BAB I PENDAHULUAN. dan kota (Sulistyaningrum, 2008). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otomoni daerah yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU No.22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PERBANDINGAN KINERJA KUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi

ANALISIS PERUBAHAN KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah daerah di Indonesia bertumpu pada Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat mengarah pada reformasi. Salah satu bentuk dari reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang. Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dari terwujudnya pembangunan nasional. Sejak tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEU ANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM MENDUKUNG PELAKASANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak Pemerintah menerapkan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengan dari adanya dukungan dari wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang bukan merupakan negara kapitalis maupun sosialis, melainkan negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kebijakan yang memberikan kewenanangan yang lebih luas terhadap masing-masing pemerintah daerah untuk mengatur pengelolaan daerahnya (Adi, 2012). Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dapat memberikan peluang yang besar bagi masyarakat dalam upaya pembangunan dan pengembangan potensi yang dimiliki di daerah kabupaten dan kota (Sulistyaningrum, 2008). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menggariskan bahwa maksud dan tujuan pemberian otonomi daerah adalah memacu kesejahteraan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab serta memperkuat persatauan dan kesatuan bangsa, peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah. Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam membentuk daerah otonomi di daerah muncul berbagai dampak antara lain, terjadinya pemekaran daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mastur, 2008). Pemekaran daerah mengakibatkan munculnya daerah otonom baru yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat di daerah sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan memaksimalkan 1

2 potensi yang dimiliki masing-masing daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (PP No. 78 Tahun 2007). Pemekaran daerah timbul karena dilatarbelakangi oleh luasnya kondisi wilayah dalam suatu daerah, pemerataan ekonomi dan peningkatan kualitas layanan publik. Kebijakan pemekaran daerah yang ditetapkan pemerintah memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan seluruh aspek yang terdapat dalam pemerintah daerah. Manfaat yang diperoleh dalam pemekaran daerah antara lain, meratakan pertumbuhan ekonomi daerah hasil pemekaran, memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap daerah sehingga terjadi pemerataan dalam pendapatan antara daerah induk dengan daerah hasil pemekaran (Agustino dan Yusoff, 2008). Pemekaran daerah dapat meningkatkan tingkat efisiensi pembangunan dalam suatu wilayah. hal ini terjadi karena masyarakat akan memperoleh kewenangan yang luas dalam mengelola potensi yang dimiliki di daerahnya, sehingga memberi dampak positif terhadap perekonomian daerahnya. Untuk menganalisis apakah tujuan yang diharapkan dapat tercapai, perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan di daerah induk dan daerah hasil pemekaran baru. Kinerja keuangan merupakan indikator keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan masa lalu untuk melihat hasil pencapaian sesuai yang direncanakan dan mengevaluasi tren dalam akuntansi untuk entitas yang sama dalam suatu periode. Analisis terhadap kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam rasio, antara lain rasio pertumbuhan, rasio kemandirian, rasio efisiensi, rasio efektivitas, rasio perputaran aset,

3 ROA, rasio pengelolaan belanja dan current rasio (Sularso dan Restianto, 2011;Halim, 2008; Cohen, 2008). Kinerja keuangan merupakan tingkat pencapaian suatu target kegiatan keuangan pemerintah daerah yang diukur melalui indikator-indikator keuangan yang dapat dinilai dari hasil pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Analisis terhadap kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam rasio, antara lain rasio pertumbuhan (growth ratio), rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio aktivitas (Mentari Yosephen, 2013). Analisis terhadap dampak pemekaran antara daerah induk dengan daerah otonom baru memberikan hasil yang berbeda tergantung dari kinerja masingmasing daerah dalam menyeimbangkan segala aspek agar daerah otonom baru memiliki kemampuan yang sama dengan daerah induk, sehingga kesejahteraan masyarakatpun terjamin (BAPPENAS, 2008). Evaluasi terhadap daerah pemekaran menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan. Banyaknya kendala yang tidak dapat terselesaikan mengakibatkan timbulnya ketimpangan ekonomi antara daerah induk dengan daerah hasil pemekaran. Masalah lain yang muncul antara lain rendahnya kinerja keuangan di daerah hasil pemekaran dibandingkan dengan kinerja daerah di daerah induk (Mastur, 2008; Riani dan Kaluge, 2011; BAPPENAS, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh PKP2AI (2004)di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa sebelumpemekaran wilayah terjadi

4 kesenjangan antarawilayah yang ada di perkotaan dengan wilayah yangada di perdesaan. Setelah pemekaran dilakukan,pemerataan pendapatan di Kabupaten Tasikmalayasemakin meningkat. (Riani dan Pudjihardjo, 2012; Ga i, Hidayat, Santoso, 2010) Menurut Depdagri (2013), proses pemekaran daerah telah berjalan selama kurun waktu 15 tahun, tetapi berbagai permasalahan dan kendala kinerja belum dapat diselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya ketersediaan infrastruktur di daerah hasil pemekaran, masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap transfer dana bantuan dari daerah induk, pembagian potensi yang tidak merata dan kesejahteraan masyarakat di daerah hasil pemekaran masih tertinggal dengan kesejahteraan masyarakat di daerah induk. Dari permasalahan tersebut memotivasi penulis untuk mengevaluasi kinerja keuangan daerah pada daerah induk dan daerah hasil pemekaran dengan judul PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH OTONOM BARU SETELAH PEMEKARAN. B. Rumusan Masalah Pemekaran daerah menghasilkan daerah otonom baru yang berupaya untuk meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat pelaksanaan pembangunan perokonomian di daerah (Agustino dan Yusoff, 2008). Menurut PP No. 129 tujuan pemekaran daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan meningkatkan serta mempercepat

5 pelayanan, kehidupan demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan dan ketertiban dan peningkatan hubungan yang serasi antara daerah dan pusat. Menurut Riani dan Pudjiharjo (2012), hasil evaluasi mengenai dampak pemekaran daerah di Indonesia memiliki hasil yang berbeda. Untuk mengevaluasi perbedaan kinerja keuangan antara daerah induk dan daerah otonom baru. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang akan dianalisis adalah apakah terdapat perbedaan rasio efisiensi, rasio kemandirian, rasio pengelolaan belanja, rasio derajat desentralisasi, rasio belanja operasi antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom baru setelah pemekaran? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Menganalisis perbedaan rasio efisiensi antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom baru setelah pemekaran. 2. Menganalisis perbedaan rasio kemandirian antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom baru setelah pemekaran. 3. Menganalisis perbedaan rasio pengelolaan belanja antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom setelah pemekaran. 4. Menganalisis perbedaan rasio derajat desentralisasi antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom baru setelah pemekaran.

6 5. Menganalisis perbedaan rasio belanja operasi antara pemerintah daerah induk dan daerah otonom baru setelah pemekaran. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini juga bermaksuduntuk memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan, pihak pemerintah dan publik sebagai pembacanya, adapun manfaatnya sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan agar dapat menambah pengetahuan peneliti dan sarana dalam menerapkan ilmu pengetahuan saya yang telah saya peroleh dibangku kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai pemekaran daerah. 3. Bagi pembaca a. Sebagai bahan referensi yang dapat membantu untuk penelitian selanjutnya. b. Sebagai tambahan yang digunakan untuk memperluas ilmu pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan evaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah antara daerah induk dengan daerah otonom baru.

7 E. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam laporan penelitian ini, sistematika pembahasan terdiri atas lima bab, masing-masing uraian yang secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut: BAB I:PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang diperoleh dari uraian buku-buku serta jurnal-jurnal yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis serta kerangka pemikiran. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang memuat tentang variabel penelitian, definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi penyajian dan analisis data. Menyajikan penelitian dan menyelesaikan hasil pengumpulan serta analisis data, sekaligus

8 merupakan jawaban atas hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu daerah-daerah yang dimekarkan di Indonesia mulai Tahun 2007-2009 kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang ditarik berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini dan saran saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta keterbatas penulis dalam penyusunan skripsi.