Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.70/UM.001/MP/2016 TENTANG PENETAPAN OBYEK VITAL NASIONAL DI SEKTOR PARIWISATA

SIMBIOSIS MUTUALISME ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN PENGUSAHA BATIK DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Masyarakat menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan,

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.3 Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

Pelestarian Cagar Budaya

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan yang mutlak bagi setiap instansi, apalagi secara keseluruhan

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

BAB I. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumber. daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA BOROBUDUR

2017, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (L

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT

Transkripsi:

1 Manusia lahir, hidup, dan akhirnya meninggalkan dunia hanya atas kehendak Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan mengakui bahwa dunia beserta segala isinya dan seluruh galaksi yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan-nya dan sudah menjadi kewajiban manusia untuk menjaga dan melestarikan apa yang disediakan oleh Allah SWT. Lingkungan merupakan tempat untuk beraktualisasi, bereksistensi dan berinteraksi bagi manusia. Hubungan antara sesama manusia dengan makhluk lain dan juga lingkungan akan berjalankan dengan baik, apabila terjadi simbiosis mutualisme, dengan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan. Masingmasing saling memberi ruang dan kemerdekaan hidup, sehingga terjalin keselarasan dan keserasian, sebagaimana ajaran Sultan Agung, yakni mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi yang termuat dalam kitab Sastra Gendhing 1. Manusia dibekali dengan akal dan budi yang menempatkan derajat manusia paling tinggi jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan-nya yang lain. Dengan akal dan budi itulah manusia mampu menciptakan suatu hal yang menunjang kehidupannya di dunia. Dengan pemberian itulah manusia mampu menciptakan 1 M. Nasruddin Anshoriy Ch, dan Sudarsono, 2008, Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya Jawa, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. v

2 hal yang indah sebagai rasa syukur akan keindahan alam atau biasa disebut dengan kebudayaan atau budaya. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia, sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja. Menganalisis konsep kebudayaan perlu dilakukan dengan pendekatan dimensi wujud dan isi dari wujud kebudayaan 2. Jika dilihat menurut dimensi wujudnya, kebudayaan dibagi menjadi tiga wujud, yaitu : 1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia : Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kebudayaan yang berada pada tahap ini merupakan kebudayaan dasar yang merupakan cikal bakal dari kebudayaan pada tahap selanjutnya yang dapat berupa interaksi antar manusia maupun kebudayaan berwujud kebendaan yang dihasilkan dari pengembangan gagasan maupun konsep yang terdapat dalam pikiran manusia. 2. Kompleks aktivitas : 2 M. Munandar Sulaeman, 1995, Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar, PT. Eresco, Bandung, hlm. 12

3 Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial yang terbentuk dari gagasan manusia akan sebuah konsep manusia untuk saling berinteraksi dengan sesamanya. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya yang otomatis akan membawa bentuk interaksi masingmasing kelompok manusia tersebut. 3. Wujud sebagai benda : Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak terlepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai benda yang bergerak. 3 Kebudayaan merupakan bagian penting bagi ekosistem suatu lingkungan karena dalam lingkungan sebuah keadaan alam dan manusia akan saling terkait dan saling terikat. Hal ini berarti bahwa saat melakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup maka elemen kebudayaan sudah termasuk di dalamnya dan termasuk dalam objek yang mendapatkan perhatian untuk dilakukan perlindungan. Dalam Pasal 1 Poin 30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata lingkungan hidup 3 Ibid, hlm. 13

4 secara lestari. 4 Hal ini menunjukkan perlindungan lingkungan hidup tidak hanya berbasis pada perlindungan dari pencemaran semata namun juga perlindungan bagi terjaganya kearifan lokal masyarakat yang merupakan jati diri dan aset negara. Peninggalan kebudayaan yang berupa kepurbakalaan atau berwujud sebagai benda hasil cipta manusia tidak hanya diukur dengan usia beberapa bulan atau beberapa puluh tahun saja tetapi berasal dari masa ratusan atau bahkan ribuan tahun. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan dapat pula dibagi menurut zaman, macam, bahan, dan fungsinya. Menurut zamannya ada peninggalan zaman prasejarah, zaman Indonesia Hindu/Buddha atau seringkali disebut zaman klasik, zaman pengaruh Islam, barat dan sebagainya. Menurut macamnya ada yang berupa benda-benda bergerak dan tak bergerak, misalnya arca, ukiran, alat-alat rumah tangga, alat-alat upacara, naskah, gedung, rumah, bekas settlement, benteng dan lain-lain. Menurut bahannya ada peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang dibuat dari batu, logam, kertas, kulit dan lain-lain. Menurut fungsinya ada yang berupa candi, kuil, klenteng, gereja, kraton, pura, masjid, punden berundak, alat perhiasan, alat atau benda upacara keagamaan dan lainlain. 5 Sejarah panjang bangsa Indonesia memunculkan banyak sekali warisan situs atau benda cagar budaya peninggalan dari kebudayaan masa lampau. Sebuah peninggalan cagar budaya mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, 4 Pasal 1 Poin 30 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) 5 Koesnadi Hardjasoemantri, 2012, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm 294-296

5 khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa. Salah satu bentuk peninggalan dari peradaban masa lampau yang masih bisa dilihat oleh generasi sekarang adalah berupa candi-candi peninggalan kerajaan dan kebudayaan masa lampau yang tersebar hampir merata di seluruh Pulau Jawa. Dahulu candi merupakan pusat kebudayaan, pendidikan dan peribadatan bagi masyarakat pada jamannya baik pada masa kebudayaan Hindu maupun pada masa kebudayaan Buddha. Dewasa ini telah banyak candi yang telah ditemukan dan telah didata sebagai warisan cagar budaya yang bersifat langka dan wajib dilindungi. Di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah diketahui bahwa warisan candi mempunyai kepadatan yang tinggi dan masih banyak candi yang belum ditemukan. Sebuah contoh nyata dari padatnya candi di daerah DIY adalah Kawasan Candi Prambanan atau biasa disebut sebagai Candi Roro Jonggrang yang merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sansekerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa. Kompleks Candi Prambanan adalah termasuk situs warisan dunia menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang ditetapkan UNESCO sejak tahun 1991 sebagai salah satu warisan dunia

6 kategori warisan budaya dunia (World Cultural Heritage) No. C 642 6. Pengakuan oleh UNESCO ini menandakan bahwa Kawasan Candi Prambanan telah memenuhi syarat sebagai objek vital dunia dan membutuhkan perhatian khusus. Dengan pengakuan dari UNESCO maka otomatis masyarakat dunia telah diperkenalkan kepada Kawasan Candi Prambanan. Oleh karena itu Kawasan Candi Prambanan bisa dikatakan mempunyai potensi yang sangat besar di bidang pariwisata karena telah dikenal dan diakui oleh dunia internasional. Potensi yang dimiliki oleh Candi Prambanan sangatlah besar sehingga perlu adanya manajemen pengelolaan yang baik dan berdasar pada peraturan perundang-undangan yang ada sehingga potensi yang ada bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Wisata Candi Prambanan Serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya pengelolaan Kawasan Candi Prambanan diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah yang tidak dimiliki oleh negara lain. Namun sisi lain dari melimpahnya SDA tersebut adalah keberadaan puluhan gunung berapi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagian dari gunung-gunung tersebut merupakan gunung yang mempunyai tingkat aktifitas yang tinggi dan ada juga yang mempunyai tingkat aktifitas yang relatif rendah. Pada hari Kamis tanggal 13 6 UNESCO, Prambanan Temple Compounds, http://whc.unesco.org/en/list/642/, diakses pada tanggal 20 Juni 2014

7 Februari 2014 sekitar pukul 22.50 WIB Gunung Kelud mengeluarkan material berupa debu vulkanik sebagai akibat dari erupsi besar yang terjadi malam itu. 7 Sekitar pukul 03.00 WIB hari Jumat tanggal 14 Februari 2014 material debu vulkanik sampai di wilayah Jateng dan DIY dan juga menyelimuti hampir diseluruh Pulau Jawa. Selain berbahaya bagi kesehatan lingkungan letusan ini juga sangat berbahaya bagi bangunan kuno yang terkena serpihan debu vulkanik tersebut, sebagai contoh adalah Candi Prambanan yang bisa terkena dampak serius jika tidak segera di lakukan pemeliharaan pasca letusan Gunung Kelud tersebut. Abu vulkanik dapat mempercepat korosi batuan candi dan juga menutup sistem drainase. Abu vulkanik nampak hanya seperti debu kecil yang tidak berbahaya, tapi sebetulnya material asam vulkanik bukan kombinasi yang baik untuk candi. Selain abu vulkanik sulit dibersihkan, lapisan lumut hijau tumbuh pula dengan cepat. Sebagai pihak yang diberikan kekuasaan untuk melakukan pengelolaan terhadap Kawasan Candi Prambanan, PT. (PERSERO) Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko maka timbul kewajiban bagi pengelola untuk melakukan upaya terpadu pelestarian terhadap Kawasan Candi Prambanan 7 Erupsi adalah pelepasan magma, gas, abu, dll ke atmosfer atau ke permukaan bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Erupsi di definisikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi. Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi. Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu Erupsi eksplosif dan Erupsi efusif. Bisa dilihat di http://www.kamusq.com/2013/04/erupsi-adalah-pengertian-dan-definisi.html yang diakses pada tanggal 15 Mei 2014

8 agar kelestarian dari Candi Prambanan tetap terjaga. Di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya telah dicantumkan arti dari penguasaan yaitu pemberian wewenang dari pemilik kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang untuk mengelola cagar budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya 8. Dari pengertian penguasaan tersebut telah jelas dikatakan bahwa ada kewajiban untuk melakukan pelestarian terhadap cagar budaya yang dikuasai oleh pengelola baik oleh pemerintah maupun setiap orang yang diberikan hak penguasaan. Kawasan Candi Prambanan merupakan objek penting negara yang penguasaannya dibagi untuk beberapa pihak yaitu pemerintah yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedangkan dalam sektor swasta adalah PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko yang merupakan BUMN yang bergerak di bidang pariwisata. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa letusan Gunung Kelud dapat mengancam kelestarian Kawasan Candi Prambanan dan terdapat kewajiban bagi pengelola untuk melakukan sebuah tindakan pelestarian. Menurut Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 pelestarian sendiri diartikan sebagai upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan 8 Pasal 1 Poin 8 Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168)

9 cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. 9 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa segala usaha harus dilakukan untuk menjaga kelestarian sebuah cagar budaya dari segala ancaman baik ancaman dari alam maupun dari manusia. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk menambah wawasan keilmuan dan juga menerapkan ilmu yang telah dipelajari oleh penulis, maka penulis bermaksud untuk menyusun penulisan hukum yang mengupas pelaksanaan pengelolaan Kawasan Candi Prambanan sebagai warisan budaya dunia UNESCO yang dilakukan oleh BPCB dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko serta usaha pembersihan Kawasan Candi Prambanan dari abu vulkanik Gunung Kelud untuk kemudian akan diperbandingkan dengan peraturan perundang-undangan khususnya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Oleh karena itu penulis menyusun penulisan hukum dengan judul sebagai berikut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka ada tiga permasalahan yang menarik bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian 9 Pasal 1 Poin 22 Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168)

10 sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menarik untuk didiskusikan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengelolaan Kawasan Candi Prambanan? 2. Bagaimanakah pengelolaan Kawasan Candi Prambanan pasca erupsi Gunung Kelud? 3. Apa sajakah kendala dalam pelaksanaan pengelolaan Kawasan Candi Prambanan pasca erupsi Gunung Kelud? Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian PENGELOLAAN KAWASAN CANDI PRAMBANAN PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD, dapat dikelompokan sebagai tujuan obyektif dan tujuan subyetif sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pengelolaan Kawasan Candi Prambanan yang telah dilakukan oleh BPCB dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko untuk kemudian dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan terutama Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. b. Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Kelud bagi Kawasan Candi Prambanan serta untuk mengetahui pelaksanaan wujud pengelolaan yaitu pemeliharaan Kawasan Candi Prambanan dari abu vulkanik Gunung Kelud untuk kemudian dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan terutama Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

11 c. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pengelola dalam melakukan upaya pemeliharaan terhadap Kawasan Candi Prambanan sebagai akibat dari erupsi Gunung Kelud. 2. Tujuan Subyektif Untuk mengaplikasikan ilmu hukum khususnya hukum lingkungan di bidang pelestarian cagar budaya yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan juga untuk memenuhi syarat untuk mendapat gelar Strata 1 (S1). Beberapa manfaat atau kegunaan yang akan kita peroleh dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagi peneliti Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai proses pemeliharaan kawasan cagar budaya yang dalam hal ini Kawasan Candi Prambanan dalam menghadapi erupsi Gunung Kelud. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini untuk menambah khasanah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu hukum lingkungan khususnya dalam bidang hukum cagar budaya. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini memberi masukan kepada pemerintah melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta mengenai kebijakan pemeliharaan dan

12 pelestarian cagar budaya, terutama dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pemeliharaan kawasan cagar budaya akibat erupsi gunung berapi. Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis telah melakukan riset dan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian, baik dari perpustakaan, media cetak maupun media elektronik. Dari penelusuran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian hukum yang sejenis dan/atau berhubungan dengan judul, dan rumusan permasalahan tersebut adalah baru. Penelusuran yang penulis lakukan menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan pelestarian Cagar Budaya, antara lain sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan oleh Ni Putu Sukmawati pada tahun 2014 dengan judul ASPEK HUKUM PELESTARIAN CANDI PRINGTALI DI KABUPATEN KULONPROGO YOGYAKARTA. Adapun penelitian ini menitik beratkan pada pelestarian yang berupa upaya beserta kendala yang dihadapi dalam rangka pelestarian Candi Pringtali yang terletak di Kabupaten Kulonprogo. 2. Penelitian dilakukan oleh Arif Rahmanto yang dilaksanakan pada tahun 1995 dengan judul SEGI HUKUM PERLINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN BENDA CAGAR BUDAYA DI KAWASAN SANGIRAN KEBUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN. Adapun penelitian ini menitik beratkan pada perlindungan dan pemeliharaan terhadap semua benda cagar budaya yang ada di situs purbakala sangiran.

13 3. Penelitian dilakukan oleh Khafshoh yang dilaksanakan pada tahun 1996 dengan judul UPAYA PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN PERLINDUNGAN BENDA CAGAR BUDAYA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Adapun penelitian ini menitik beratkan pada implementasi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta. 4. Penelitian dilakukan oleh Arif Nur Rokhman yang dilaksanakan pada tahun 2010 dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM DAN KONSERVASI RUMAH TRADISIONAL SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA DI WILAYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA. Adapun penelitian ini membahas tentang upaya yang dilakukan dalam usaha perlindungan rumah tradisional yang dalam hal ini adalah Joglo beserta kendala yang dihadapi dalam melakukan perlindungan. 5. Penelitian dilakukan oleh RM Reyner Iqbal Khameswara pada tahun 2014 dengan judul KAJIAN YURIDIS UPAYA PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DI INDONESIA (STUDI KASUS PEMBONGKARAN EKS PABRIK ES SARIPETOJO DI KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH). Adapun penelitian ini melakukan analisis yuridis dengan studi kasus pembongkaran eks pabrik es Saripetojo dengan menitik beratkan pada perlindungan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi benda cagar budaya.

14 Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, mayoritas tulisan yang ada membahas aspek perlindungan terhadap cagar budaya yang bersifat kebendaan dan hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 dan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis menitikberatkan pada adanya kewajiban dari pengelola cagar budaya yang dalam penelitian ini adalah PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, untuk melakukan pemeliharaan terhadap Kawasan Candi Prambanan yang dikelolanya dan akan diperbandingkan apakah sudah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 serta akan meneliti pelaksanaan pembersihan Kawasan Candi Prambanan dari abu vulkanik Gunung Kelud. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa penelitian dengan judul PEMELIHARAAN KAWASAN CANDI PRAMBANAN PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD belum pernah dilakukan dan permasalahan ini murni ide penulis sehingga penelitian ini bukan merupakan karya plagiarisme karena merupakan karya yang otentik.