BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap sistem informasi dalam suatu organisasi. Dampak dari hal

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Teknologi Informasi yang berkembang dengan sangat pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan konsep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

yang sudah ada (Mardiana & Araki 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat (Luftman, 2004).

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk mengembangkan sebuah arsitektur enterprise yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Enterprise Architecture Planning

Joko Marwiyanto 1), Sujoko Sumaryono 2. Jl Grafika 2, Sleman, Yogyakarta ), 2)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya 2.2 Arsitektur Enterprise

BAB I PENDAHULUAN. dalam perencanaan strategis di institusi perguruan tinggi. Perencanaan strategis

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE MENGGUNAKAN METODE TOGAF ADM (STUDI KASUS : RSUD Dr.SOEGIRI LAMONGAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar I.1 Jumlah Penduduk Muslim di Dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada sistem informasi yang mereka miliki. yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Rong, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, alumni serta pengguna lulusan. Informasi Tenaga Kerja wilayah Jawa Timur

Arsitektur Enterprise

Bab 3 Metodologi Penelitian

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Enterprise Architecture. Muhammad Bagir, S.E., M.T.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan. Sampai saat ini PT. XYZ masih belum memiliki pendefinisian

I.1 Latar Belakang I-1

Enterprise Architecture Planning Untuk Proses Pengelolaan Manajemen Aset Dengan Zachman Framework

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.I

PERENCANAAN CETAK BIRU SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI BERBASIS E2AF DAN METODOLOGI EAP (Studi Kasus Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3. Metode Penelitian

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN I.1

Enterprise Architecture Model untuk Aplikasi Government

STMIK Pringsewu; Jl. Wisma Rini No 09 Pringsewu, (0729)

BAB III Landasan Teori

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Pembuatan Rencana Strategis. Pengimplementasian E-Government Sektor Layanan Publik. Berbasis Enterprise Architecture Planning

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Informasi (Sistem Informasi) pada Perguruan Tinggi dengan Framework Zachman.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

Nelly Khairani Daulay

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM DATABASE YANG TERINTEGRASI DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERANCANGAN DAN ANALISIS ENTERPRISE ARCHITECTURE PT. XYZ PADA DOMAIN ARSITEKTUR BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF ADM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) TAHUN 2014 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

: Dr. Ing. Adang Suhendra, Ssi, Skom., Msc

BAB III LANDASAN TEORI. mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perencanaan Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berbasis Enterprise Architecture Menggunakan The Open Group Architecture Framework

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan Framework Enterprise Architecture pada perguruan tinggi.

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk akademisi dan praktisi (Clara L. Wilkin, 2012). Perencanaan Strategis

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diyakini oleh banyak pihak sebagai salah satu hasil karya cipta teknologi penting yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hingga saat ini, sudah banyak upaya pemanfaatan TIK yang dilakukan oleh perseorangan, instansi pemerintah/swasta, yaitu dengan mengembangkan sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information Systems/CBIS), baik pada ukuran sistem yang kecil dan terbatas pada sebuah instansi, lingkup nasional, lingkup regional, bahkan internasional/global [1]. Sistem informasi telah menjadi bagian pendukung operasional enterprise yang sangat penting. Enterprise tidak segan melakukan investasi dalam jumlah besar pada sistem informasi untuk meningkatkan kinerja organisasinya. Untuk memastikan bahwa sistem informasi yang diimplementasikan akan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya, enterprise harus melakukan perencanaan sistem informasi berupa pendefinisian aristektur-arsitektur (blueprint atau model) untuk penggunaan informasi yang mendukung bisnis dan juga mencakup rencana untuk implementasinya [2]. Kendala di dalam pemanfaatan dukungan teknologi informasi (TI) adalah investasi untuk TI dan sistem informasi (SI) seringkali salah arah dan penurunan strategi di bidang TI dan SI seringkali tidak sesuai dengan strategi bisnis perusahaan. Ini terjadi karena pembangunan sistem informasi dilakukan tanpa membangun cetak biru enterprise terlebih dahulu sebagai landasan bagi pengembangan sistem informasi. Sistem informasi diharapkan dapat dengan cepat mengikuti perubahan kondisi bisnis, dan dapat melakukan sharing data antar departemen [3]. Pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung tercapainya tujuan bisnis organisasi diwujudkan melalui implemementasi aplikasi sistem informasi 1

pada berbagai fungsi organisasi. Akan tetapi, upaya pengembangan aplikasi sistem informasi sering dikembangkan hanya berdasarkan pada bagian-bagian organisasi berdasarkan tugas pokok dan fungsinya secara per bagian sehingga pada implementasinya sering menimbulkan pulau-pulau informasi dan tidak terjadi tukar menukar informasi antar bagian dalam suatu organisasi melalui sistem informasi. Keterpisahan ini memberikan dampak yaitu rendahnya tingkat ketersediaan, konsistensi dan efektivitas penyediaan data [4]. Kondisi tersebut membuat sistem informasi tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan misinya yaitu menyediakan dan mengolah informasi secara efektif bagi unit organisasi yang membutuhkannya [5]. Untuk menyelaraskan tujuan organisasi saat ini dan dimasa yang akan datang, termasuk kendala-kendala yang akan dihadapi, diperlukan suatu strategi perencanaan sistem informasi [6]. Tujuan utama perencanaan strategis sistem informasi adalah mempersiapkan rencana bagi pengelolaan analisis, perancangan dan pengembangan sistem berbasis komputer [7]. Pemerintah Indonesia sendiri berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-GOVERNMENT. Dengan terbitnya Inpres tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta telah menindaklanjutinya dengan menerbitkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 tahun 2007 tentang e- Government. Walaupun Peraturan Walikota tersebut baru disahkan pada tahun 2007, namun sesungguhnya Pemerintah Kota Yogyakarta telah berupaya mengimplementasikan e-government sejak tahun 1998 dengan dibentuknya Kantor Pengolahan Data Elektronik melalui Peraturan Daerah Kotamadya Tingkat II Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta. Penggunaan sistem informasi dalam pelaksanaan pelayanan publik menjadi hal yang tidak bisa terhindarkan, paradigma perubahan kultur birokrasi dan tuntutan masyarakat akan informasi pelayanan publik menjadikan pemerintah 2

daerah berusaha untuk mengimpelementasikan teknologi infomasi secara optimal agar masyarakat dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi terkait pelayanan publik yang diinginkan. Menindaklanjuti hal tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta mengesahkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dimana didalamnya mengatur tentang hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan publik, termasuk didalamnya menekankan perlunya sistem informasi pelayanan publik terpadu. Selain itu beberapa Undang-undang juga mengamanatkan penggunaan sistem informasi, diantaranya adalah Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dimana pelayanan kependudukan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), selain itu adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana terkait dengan penyerahan kewenangan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) setiap Pemerintah Daerah diberikan aplikasi dan database Sistem Manajemen dan Informasi Obyek Pajak (SISMIOP) untuk membantu menjalankan fungsi pelayanan PBB-P2. Seiring dengan berjalannya waktu saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta telah memiliki infrastruktur teknologi informasi yang sangat baik, hal ini terlihat dengan telah berkembangnya penggunaan jaringan internet maupun intranet, telah terbangunnya aplikasi sistem informasi baik untuk internal instansi maupun untuk mendukung pelayanan terhadap masyarakat, infrastruktur pusat pengelolaan data serta perkembangan sumber daya manusia yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta. Beberapa layanan publik di Pemerintah Kota Yogyakarta telah menggunakan sistem informasi, aplikasi sistem informasi yang digunakan untuk pelayanan publik diantaranya: Sistem Informasi Kependudukan dan Catatan Sipil, Sistem Informasi Perizinan untuk pelayanan perizinan yang digunakan oleh Dinas Perizinan, Sistem Perlayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan oleh Dinas Pajak dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Manual Pendapatan Daerah yang digunakan oleh Dinas Pajak dan Pengelolaan Keuangan Daerah, 3

Sistem Pengelolaan Pasar (SIM Pasar) yang digunakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar serta Sistem Informasi Retribusi Sampah yang digunakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Dari beberapa aplikasi yang digunakan untuk pelayanan publik memiliki spesifikasi dan platform yang berbeda-beda, hal ini juga tidak lepas dari sejarah keberadaan sistem itu sendiri. Ada yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota sendiri baik secara swakelola maupun bekerjasama dengan pihak ketiga, dan ada beberapa sistem yang diperoleh dari Departemen Dalam Negeri dan Depeartemen Keuangan. Namun demikian dalam perkembangannya permasalahan yang sekarang muncul adalah tidak terintegrasi/tersinkronisasinya data antar sistem informasi pelayanan publik yang ada termasuk di dalamnya sistem informasi pelayanan publik yang digunakan untuk pelayanan publik yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga terjadi perulangan proses dan terbentuk pulau-pulau informasi serta redundancy data pada beberapa sistem informasi. Dengan kondisi yang demikian kemungkinan dapat menimbulkan beberapa dampak, diantaranya: 1. Tidak adanya konsistensi data dalam lingkup Pemerintah Kota Yogyakarta, hal ini bisa saja berdampak terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta 2. Turunnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan Pemerintah Kota Yogyakarta 3. Hilangnya kesempatan penerimaan retribusi atau pajak daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah Terdapat berbagai Pelayanan publik yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta, penelitian ini akan dibatasi terhadap empat pelayanan publik saja, yaitu: 1. Pelayanan Kependudukan yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), dimana sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bahwa setiap penduduk berhak untuk memperoleh dokumen 4

kependudukan, dan setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan kepada instansi pelaksana dalam hal ini Pemerintah Daerah. Dasar pertimbangan pemilihan pelayanan kependudukan dikarenakan pada setiap pelayanan publik salah satu persyaratannya adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan atau Kartu Keluarga (KK). 2. Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilaksanakan oleh Dinas Perizinan (Dinzin), dimana pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung bahwa setiap gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis. Pertimbangan pemilihan pelayanan perizinan IMB adalah dalam hal persyaratan administratif setiap bangunan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan dan retribusi IMB merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). 3. Pelayanan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) yang dilaksanakan oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK), dimana mengacu pada pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dan perubahannya pada pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, bahwa setiap terjadinya peristiwa atau perbuatan yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan pajak daerah. Pertimbangan pemilihan pelayanan BPHTB dikarenakan pajak ini baru diserahkan ke daerah kabupaten/kota semenjak disahkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan merupakan salah satu sumber PAD. 4. Sistem Informasi Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang digunakan oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK), dimana mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2011 tenatang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan bahwa setiap pemilik atau yang menguasai bumi 5

dan/atau bangunan akan terkena PBB-P2 sebagai pajak daerah. Pertimbangan pemilihan pelayanan BPHTB dikarenakan pajak ini baru diserahkan ke daerah kabupaten/kota semenjak disahkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan merupakan salah satu sumber PAD. Dengan melihat kondisi yang ada, maka penelitian yang dilakukan akan membuat arsitektur enterprise sistem informasi pelayanan publik sebagai rencana strategis pengembangan sistem informasi yang meliputi arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Arsitektur enterprise adalah kumpulan prinsip, metode, dan model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendesain dan merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi dan infrastrukturnya. Arsitektur enterprise mempunyai arti penting bagi organisasi sebab salah satu hasilnya adalah terwujudnya keselarasan antara teknologi informasi dan kebutuhan bisnis. Arsitektur enterprise yang bersifat adaptif dapat mendukung organisasi/perusahaan dalam penyampaian informasi dan memberikan pelayanan yang efektif serta tepat waktu, juga akan mendukung peningkatan fungsi dan bisnis organisasi [2]. Saat ini dikenal adanya beberapa framework yang dapat digunakan untuk membuat arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, The Open Group Architecture Framework (TOGAF), the Department of Defense architecture framework (DoDAF), the Federal Enterprise Architecture (FEA), dan the CIM OpenSystem Architecture (CIMOSA). Dari sekian framework EA diatas, memiliki perbedaan pada konten dan target audience. TOGAF lebih menekankan pada detail proses pembuatan EA, tetapi kurang detail pada model aktualnya. DoDAF menekankan pada model dan metamodel, sehingga tidak ada konsensus mengenai ketepatan konten dari masing-masing frameworks EA, sehingga perlu dilakukan proses klasifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan pada lingkungan pengguna yang berbeda [8]. Zachman lebih menekankan pada klasifikasi deliveriables dari EA dan merupakan tool untuk perencanaan. Dan menurut penelitian dari Institute For Enterprise Architecture Development (IFEAD) pada 6

tahun 2005 Zachman framework merupakan framework yang paling banyak digunakan [9]. Zachman framework adalah pendekatan klasifikasi artifak arsitektur enterprise yang diterima secara de-facto. Walaupun kerangka kerja ini banyak digunakan secara de-facto namun harus disadari bahwa kerangka kerja ini tidak mengandung metodologi dan tidak ada cara standar untuk mengimplementasikannya [2]. Untuk itu dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan Enterprise Architecture Planning (EAP) yang diciptakan oleh Spewak pada tahun 1992. Keuntungan dari zachman framework adalah mudah dipahami dan menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk arsitektur enterprise [10]. Perencanaan Arsitektur Enterprise (Enterprise Architecture Planning [EAP]) merupakan proses mendefinisikan arsitektur-arsitektur untuk penggunaan informasi yang mendukung bisnis dan juga mencakup rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut. Perencanaan Arsitektur Enterprise merupakan kegiatan merencanakan, sehingga aktivitas yang dicakupnya yang terkait Zachman Framework adalah mendefinisikan data, aplikasi dan teknologi dari dua perspektif yaitu perspektif perencana dan perspektif pemilik [2]. EAP sebagai salah satu metoda atau kerangka acuan untuk membangun sebuah arsitektur informasi. EAP merupakan suatu metode perencanaan arsitektur yang berorientasi pada kebutuhan bisnis yang terdiri dari arsitektur data, aplikasi dan teknologi serta rencana implementasi dari arsitektur yang telah dibuat untuk mendukung aktivitas bisnis demi pencapaian misi organisasi [11]. EAP merupakan pendekatan yang modern untuk melakukan perencanaan terhadap kualitas data guna mencapai misi sistem informasi. Lebih lanjut Shaufiah (2012) menyampaikan bahwa EAP memiliki keterkaitan dengan bagaimana menyelaraskan strategi bisnis dengan strategi TI dimana dalam pengembangannya strategi bisnis organisasi akan menjadi pijakan awal untuk menentukan strategi TI selanjutnya. EAP akan menyediakan peta dari enterprise dan merupakan jalur perencanaan untuk perubahan bisnis dan teknologi [3]. 7

1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan permasalahan adalah: 1. Belum terdapat dokumentasi sistem informasi pelayanan publik di Pemerintah Kota Yogyakarta dengan menggunakan suatu metode kerekayasaan sistem informasi 2. Belum pernah dilakukan analisis terhadap sistem informasi pelayanan publik yang telah ada dengan menggunakan suatu metode kerekayasaan sistem informasi 3. Belum tersedianya sebuah cetak biru pengembangan sistem informasi pelayanan publik yang mencakup arsitektur data, aplikasi dan teknologi yang terintegrasi dan mampu menghindarkan dari terjadinya redundancy dan pulaupulau informasi 4. Perlunya dilakukan evaluasi terhadap sistem informasi pelayanan publik yang berjalan dibandingkan dengan cetak biru yang disusun dengan menggunakan suatu metode kerekayasaan sistem informasi. 1.3 Keaslian penelitian Dalam pengamatan penulis sampai saat ini sudah banyak dilakukan penelitian tentang integrasi, cetak biru menggunakan Zachman Framework. Namun sejauh pengamatan penulis belum pernah menjumpai dan ditemukan penelitian tentang Enterprise Architecture Planning Sistem Informasi Pelayanan Publik Menggunakan Zachman Framework. lain: Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini antara 1. Hastiany (2013) melakukan penelitian untuk mengusulkan sebuah perencanaan pembangunan sistem informasi terintegrasi sebagai strategi pengembangan sistem informasi bagi PP Muhammadiyah Yogyakarta agar sesuai dengan kebutuhan dan strategi bisnis. Untuk membuat perencanaan sistem 8

informasi terintegrasi tersebut digunakan metodologi Enterprise Architecture Planning (EAP) dengan kerangka kerja Zachman, dimana metodologi ini mengusulkan langkah-langkah sistematis dalam proses perencanaan sistem informasi dan menghasilkan sebuah arsitektur enterprise yang dapat dijadikan sebagai arah dan kontrol untuk pengembangan sistem informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke depan [10]. 2. Khairina (2012) melakukan penelitian dengan topik Enterprises Architecture Planning Untuk Pengembangan Sistem Informasi Perguruan Tinggi dengan tujuan membuat enterprise architecture planning sebagai cetak biru untuk data, aplikasi dan teknologi. Cetak biru tersebut dapat digunakan sebagai landasan bagi pengembangan sistem informasi yang lebih baik dalam mendukung business process perguruan tinggi [12]. 3. Cakrayana (2011) melakukan penelitian dengan judul Perancangan Enterprise Architecture Menggunakan TOGAF ADM Untuk Penerapan Standar Nasional Pendidikan Di Sekolah Menengan Atas (Studi Kasus: SMA PGRI Cibinong). Penelitian ini bertujuan untuk membuat blueprint Sistem Informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas di Sekolah Menengah Umum untuk penyajian informasi penerapan Standar Nasional Pendidikan dengan menggunakan metodologi TOGAF-ADM [13]. 4. Falahah (2010) melakukan penelitian pada SBU Aircraft Services PT. Dirgantara Indonesia untuk membuat usulan pengembangan arsitektur pengelolaan data agar dapat mengintegrasikan berbagai aplikasi dengan menggunakan framework Zachman. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa hasil pemodelan arsitektur data dengan menggunakan framework Zachman dapat memberikan masukan yang signifikan bagi para manajemen untuk penyiapan integrasi data di masa mendatang [14]. 5. Priantoto (2008) melakukan penelitian dengan judul Perencanaan Arsitektur Enterprise Untuk Pengembangan e-government Pada Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Studi Kasus Dinas Perizinan). Penelitian ini bertujuan untuk membuat cetak biru untuk pengembangan e-government di Kabupaten Barito Utara. Metodologi yang digunakan dalam pembuatan cetak biru untuk 9

pengembangan e-government ini adalah menggunakan pendekatan Perencanaan Arsitektur Enterprise yang menhasilkan cetak biru data, cetak biru aplikasi dan cetak biru teknologi yang berbasis pada kerangka kerja Zachman [15]. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasar latar belakang diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendokumentasikan sistem informasi publik yang sekarang ada dan berjalan di Pemerintah Kota Yogyakarta. 2. Melakukan analisis terhadap sistem informasi publik yang saat ini berjalan. 3. Menciptakan sebuah cetak biru pengembangan sistem informasi publik yang mencakup data, aplikasi dan teknologi menggunakan Zachman Framework dengan metode proses menggunakan Enterprise Architecture Planning. 4. Melakukan evaluasi terhadap sistem informasi yang berjalan dibandingkan dengan cetak biru yang disusun dengan menggunakan metode Enterprise Architecture Planning berbasis Zachman framework. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Daerah, dapat menjadi acuan, bahan evaluasi atau penyempurnaan kebijakan ataupun pengembangan sistem pelayanan publik yang telah ada. 2. Bagi Peneliti maupun pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan sistem, dapat menjadi bahan masukan terutama dalam perencanaan pengembangan sistem informasi. 10