BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi Diabetes Melitus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Kabila Kabupaten

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanya-Jawab seputar. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan dengan efektif. 12 Menurut American Diabetes Assosiation (ADA), DM adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara normal. 13 Menurut kriteria WHO (1999), kadar glukosa normal darah vena pada waktu puasa tidak melebihi 126 mg/dl dan 2 jam sesudah beban glukosa oral 75 gr tidak melebihi 200mg/dl. Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak memadai untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat sehingga timbullah DM. 14,15 2.2. Sejarah Diabetes Mellitus 4,16 Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah DM, dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550 sebelum masehi. Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli Mesir kuno dari Jerman, George Ebers, dan kemudian disebut sebagai The Ebers Papyrus. Istilah diabetes pertama sekali dipakai oleh Artaeus dari Cappadocia pada abad ke-2, yang dalam bahasa Yunani berarti siphon (air yang terus-menerus keluar

dari tubuh manusia atau banyak kencing). Artaeus menggambarkan orang yang menderita DM banyak minum, banyak kencing, dan berat badan menurun. Pada abad ke-5, seorang dokter di India bernama Susruta melaporkan kencing pada pasien DM dikerumuni banyak semut. Pada abad ke-17, Eropa mulai mengenal luas penyakit ini. Seorang dokter di Inggris, Thomas Willis (1621-1675) menemukan rasa manis pada urine pasien dengan mencicipinya. Seabad kemudian, dokter di Liverpool, Mathew Dobson (1735-1784) melaporkan rasa manis di urine dan darah adalah gula. Pada 1809, John Rollo untuk pertama kalinya menambahkan istilah mellitus pada penyakit ini, yang dalam bahasa Yunani dan Latin berarti madu atau manis. 2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus 2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit gula atau DM dapat diderita oleh semua orang. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah. DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin. Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%. 4,17 Pada negara berkembang DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung diderita oleh penduduk usia diatas 64 tahun. 18 Pada tahun 2000 lima negara dengan jumlah penderita DM terbanyak pada kelompok umur 20-79 tahun adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), Amerika (17,7

juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8 juta). 18 Namun pada tahun 2007, pada kelompok umur yang sama terjadi perubahan urutan lima negara dengan jumlah penderita DM terbanyak yaitu India (40,9 juta), diikuti oleh Cina (39,8 juta), Amerika (19,2 juta), Rusia (9,6 juta) dan Jerman (7,4 juta). 5 Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan selebihnya 1,5 juta pada wanita. Dari jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta kematian terjadi di negara berkembang. 6 Berdasarkan SKRT tahun 1995 Indonesia menempati urutan ketujuh sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak, yaitu sekitar 4,5 juta orang. 4 Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke-4 dengan 8,4 juta penderita diabetes. 18 Tahun 2005 terdapat 12,4 juta penderita DM di Indonesia. 15 Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002 diperoleh data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,0% dari 10 penyakit utama yang ada di rumah sakit yang menjadi penyebab utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian (CFR 7.9%). 9 Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Kota Depok pada tahun 2001 mencapai 12,8%, sementara di Pulau Bali pada tahun 2004 mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005 di DKI Jakarta telah dilakukan survei dan diperoleh prevalensi DM sebesar 12,4%. 2

2.3.2. Determinan Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah a. Genetik atau Faktor Keturunan DM cenderung diturunkan atau diwariskan, tidak ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor riwayat keluarga bila dibandingkan tipe 1. Anak dengan ayah penderita DM tipe 1 memiliki kemungkinan terkena diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM tipe 1 maka kemungkinan menderita DM adalah 1:4-10. Pada DM tipe 2, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia kurang dari lima puluh tahun dan 1:13 bila salah satu orang tuanya menderita DM pada usia lebih dari lima puluh tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 2, maka kemungkinan menderita DM adalah 1:2. 19 b. Usia DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama di atas 40 tahun karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasa terjadi pada usia 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari 4 penderita berusia di atas 85 tahun. 4,20

Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasiem DM berusia 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun. 21 c. Ras atau Etnis Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, non-hispanik kulit hitam dan orang Amerika Latin, mempunyai resiko lebih besar terkena DM tipe 2. Suku-suku ini mempunyai resiko terkena DM 2-4 kali lebih tinggi dari pada non- Hispanik kulit putih. Kebanyakan dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani. Saat ini jumlah makanan banyak dan gerak badan semakin berkurang yang menyebabkan banyak penduduk mengalami obesitas sampai DM dan tekanan darah tinggi. 22 d. Kegemukan (Obesitas) Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnyanya angka kejadian DM tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. 4,23 Seseorang dengan BMI (Body Mass Index) 30 kg/m 2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes daripada seseorang dengan BMI normal (22 Kg/m 2 ). Bila BMI 35 Kg/m 2, kemungkinan mengidap diabetes menjadi 90 kali lipat. 4

Pada suatu penelitian di Jakarta pada tahun 1982 dalam Utujo Sukaton (1996) ditemukan bahwa kegemukan merupakan salah satu resiko penting bagi timbulnya DM. Prevalensi DM untuk kelompok obesitas adalah 6,7%, kelompok overweight 3,7%, kelompok normal 0,9%, dan kelompok underweight 0,4%. 20 e. Kurang Gerak Badan Olah raga atau aktifitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan turun sampai 50%. Keuntungan lain yang diperoleh dari olah raga adalah bertambahnya massa otot. Biasanya 70-90 % glukosa darah diserap otot. 24,25 The Journal of the America Medical Association (1992) melaporkan hasil studi lebih dari 21.000 orang dokter, bahwa berolah raga lima kali seminggu akan menghasilkan penurunan 42% pada kasus-kasus yang diperkirakan akan menderita DM tipe 2. 23 f. Infeksi Virus yang dapat memicu DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini menyebabkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Pada kasus DM tipe 1 yang terjadi pada anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM. 23

2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus 2.4.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/IDDM/Tipe 1) DM tipe 1 muncul ketika pankreas sebagai penghasil insulin tidak dapat atau memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. 23,26 DM tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes mellitus karena pasien sangat bergantung terhadap insulin dan hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin. Penderita memerlukan suntikan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Sampai saat ini, DM tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak dapat megontrol atau mengendalikan DM tipe 1. 5,23 Dari semua penderita DM, 5-10% adalah penderita DM tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai DM tipe 1 belum ada, namun diperkirakan hanya sekitar 2-3%. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai pasien mengalami komplikasi atau mengalami kematian. 4 2.4.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/NIDDM/Tipe 2) DM tipe 2 disebut juga non insulin-dependent diabetes mellitus. DM tipe ini adalah yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul di usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita DM adalah penderita DM tipe 2. 4,23 DM tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tapi

kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula darah. 4,26 2.5. Gejala-Gejala Diabetes Tiga serangkaian klasik mengenai gejala kencing manis adalah poliuri (urinasi yang sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan), dan polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan). Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi, yang menyebabkan ginjal membuang air tambahan untuk mengencerkannya. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering buang air dalam jumlah yang banyak (poliuri). Banyaknya cairan yang keluar menyebabkan penderita merasa haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). 27,28 Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengompensasikan hal itu, penderita sering kali merasa lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). 4 Gejala lain yang dapat dijumpai pada penderita DM adalah pandangan kabur, pusing, mual, berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga, lemah, lesu, luka yang sukar sembuh, rasa nyeri dan kesemutan, dan adanya rasa gatal pada kulit terutama pada daerah kemaluan. 27

2.6. Diagnosis Diabetes Mellitus Penegasan diagnosis DM dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah. Apabila ditemukan seseorang yang mempunyai keluhan khas seperti gejala penyakit DM dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Namun, apabila seseorang tidak menunjukkan gejala atau keluhan khas penyakit DM dan hasil pemeriksaannya kadar glukosa darah >200 mg/dl, maka hasil pemeriksaan tersebut belum cukup kuat untuk diagnosis penyakit DM. 4,28 Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang menunjukkan <200 mg/dl, pada pasien dengan atau tanpa gejala khas merupakan indikasi untuk Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan menggunakan 75 gram cairan glukosa. Cairan glukosa tersebut diminum setelah pasien berpuasa selama 10-12 jam. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah kembali. 4,20,24 Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM (mg/dl) Bukan DM Belum pasti DM DM KGD sewaktu Plasma Vena Darah Kapiler < 110 <90 110-199 90-199 200 200 KGD puasa Plasma Vena Darah Kapiler <110 <90 110-125 90-109 126 110 Sumber: Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002 Diagnosis DM juga dapat dilakukan melalui pengukuran kadar HbA1C (pemeriksaan hemoglobin terglikasi). Hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, akan berikatan dengan glukosa bila kadarnya tinggi dalam darah (terglikasi). Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar

HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. Sebenarnya pada manusia normal juga terdapat keterikatan antara hemoglobin dengan glukosa, tetapi dalam jumlah yang normal yaitu sekitar 4-6%. Hasil pemeriksaan HbA1C lebih dari 6% mengindikasikan bahwa orang tersebut mengidap DM. Bila kadar HbA1C lebih dari 8% maka penderita DM diprediksi memiliki kerentanan terhadap terjadinya komplikasi. Pemantauan kadar gula darah melalui pemeriksaan HbA1C lebih mudah dilakukan karena pasien tidak perlu berpuasa sebelum pengambilan darah. 29 2.7. Komplikasi Diabetes Mellitus DM sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Karena itu, jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik yang akut maupun kronis. 2.7.1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia). 4

a. Hipoglikemia Kadar glukosa darah yang terlalu rendah sampai di bawah 60 mg/dl disebut hipoglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita DM yang diobati dengan suntikan insulin ataupun minum tablet anti-diabetes, tetapi tidak makan dan olah raganya melebihi biasanya. 20,30 Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh mana glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu: 20 a.1. Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori sehingga mengganggu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang, atau koma. a.2. Keluhan akibat efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan kadar glukosa darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar, cemas, serta rasa lapar. Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-55 mg/dl, pasien diabetes mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing, sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa darah di bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara, seperti orang mabuk, dan bingung. Dan pada saat kadar glukosa di bawah 20 mg/dl keluhan atau gejala yang terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa menyebabkan kematian. 20,30 b. Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik. 4,31 Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa napas yang cepat dan dalam, napas bau keton atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma. 30,31 c. Hiperosmolar Non-Ketotik Hiperosmolar Non-Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi kental. Kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi. 4,31 Gejala Hiperosmolar Non-Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada Hiperosmolar Non-Ketotik tidak dijumpai napas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma. 4

2.7.2. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus Komplikasis kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan, seperti kerusakan pada saraf, ginjal, mata, jantung, dan lainnya. 4 a. Kerusakan Saraf (Neuropathy) Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini biasa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat untuk dikirim. 4,23 Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi. 27,30 b. Kerusakan Ginjal ( Nephropathy) DM dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. Ginjal menjadi tidak dapat menyaring zat yang terkandung dalam urin. Bila ada kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal

bocor keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM. 4,23,30 c. Kerusakan Mata Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan 10 persen mengalami cacat penglihatan. 4 Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati (Kerusakan Retina). Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat mengakibatkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur. 32,36 Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti tampak banyangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta. 4 Selain menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan glaukoma (meningkatnya tekanan bola mata). 27 d. Penyakit Jantung DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung kurang, penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak. 27

e. Hipertensi Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi bisa memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35-75 % komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah. 4 f. Gangguan Saluran Pencernaan Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. 27,33 Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut. 27 2.8. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Mengingat jumlah pasien semakin meningkat dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan pasien DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat. 20,23 2.8.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah suatu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap penyakit DM. Sasaran dari upaya mencegahan ini adalah masyarakat yang masih sehat yang tidak memiliki faktor risiko DM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan ini adalah menerapkan pola hidup sehat. 2.8.2. Pencegahan Primer Pencegahan primer mencakup kegiatan yang ditujukan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan (yang telah memiliki faktor risiko DM) melalui modifikasi faktor-faktor resiko/determinan lingkungan dan perilaku, atau intervensi khusus terhadap orang rentan. Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan memberi pengertian pada masyarakat bahwa mencegah penyakit adalah jauh lebih baik dari pada mengobatinya. Semua pihak harus membiasakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko, yaitu dengan menganjurkan kepada masyarakat agar mengikuti pola makan seimbang, terutama yang mengandung serat tinggi. Selain itu dengan mengkampanyekan motto Memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat sangat menunjang upaya pencegahan primer. 20,34 2.8.3. Pencegahan Sekunder Pencegahan Sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi denagn tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatankegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit. 20,34

a. Penyuluhan (Edukasi) Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan DM. Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan DM yang diberikan kepada setiap pasien DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi edukasi yang perlu diberikan pada pasien DM adalah defenisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki. 35,36 b. Perencanaan Makan Pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien. 19,32,33 (Diet DM terlampir) Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan DM adalah: b.1. b.2. Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya b.3. b.4. b.5. Mencapai dan mempertahankan berat badan idamannya. Mencegah komplikasi akut dan kronik Meningkatkan kualitas hidup.

c. Latihan Jasmani Dalam pengelolaan DM, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada DM antara lain adalah: 27,36 c.1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah c.2. c.3. c.4. c.5. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah penggangkut glukosa Membantu menurunkan berat badan Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. d. Obat Hipoglikemi Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. d.1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Obat hipoglikemik oral dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanid, dan inhibitor glukosidase alfa. Sulfonilurea diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk karena golongan sulfonilurea ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pada pankreas, biguanid diberikan pada penderita DM yang gemuk karena obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati, dan inhibitor glukosidase alfa diberikan pada DM dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi karena obat ini menurunkan puncak glukosa sesudah makan. 20,35,36

d.2. Insulin Insulin mutlak diperluka oleh penderita DM tipe 1 karena sel-sel beta pankreasnyaa telah rusak sehingga tidak mampu lagi memproduksi insulin yang diperlukan dalam penyerapan glukosa dari darah ke dalam sel. Untuk penderita DM tipe 2, suntikan insulin sering kali diperlukan bila obat hipoglikemia oral sudah tidak memberikan efek yang diinginkan atau menunjukkan resistensi. 35,36 2.8.4. Percegahan Tertier Pencegahan tertier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecacatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk pengendalian penyakit DM. Upaya pencegahan primer, sekunder, maupun tertier merupakan upaya yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah penderita DM. 20,34