden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan dalam katagori baik yaitu 6 (26,7%) responden. Pengetahuan pasien tentang hak memberikan persetujuan meliputi hak menolak pengobatan dan menolak tindakan medis terrtentu serta hak untuk menghentikan pengobatan. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 101
Dampak yang terjadi jika pengetahuan pasien tentang hak memberikan persetujuan kurang adalah seorang tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan medik terhadap pasien tanpa persetujuan pasien atau keluarga, hal ini dapat merugikan pasien atau keluarga apabila setelah dilakukannya tindakan medik menimbulkan efek samping yang merugikan pasien dan terjadinya malpraktik karena tidak adanya transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien. c. Hak atas rahasia kedokteran Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang hak pasien atas rahasia kedokteran, termasuk dalam kategori kurang yaitu 23 (76,7%) reponden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan dalam katagori baik yaitu 3 (10,0%) responden. Pengetahuan pasien tentang hak atas rahasia kedokteran meliputi hak melihat rekam medis dan meminjam rekam medis. Dampak yang terjadi jika pengetahuan pasien tentang hak atas rahasia kedokteran kurang adalah timbulnya pembocoran rahasia datadata medis rumah sakit oleh orangorang yang tidak bertanggungjawab. d. Hak second opinion (pendapat kedua) Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang hak second opinion, termasuk dalam kategori kurang yaitu 18 (60,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan dalam katagori baik yaitu 3 (16,7%) responden. Pengetahuan pasien tentang hak atas second opinion meliputi hak memilih dokter, hak memilih rumah sakit atau layanan medis lain dan hak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis. Dampak yang terjadi jika pengetahuan pasien tentang hak second opinion kurang adalah pasien menjadi tidak nyaman selama menjalani pengobatan yang dijalani masih kurang atau belum cukup karena masih ingin berkonsultasi dengan dokter lain untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. 2. Kewajiban pasien terhadap rumah sakit Kewajiban pasien terhadap rumah sakit adalah mematuhi segala tata tertib rumah sakit, mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatan, memberikan informasi dengan jujur dan lengkap tentang penyakit yang diderita kepada dokter, menanggung atau melunasi memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit dan dokter serta memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit, termasuk dalam kategori kurang yaitu 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan dalam katagori baik yaitu 7 (23,3%) responden. Pasien wajib 102 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
mentaati semua peraturan dan tata tertib di rumah sakit. Dalam Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Dampak yang terjadi jika pengetahuan pasien tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit kurang adalah pasien tidak mematuhi petunjuk dokter sehingga keberhasilan pengobatannya akan menjadi kurang, tidak mengetahui adanya surat-surat persetujuan tindakan medis pasien, memberikan informasi yang tidak lengkap tentang penyakitnya dan lainlain. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien. Adapun faktor yang menyebabkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien rawat inap kelas III kurang antara lain : a. Tingkat pendidikan dan pengalaman Dari hasil penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar tingkat pendidikan pasien kelas III rata - rata SD bahkan ada yang tidak sekolah. Sedangkan pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Notoatmodjo, S. 2005). Selain itu pengalaman yang kurang tentang pelayanan medis juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien. Semakin banyak pengalaman berobat pasien ke beberapa rumah sakit, semakin banyak pula informasi yang dapat diketahui oleh pasien karena pasien dapat membandingkan pelayanan rumah sakit satu dengan yang lain sehingga pengetahuan dan kepercayaan mereka semakin meningkat. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 103
b. Kurangnya informasi Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar sebenarnya secara lisan atau secara langsung sudah dijelaskan semua informasi yang diperlukan pasien, akan tetapi dengan belum adanya penyampaian secara non lisan atau tidak langsung yaitu dengan penempelan lembar informasi di unit rawat inap tentang hak dan kewajiban pasien di rumah sakit, sehingga menyebabkan pasien atau keluarganya kurang memahami tentang hak dan kewajibannya di rumah sakit. Beberapa manfaat pemahaman informasi untuk pasien, dokter, perawat, rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya yaitu agar menanggulangi masalah secara proporsional dan mencegah terjadinya malpraktik di bidang kedokteran, meningkatkan kualitas sikap dan tindakan yang cermat dan hati- hati dari tenaga kesehatan, menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan atau pasien guna mensosialisasikan jasa-jasa pelayanan yang mampu diberikan oleh rumah sakit, untuk meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antara dokter, pasien dan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mendapatkan informasi yang dapat dipahami, memperoleh rasa aman dari semua proses pelayanan dan jaminan akan dioperasi dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh dokter dalam pemberian informasi kepada pasien yaitu informasi harus diberikan baik diminta atau tidak, tidak menggunakan istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh pasien yang merupakan orang awam, informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi pasien, informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai bahwa informasi dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien atau pasien menolak untuk diberikan informasi. (KODEKI, pasal 5); untuk tindakan bedah, informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi apabila dokter yang bersangkutan tidak ada, maka informasi harus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggungjawab dan untuk anak-anak serta pasien penyakit jiwa, maka informasi diberikan kepada orang tua atau walinya. c. Sosial Budaya dan Ekonomi Berdasarkan penelitian terdapat beberapa tingkat usia mulai dari anak-anak, dewasa, remaja dan tua, hal ini dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan 104 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia dewasa, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Dengan adanya latar belakang sosial budaya dan ekonomi yang berdedabeda antara satu orang dan orang lain, maka bisa terjadi kurang pemahaman seseorang dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit Seseorang yang sering berinteraksi dengan orang lain dalam lingkup kesehatan maka akan berpengaruh dalam kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmojo, S.2007). SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas informasi medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 14 (46,7%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 6 (20,0%) responden. 2. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak untuk memberikan persetujuan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 16 (53,3%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 6 (26,7%) responden. 3. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas rahasia kedokteran di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 23 (76,7%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan cukup, 3 (10,0%) responden. 4. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak atas pendapat kedua di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 18 (60,0%) responden dan sebagian kecil adalah Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang...(Yani, Sri Sugiarsi, dk) 105
tingkat pengetahuan baik, 3 (16,7%) responden. 5. Tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 7 (23,3%). 6. Gambaran tingkat pengetahuan pasien rawat inap kelas III tentang hak dan kewajiban pasien terhadap rumah sakit di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, sebagian besar adalah tingkat pengetahuan kurang, 15 (50,0%) responden dan sebagian kecil adalah tingkat pengetahuan baik, 3 (10,0%). B. Saran Pihak rumah sakit hendaknya melakukan sosialisasi dengan menempelkan informasi tentang hak dan kewajiban pasien disetiap bangsal perawatan pasien, poliklinik, unit gawat darurat dan tempat-tempat strategis di rumah sakit. Notoatmodjo S. 2003. Pengertian Pengetahuan. Diakses 13 Februari 2011. http://resources.unpad.ac.id/unpad Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta ; Salemba Medika. Poernomo B. Hukum Kesehatan. Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Taufik M. 2007. Prinsip Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan.Jakarta:CV.Infomedika http://ajangberkarya.wordpress.com/pengerti anpengetahuan.html. Diakses : 13 November 2008. Wijono D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2004. Pengertian pengetahuan. http://ajangberkarya.wordpress.com /pengertian-pengetahuan.html.. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta. KKI. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: KKI. 106 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. II, NO. 2, OKTOBER 2008, Hal 89-106
107