BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

ABSTRAK. Kata kunci: populasi bakteri aerob, saliva, sari buah delima merah dan putih.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh dunia setiap tahun (Salni et al.,2011). Penyakit infeksi banyak diderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sejak tahun 1960 ketika Fitzsgerald dan Keyes melakukan percobaan pada binatang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi di seluruh dunia (Cura et al., 2012). Penyakit karies gigi dialami 90%

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah buah delima. Buah Delima (Punica granatum) merupakan salah satu buah terbanyak di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 1,2 Terdapat beberapa jenis buah delima, yaitu delima merah berbunga merah, delima putih berbunga putih, delima susu wantah berbunga merah, dan delima hitam yang berbunga merah serta kulit buahnya berwarna ungu tua. Dari keempat jenis buah delima tersebut, yang paling terkenal adalah buah delima putih dan delima merah yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias, dapat dikonsumsi buahnya, dan obat yang bermanfaat bagi kesehatan. 3,4 Pemanfaatan buah delima untuk keperluan kesehatan telah dilakukan sejak berabad tahun yang lalu. Delima memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Di Indonesia, delima putih dan delima merah digunakan sebagai obat diare, obat cacing, obat osteoartritis, mengobati hiperlipidemia, antihipertensi, antiinflamasi, antiseptik, antiperdarahan, antipiretik, antitusif, obat asma. 3,5 Semua pohon delima memiliki kulit yang terasa asam, begitu pula akarnya. Rasa asam tersebut merupakan tanda bahwa di dalam delima terkandung tanin, yang merupakan senyawa polifenol. Delima juga mengandung flavonoid yang 1

2 merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat di alam, berfungsi sebagai zat pemberi warna merah, ungu, biru, dan kuning pada tumbuhan. Dalam bidang kesehatan mulut, kulit buah delima putih dan delima merah dimanfaatkan sebagai obat stomatitis, abses periapikal, ulserasi, agen antibakteri, dan antifungi. 4,6 Saat ini penggunaan agen antibakteri dari bahan alami mulai dikembangkan, karena dapat mengurangi efek samping yang dihasilkan jika dibandingkan dengan antibakteri sintetik. Di dalam saliva terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang merupakan flora normal, yang dapat memberikan efek yang menguntungkan dan merugikan bagi tubuh. Salah satu bakteri yang merugikan dalam tubuh adalah bakteri aerob penyebab plak gigi, sehingga upaya pengendalian bakteri aerob ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan obat kumur alami yang bersifat antibakteri. 7,8,9 Terdapat penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa buah delima dapat dimanfaatkan kulit dan buahnya sebagai agen antibakteri. Menurut Syamsuhidayat dan Hutapes (2001), Reynald (2003), kulit buah delima mengandung zat tanin yang bersifat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus dan Staphylococcus. Menurut Fransiska (2009) ekstrak etanol kulit buah delima putih dapat menghambat pertumbuhan Bacillus Subtilis dan Escherichia Coli secara in vitro. 10,11,12 Menurut Anita (2009) dan Irene (2011) ekstrak buah delima dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan menghambat pembentukan biofilm pada Staphylococcus aureus secara in vitro. Hal ini disebabkan oleh kandungan flavonoid dan tanin yang tinggi di dalam buah delima dan berfungsi

3 sebagai agen antibakteri, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. 3,5,13,14 Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang perbandingan efektivitas buah delima (Punica granatum) merah dan putih sebagai antibakteri dalam menghambat populasi bakteri aerob pada saliva dalam rongga mulut. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva subjek penelitian antara sebelum dan setelah berkumur sari buah delima merah (Punica granatum)? 2. Apakah terdapat perbedaan penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva subjek penelitian antara sebelum dan setelah berkumur sari buah delima putih (Punica granatum)? 3. Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara berkumur sari buah delima (Punica granatum) merah dan putih dalam menurunkan populasi bakteri aerob pada saliva? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

4 1. Mengetahui pengaruh berkumur sari buah delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva di dalam rongga mulut. 2. Mengetahui pengaruh berkumur sari buah delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva di dalam rongga mulut. 3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan efektivitas antara sari buah delima (Punica granatum) merah dibandingkan dengan putih dalam menurunkan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva di dalam rongga mulut. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Manfaat ilmiah dari penelitian ini adalah sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh sari buah delima (Punica granatum) merah dan putih dalam bidang oral biologi. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat luas tentang khasiat dan manfaat buah delima (Punica granatum) merah dan putih sebagai alternatif dalam upaya pengendalian bakteri aerob.

5 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. Penyakit infeksi gigi dan mulut biasanya berkaitan dengan masalah kebersihan mulut, diantaranya karies dan penyakit periodontal. Angka prevalensi karies gigi di Indonesia masih sangat tinggi, bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun. 7,15 Di Indonesia, karies gigi masih diderita oleh 90% penduduk. Karies gigi disebabkan oleh asam hasil metabolisme karbohidrat oleh bakteri di dalam mulut dan dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yang terdiri dari host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, waktu, dan saliva. Selain itu karies juga dipengaruhi faktor lainnya seperti sistem imun, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, perilaku gaya hidup, dan penggunaan fluoride. 7,8,9 Saliva memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang optimal dan menciptakan keseimbangan ekologi yang sesuai. Fungsi saliva meliputi lubrikasi dan proteksi jaringan mulut, aksi buffer dan self cleansing, memelihara intergritas gigi, serta memiliki aktivitas antibakteri. Saliva juga mengandung elektrolit, seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, bikarbonat, immunoglobulin, protein, enzim, mucin, urea, dan ammonia. 16 Komponen saliva ini berfungsi untuk membantu modulasi perlekatan bakteri pada lapisan biofilm, mengatur ph dan kapasitas buffer, memiliki aktivitas antibakteri, serta berperan dalam proses remineralisasi dan demineralisasi permukaan gigi. Kapasitas buffer dan ph saliva berperan penting dalam hipotesis

6 plak, sehingga bakteri kariogenik cenderung berkembang ketika ph di mulut turun menjadi asam (ph kritis 5,5). 16,17 Di dalam saliva banyak terkandung bakteri yang ikut berperan dalam pembentukan plak gigi yang merupakan penyebab karies gigi, diantaranya adalah genus Streptococcus, Staphylococcus, Neisseria, Bacillus, Camphylobacter, Enterococcus, Pseudomonas. Bakteri ini merupakan bakteri aerob yang memainkan peran penting dalam perkembangan karies dengan memodifikasi lingkungan plak gigi untuk mendukung kehidupan bakteri aciduric. Bakteri ini mempunyai enzim glucosyltransferases (GTF) dan fructosyltransferases (FTF) yang dapat mengubah karbohidrat menjadi polisakarida ekstraseluler, yaitu glukan dan fruktan. Glukan berkontribusi pada perlekatan plak, sedangkan fruktan dapat bertindak sebagai penyimpanan nutrisi ekstrasel. 17,18 Hal ini memungkinkan bakteri melekat pada pelikel di permukaan gigi. Pelikel merupakan deposit lapisan tipis yang terdiri dari protein saliva dan glikoprotein. Setelah pembentukan pelikel, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri dari polisakarida ekstraselluler yang mengandung dekstran dan protein saliva. 19-21 Bakteri yang dapat tumbuh hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler. Bakteri tidak membentuk suatu lapisan yang kontinu diatas permukaan pelikel, melainkan suatu kelompok kecil yang terpisah, suasana lingkungan pada plak masih bersifat aerob, sehingga hanya bakteri aerob dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang biak. 18,19,22

7 Perlekatan bakteri aerob ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan mulut, salah satunya dengan penggunaan obat kumur yang bersifat antibakteri. Dalam beberapa tahun terakhir ini penggunaan obat tradisional semakin meningkat, banyak orang telah beralih ke pengobatan alternatif yang berasal dari tanaman obat karena memiliki efek pencegahan dan efek terapeutik. Studi farmakologi telah menunjukkan bahwa banyak tanaman obat yang diketahui memiliki sifat antibakteri dan efek sampingnya lebih rendah dibandingkan dengan antibakteri sintetik. 2,18,20,23 Salah satu tanaman obat yang terkenal adalah buah delima (Punica granatum). Buah delima yang biasa digunakan untuk tanaman obat adalah buah delima merah dan putih. Buah delima (Punica granatum) merah dan putih sebelumnya cukup popular digunakan di bidang kesehatan sebagai obat diare, disentri, demam, batuk, asma, bronkitis, kelainan perdarahan, malaria, antihipertensi, atherosclerosis, dispepsia, lesi kulit, hiperlipidemia, diabetes mellitus, iskemia otak, alzheimer, serta menurunkan resiko penyakit jantung, AIDS, obesitas, dan kanker prostat. 2,18,24-27 Dalam bidang kesehatan mulut, delima putih dan delima merah memiliki efek terapeutik terhadap penyakit mulut, seperti periodontitis, gingivitis, ulserasi, denture stomatitis, dan lesi di mulut lainnya. Buah delima juga memiliki sifat antifungal, antiviral, dan antibakteri yang dapat menurunkan populasi bakteri dalam rongga mulut. 24,25 Bakteri aerob pada saliva akan berkolonisasi dan melekat ke permukaan gigi dengan perantaraan pelikel. Perlekatan bakteri aerob pada ke permukaan gigi

8 dapat dihambat dengan menggunakan agen kimia, yaitu berkumur dengan sari buah delima karena mengandung senyawa polifenol golongan flavonoid dan tanin yang bersifat antibakteri. 5,26,27 1.5.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Terdapat penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva subjek penelitian antara sebelum dan setelah berkumur sari buah delima merah (Punica granatum). 2. Terdapat penurunan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva subjek penelitian antara sebelum dan setelah berkumur sari buah delima putih (Punica granatum). 3. Terdapat perbedaan efektivitas antara sari buah delima (Punica granatum) merah dan putih dalam menurunkan jumlah populasi bakteri aerob pada saliva di dalam rongga mulut. 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental laboratorik. Data yang dinilai adalah jumlah populasi bakteri aerob pada saliva dalam rongga mulut sebelum dan setelah berkumur sari buah delima merah dan putih (Punica granatum). Populasi dan sampel dilakukan pada naracoba sebanyak 30 orang

9 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Kristen Maranatha. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode statistik uji t tidak berpasangan (Independent - Sample T Test) dan uji t berpasangan (Paired - Sample T Test) dengan α = 0,05 menggunakan perangkat lunak komputer kemudian signifikasi ditentukan berdasarkan nilai p 0,05. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian: Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Waktu Penelitian: November Desember 2012.