I. PENDAHULUAN. akan selalu ada, seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang dan musim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum. dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 amandemen keempat.

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstats), bukan negara yang

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. yang bersangkutan telah dinyatakan lulus dan menyelesaikan semua persyaratan

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. pemikiran bahwa perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan swasta, baik yang berupa surat-surat, barang-barang

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

I. PENDAHULUAN. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. kondisi sosial budaya dan politik suatu negara berkembang untuk menuju sistem

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap golongan masyarakat, dalam arti bahwa tindak pidana akan selalu ada, seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang dan musim yang berganti-ganti dari tahun ke tahun. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana dan oleh karena itu memahami tindak pidana sangat penting. Untuk mengetahui hal ini, maka penulis akan mengemukakan pendapat beberapa sarjana mengenai tindak pidana maupun strafbaarfeit. Menurut J. Bauman, tindak pidana adalah perbuatan yang memenuhi rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan. Sedangkan menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana (Tongat, 2008 : 106). Menurut Simons, starfbaarfeit adalah kelakuan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab (Moeljatno, 2000 : 56).

2 Tindak pidana sebagai fenomena sosial yang terjadi di semua negara di dunia mungkin tidak akan pernah berakhir, dan selalu mengikuti perkembangan dan dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Tindak pidana selalu akan terus berkembang, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga setiap perkembangan tindak pidana dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan pemerintah. Alternatif penyelesaian terhadap masalah ini yang diharapkan mampu memberikan solusi tepat, yakni hukum pidana sebagai alat atau sarana bagi pelaku tindak pidana, disamping hukuman lain yang diterapkan oleh berbagai lembaga baik instansi pemerintah maupun swasta, serta hukuman tidak tertulis yang berasal dari masyarakat sekitar pelaku tindak pidana tersebut. Kejahatan pemalsuan merupakan salah satu tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat dengan berbagai macam bentuk dan perkembangannya. Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan yang mengandung sistem ketidakbenaran atau palsu, yang tampak dari luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan kondisi yang sebenarnya, antara lain sumpah palsu, pemalsuan uang, pemalsuan merek, materai, dan pemalsuan surat. Dari berbagai macam tindak pidana pemalsuan surat, salah satunya adalah tindak pidana pemalsuan ijazah. Dewasa ini terjadi peningkatan tindak pidana pemalsuan ijazah atau gelar kesarjanaan. Ijazah yang seharusnya diberikan kepada peserta didik yang telah lulus ujian sebagai bentuk pengakuan prestasi belajar atau jenjang pendidikan tertentu, bisa didapatkan dengan mudah oleh orang lain yang digunakan untuk kepentingan tertentu. Salah satu contohnya adalah kasus tindak pidana

3 pemalsuan ijazah atau gelar kesarjanaan oleh salah satu Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNSD) tahun 2009 di salah satu Dinas pada salah satu Kabupaten di Propinsi Lampung yang cukup menyita perhatian masyarakat. Yang bersangkutan diterima dengan pangkat golongan III/a dengan disiplin Ilmu Teknik Budi Daya Tanaman yang disebut lulusan dari salah satu Universitas di Semarang, Jawa Tengah. Selain itu terdapat kasus lainnya yang menggunakan ijazah palsu untuk lolos seleksi CPNSD pada tahun 2009 di salah satu kota di Propinsi Lampung. Tersangka yang diduga menggunakan ijazah palsu tersebut masih berstatus sebagai mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi di Bandar Lampung dengan Nomor Pokok Mahasiswa (NPM) 031 XXXXXXX tamat pada 18 September 2008. Namun, ijazah yang dimilikinya yang bernomor 010000/38.5.S1/2008 tersebut ternyata milik mahasiswi lain di Fakultas Teknik Sipil yang telah diwisuda pada 19 Maret 2008 dengan Nomor Induk Mahasiswa 031XXXXXXXX. (TEMPO Interaktif, Rabu, 24 Maret 2010). Semenjak kasus ini muncul di media cetak, yang bersangkutan akhirnya mengundurkan diri sebagai PNS kota tersebut. Sementara itu Pemerintah Kabupaten pun memberhentikan pelaku pemalsuan ijazah tersebut dengan tidak hormat sebagai PNS. Kini keduanya tengah menunggu proses hukum untuk kasusnya tersebut. Peningkatan kejahatan ini tidak lepas dari faktor sosial budaya dalam masyarakat kita, yaitu adanya orientasi masyarakat yang lebih menghargai atau memandang seseorang dari sisi gelar yang disandangnya daripada kerjanya. Ijazah atau gelar

4 dianggap sebagai tiket untuk meningkatkan status sosial, jabatan dan lain-lain. Kondisi demikian ini yang turut menghidup-suburkan praktik jual beli ijazah atau gelar aspal (asli tapi palsu). Praktik pemalsuan ijazah merupakan suatu bentuk penyerangan terhadap suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu bentuk tindakan penyerangan martabat atau penghinaan terhadap dunia pendidikan. Dapat dibayangkan berapa kerugian, baik secra materiil maupun inmaterial. Karena untuk mencapainya harus menempuh jalan yang panjang melalui proses belajar mengajar atau jenjang pendidikan dan dibutuhkan pengorbanan yang cukup besar. Jika ini dibiarkan begitu saja, maka sudah pasti akan membawa akibat yang fatal, yaitu akan mempengaruhi dan merusak kualitas generasi penerus bangsa di masa mendatang dan pastinya kehormatan dunia pendidikan bangsa ini akan hancur. Hal ini tentu sangat ironis, dimana pemerintah sedang gencar-gencarnya berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, melalui program pembangunan, khususnya sektor pendidikan. Namun upaya tersebut terganjal akibat adanya pihak-pihak yang bersedia memudahkan bagi orang yang ingin mendapatkan ijazah tanpa perlu mengikuti jalur pendidikan. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka kelak jabatan-jabatan di pemerintahan maupun swasta diisi oleh orang-orang yang yang tidak berkompeten karena ijazahnya palsu. Demi mewujudkan ketertiban, keadilan dan kepastian hukum, maka pengaturan hukum pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan ijazah mutlak perlu diformulasikan dalam peraturan hukum pidana positif. Di Indonesia, hal ini telah diatur, baik di dalam KUHP maupun dalam undang-undang di luar KUHP.

5 Dalam KUHP tindak pidana ini digolongkan ke dalam Kejahatan Pemalsuan Surat (Buku II, Bab XII KUHP). Di luar KUHP, ketentuan mengenai tindak pidana ini diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Upaya penegakan hukum yang tegas tanpa memandang bulu dari para aparat penegak hukum sangat dibutuhkan, guna perlindungan hukum atau jaminan kepercayaan atas kebenaran sesuatu yang ditujukan bagi masyarakat dan negara. Didasarkan atas uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian untuk penyusunan skripsi yang diberi judul Analisis Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Fokus permasalahan dalam penulisan ini yang akan dibahas yakni: a. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemalsuan ijazah? b. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan ijazah? c. Apakah faktor faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan ijazah?

6 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup pembahasan skripsi ini, di lihat dari sisi materinya terbatas pada penegakan hukum terhadap para pelaku tindak pidana pemalsuan ijazah, yang ditinjau dari berbagai aspek. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemalsuan ijazah b. Untuk mengetahui bagaimanakah penegakan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan ijazah. c. Untuk mengetahui apakah faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan ijazah. 2. Kegunaan Penelitian a. Sumbangan pemikiran terhadap lembaga pendidikan tentang berbagai aspek hukum bilamana terjadi pemalsuan ijazah di lembaga tersebut. b. Sebagai bahan acuan bagi instansi lain yang terkait untuk pengambilan keputusan. c. Bahan referensi bagi penelitian sejenis.

7 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan (Abdul Kadir Muhammad (2004 : 73). Pengkajian masalah mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan ijazah dan pertanggungjawaban para pelaku pemalsuan ijazah tersebut, penulis mendasarkan pada teori hukum pidana serta pola perilaku sosial masyarakat. Penegakan hukum diartikan sebagai perhatian dan penggarapan, baik perbuatan-perbuatan melawan hukum yang sungguh-sungguh terjadi ( onrecht in actu) maupun perbuatan melawan hukum yang mungkin akan terjadi (onrecht in potentie). Dengan demikian penegakan hukum tidak hanya diartikan sebagai penerapan hukum positif tetapi juga penciptaan hukum positif (Nyoman Serikat Putra Jaya, 2008 : 52). Pola perilaku masyarakat yang cenderung menginginkan segala sesuatunya lebih mudah, cepat dan praktis ( instant), memungkinkan seseorang melakukan penyimpangan yang mengarah kepada tindak pidana. Pemalsuan ijazah termasuk dalam kategori tindak pidana, baik pelanggaran maupun kejahatan yang kerap kali lepas daripada proses penegakan hukum.

8 Penegakan hukum dalam suatu masyarakat mempunyai kecenderungankecenderungan sendiri, yang disebabkan oleh struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat tersebut merupakan kendala, baik berupa penyediaan sarana sosial yang memungkinkan penegakan hukum dijalankan, maupun memberikan hambatan-hambatan yang menyebabkan hukum tidak dapat dijalankan atau kurang dapat dijalankan dengan saksama (Satjipto Rahardjo, 2009 : 31). 2. Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 1986: 132). Pada penelitian ini akan dijelaskan pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian, sehingga mempunyai batasan tepat dalam penafsiran beberapa istilah, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian. Adapun istilah- istilah yang digunakan dalam skripsi ini adalah : 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa. (Karangan, perubahan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab duduk perkara dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 2. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut (Moeljatno, 2000 : 54).

9 3. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana (Tongat, 2008 : 113) 4. Penegakan hukum adalah rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum. Tujuan hukum atau cita hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai tersebut harus mampu diwujudkan dalam realitas nyata (Ufran dalam Satjipto Rahardjo, 2009 : vii). 5. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. (So erjono Soekanto, 2006: 228). 6. Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat (Soerjono Soekanto, 2006 : 228). 7. Pemalsuan surat (valschheid in geschrift) dalam Pasal 263 ayat (1) dirumuskan sebagai membuat surat palsu, atau memalsukan surat yang dapat menerbitkan suatu hak atau suatu perikatan atau suatu pembebasan dari hutang atau surat-surat yang ditujukan untuk membuktikan suatu kejadian dengan tujuan dan maksud untuk memakai surat itu atau menyuruh orang lain memakainya seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsu dan pemakaian itu dapat mengakibatkan suatu kerugian ( Wirjono Prodjodikoro, 2008 : 187).

10 8. Kejahatan (rechtdelicht) adalah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu undang-undang atau tidak, perbuatan ini dirasakan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan (Tongat, 2008 : 117). E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca memahami tulisan ini, maka sistimatika penulisan dalam penyusunan skripsi ini memuat uraian sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Pada bagian ini penyusun menguraikan tentang Latar belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teoritis dan Konseptual, dan Sistematika Penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penyusun mencoba menelusuri berbagai acuan yang berkaitan dengan materi pokok skripsi ini, berupa; definisi, ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta pendapat hukum dari berbagai ahli. III. METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan langkah langkah pendekatan masalah yang akan dilakukan dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini, dengan mempergunakan metode normatif-empiris. Dalam bab ini diuraikan tentang Sumber dan jenis data, Metode Pengumpulan Data, baik sekunder maupun primer, Pengolahan dan Analisis Data yang disesuaikan dengan pokok bahasan.

11 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Beberapa data hasil penelitian yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder, selanjutnya dianalisis dan dikaji lebih mendalam dan terperinci sesuai dengan pokok bahasan, V. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu, maka pada bagian ini penyusun mencoba menarik berbagai kesimpulan, serta memberikan beberapa saran untuk penyempurnaan penyusunan sejenis.