ANALYSIS OF BIOMASS AND CARBON STOCK ON MANGROVE FOREST ECOSYTEM IN NORTH COASTAL AREA OF RUPAT ISLAND RIAU PROVINCE

dokumen-dokumen yang mirip
Massugito 1 Syahril Nedi 2 Bintal Amin 2

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

ESTIMASI STOK KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI JORONG UJUANG LABUANG KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

ANALISIS BIOMASSA DAN CADANGAN KARBON PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN SELATAN PULAU RUPAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

LEMBAR PERSETUJUAN. Jurnal yang berjudul:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

III. METODE PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN. Jurnal yang berjudul:

POTENSI KARBON PADA TEGAKAN HUTAN MANGROVE DI DESA SEBATUAN KABUPATEN SAMBAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Penaksiran Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Bandar Bakau Dumai

III. METODE PENELITIAN

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

AKUMULASI BIOMASSA DAN KARBON TERSIMPAN PADA EKOSISTEM MANGROVE YANG TERDEGRADASI DI DESA TANJUNG LEBAN, BENGKALIS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Izhar Bazlin Al Hazmi, Mulyanto dan Diana Arfiati

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

Kata Kunci: Mangrove 1, Biommassa 2, Karbon 3, Alos_Avnir_2. 1. Pendahuluan

Diagram pie perbandingan zona pasang tertinggi dan terendah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

ANALISIS BIOMASSA DAN CADANGAN KARBON PADA EKOSISTEM MANGROVE DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Putra 1), Irvina Nurrachmi 2), Joko Samiaji )

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

ABDUR RAHMAN. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

ANALYSIS OF MANGROVE BIOMASS IN THE ECO TOURISM AREA OF MANGROVE ECOSYSTEM IN SUNGAITOHOR VILLAGE OF RIAU PROVINCE

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Google Map, 2014)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

Kampus USU Medan 20155

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

III. METODE PENELITIAN

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

THE COMMUNITY STRUCTURE OF MANGROVE VEGETATION IN RINDU LAUT OF PURNAMA VILLAGE OF DUMAI CITY

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

Transkripsi:

ANALYSIS OF BIOMASS AND CARBON STOCK ON MANGROVE FOREST ECOSYTEM IN NORTH COASTAL AREA OF RUPAT ISLAND RIAU PROVINCE Muhammad Sofyan 1 Aras Mulyadi 2 Elizal 3 Department of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau Pekanbaru Riau Province muhammadsofyan.ik.ur@gmail.com ABSTRACT Analysis of biomass and carbon stock on mangrove forest ecosytem in coastal area of North Rupat Riau Province has been conducted in January 216. The method used in this study is a survey method with purposive sampling technique. The study showed that the potential mangrove biomass was directly proportional to mangrove carbon stocks. The average yield of biomass, carbon stocks of soil organic carbon and CO 2 sequestration on mangrove forest was reserves amounted to 68,64 tons/ha, 94,75 tons/ha and 251,39 tons/ha, while the average yield of total carbon stocks was 973,31 tons/ha. Keyword: Rupat, Mangrove, Biomass, Carbon, 1 Student of Fisheries and Marine Science Faculty University of Riau, Pekanbaru. 2 Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty University of Riau, Pekanbaru. PENDAHULUAN Ekosistem mangrove sebagaimana ekosistem hutan lainnya memiliki peran sebagai penyerap dan penyimpan karbon guna pengurangan kadar karbon dioksida (CO 2 ) di udara. Hutan mangrove menyimpan lebih banyak karbon dibanding kebanyakan hutan hujan tropis. Menurut Hairiah dan Rahayu (27) pelestarian hutan mangrove sangat penting dilakukan dalam mitigasi perubahan iklim global karena tumbuhan mangrove menyerap CO 2 dari atmosfer sebagai bahan fotosintesis dan mengubahnya menjadi karbon organik yang disimpan sebagai biomassa pada akar, batang, daun, dan bagian lainnya. Saat ini perdagangan karbon menjadi isu yang strategis bagi negara-negara berkembang dalam penanganan perubahan iklim global di mana merupakan suatu kegiatan menjual kemampuan pohon untuk menyerap sejumlah karbon yang terkandung di atmosfer. Pengelola hutan bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan yang terdapat di wilayahnya. Desa Tanjung Medang, Tanjung Punak, Teluk Rhu dan Kadur merupakan beberapa desa yang terdapat di Pesisir Utara Pulau Rupat yang memiliki potensi hutan mangrove. Hutan mangrove di desa tersebut akan berpotensi mengalami kerusakan. Hal ini dipengaruhi oleh semangkin tingginya aktivitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung yang berpengaruh terhadap ekosistem mangrove. Salah satunya adalah eksploitasi hutan mangrove secara 1

berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan kawasan pesisir. Apabila ekosistem hutan mangrove ini mengalami degradasi maka akan mempengaruhi salah satu fungsinya sebagai penjaga kesetimbangan karbon di atmosfer. Hal ini disebabkan karbon yang sebelumnya tersimpan di hutan mangrove akan terlepas ke atmosfer sehingga terjadi peningkatan jumlah karbon di atmosfer. Berdasarkan kondisi tersebut ditambah dengan isu pemanasan global yang terjadi saat ini serta masih tidak adanya informasi mengenai cadangan karbon yang terdapat dalam ekosistem hutan mangrove di Pesisir Utara Pulau Rupat sehingga peneliti ingin mengetahui seberapa besar potensi dari biomassa mangrove, cadangan karbon yang terdapat pada biomassa dan tanah, serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) serta kerapatan pada ekosistem hutan mangrove yang ada di kawasan Pesisir Utara Pulau Rupat. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya mangrove sebagai penyerap karbon sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan tindakan konservasi agar kerusakan dan penurunan vegetasi tegakan mangrove dapat dicegah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 216. Pengambilan sampel dilakukan pada ekosistem hutan mangrove di Kawasan Pesisir Utara Pulau Rupat, Provinsi Riau (Gambar 1). Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 bagian yaitu alat yang digunakan untuk pengambilan data dan sampel di lapangan adalah GPS untuk menentukan posisi koordinat stasiun, meteran untuk mengukur Diameter 2

Breast Height (DBH) dan keliling pohon setinggi dada (CBH) batang pohon, pipa paralon untuk mengambil sampel tanah, parang dan gunting tanaman untuk memotong ranting dari salah satu cabang pohon serta kamera untuk dokumentasi kegiatan. Alat yang digunakan untuk mengukur parameter lingkungan adalah thermometer untuk mengukur suhu air, dan ph meter untuk mengukur derajat keasaman (ph) pada tanah dan air serta hand refractometer untuk mengukur tingkat salinitas. Alat yang digunakan untuk menganalisis sampel di laboratorium adalah oven untuk mengeringkan sampel, timbangan analitik untuk menghitung berat kering sampel, aluminium foil sebagai wadah sampel ketika dipanaskan dalam oven. Penentuan stasiun dilakukan dengan metode purposive, yaitu menentukan lokasi penelitian secara sengaja dengan mempertimbangkan serta memperhatikan kondisi daerah penelitian disekitarnya. Lokasi penelitian terbagi atas 4 stasiun yaitu I Desa Tanjung Medang, II Desa Tanjung Punak, III Desa Teluk Rhu dan IV Desa Kadur. Desa tersebut dianggap dapat mewakili kawasan ekosistem mangrove di wilayah Pesisir Utara Pulau Rupat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode transek petakan kuadran atau petakan contoh (transect plot). Setiap stasiun penelitian terdiri dari tiga garis transek yang tegak lurus terhadap daratan dan garis transek tersebut ditarik lurus kearah laut dengan panjang 1 meter, masing-masing petakan plot terdiri dari 9 buah petakan sub plot dengan ukuran 3 x 3 m 2. Data diambil dari 3 sub plot yang ditentukan secara acak dengan sistem lotre, sehingga masingmasing sub plot memiliki peluang yang sama. Spesies mangrove yang terdapat pada sub plot tersebut diidentifikasi jenis dan dihitung keragaman total dan jenisnya. Selain itu, sampel biomassa pohon dan tanah diambil kemudian disimpan pada wadah yang telah disiapkan. Pengukuran Biomassa Mangrove, Kandungan Karbon Organik Tanah, Kandungan Karbon Biomassa, Kandungan Karbon Organik Tanah, Cadangan Karbon Biomassa per Hektar, Cadangan Karbon Organik Tanah per Hektar dan Cadangan Karbon Total dapat dilakukan dengan mengacu pada Lugina et al. (211). Sedangkan Pengukuran Serapan Gas Karbon Dioksida (CO 2 ), Pengukuran Serapan Gas Karbon Dioksida (CO 2 ) per Hektar mengacu pada Bismark et al. (28). Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan analisis di laboratorium kemudian diuji ANOVA untuk membandingkan biomassa, karbon mangrove dan tanah, serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) serta karbon total antar stasiun. Apabila terdapat perbedaan antar stasiun, maka selanjutnya dilakukan uji LSD (Least Significance Differentt). Uji regresi linier untuk melihat hubungan kerapatan terhadap biomassa, karbon mangrove, dan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Kualitas Lingkungan Parameter lingkungan merupakan salah satu faktor penting bagi setiap organisme, termasuk dalam hal ini kawasan hutan mangrove yang berada pada 3

area yang mendapatkan pengaruh dari darat dan laut. Faktor-faktor lingkungan yang diukur meliputi: Suhu, ph, dan Salinitas (Tabel 1). Tabel 1. Parameter Kualitas Lingkungan yang Diukur pada Setiap Suhu ( O C) Salinitas ( / ) ph Air Air Air Tanah I 27-29 24-26 7,2-7,4 6,2-6,5 II 29-3 25-27 7,2-7,3 6,2-6,6 III 29-31 27-28 7,6-8,3 6,4-6,6 IV 28-3 26-28 7,2-7,8 6,3-6,5 Suhu perairan di kawasan Pesisir Utara Pulau Rupat ini berkisar 27-31 o C dimana pada I merupakan dengan suhu terendah. Hal ini diakibatkan karena kondisi cuaca yang mendung dan turunnya hujan sehingga menurunnya suhu perairan. Dengan adanya asupan air tawar dari turunnya hujan maka secara langsung akan mempengaruhi salinitas pada I yang berkisar 24-26 dan merupakan salinitas terendah. Nilai ph mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa yang akan mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Nilai ph tanah pada lokasi ini berkisar 6,2-6,6 dan dapat dijelaskan bahwa nilai ph masih sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Hal ini sesuai dengan Onrizal dan Kusmana (28) dalam Fajar (213) yang menyatakan bahwa ph tanah dengan kisaran nilai antara 6-7 merupakan ph yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Kemudian didukung dengan Setiawan (213) yang menyatakan, tingkat ph yang paling optimal adalah netral dengan nilai 6.6 sampai 7,5. Pada kondisi ph netral mudah bagi tanaman untuk menyerap unsur hara. Sedangkan kandungan ph tanah yang agak masam dikarenakan adanya perombakan serasa vegetasi mangrove oleh mikroorganisme tanah yang menghasilkan asam-asam organik sehingga menurunkan ph tanah. Jenis dan Biomassa Mangrove Vegetasi mangrove yang ditemukan di stasiun penelitian terdiri dari 1 spesies, yang meliputi: dua spesies dari genus Avicennia (Avicennia marina dan Avicennia lanata), dua spesies dari genus Bruguiera (Bruguiera gymnorrhiza dan Bruguiera parviflora), Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, Scyphiphora hydrophyllaceae, Lumnitzera racemosa, Ceriops tagal, Soneratia alba. Total biomassa mangrove di kawasan Pesisir Utara Pulau Rupat pada I lebih besar daripada stasiun yang lainnya dengan total biomassa mangrove sebanyak 64,81 kg, sedangkan yang memiliki total biomassa mangrove terendah terdapat pada III dengan total biomassa mangrove sebanyak 231,78 kg. Potensi biomassa yang terdapat pada I mampu menghasilkan 224 ton/ha biomassa mangrove dan menjadikan I sebagai penghasil biomassa terbesar, sedangkan untuk potensi biomassa mangrove terendah terdapat pada III sebesar 85,85 ton/ha (Gambar 2). 4

Karbon Biomassa Mangrove (kg) Biomassa Mangrove (Kg) 8 6 4 2 I II III IV Gambar 2. Perbandingan Biomassa Mangrove pada Setiap Besarnya nilai biomassa mangrove tersebut diperoleh dari jumlah kerapatan suatu jenis dan besarnya lingkar batang pohon serta jumlah vegetasi yang terdapat di tiap stasiun. Menurut Fajri dan Dewi (21) bahwa biomassa tanaman adalah adalah hasil dari proses pertumbuhan tanaman selama periode tertentu dan pada satuan luas tertentu, jadi biomassa suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan jenis tanaman tersebut. Kandungan biomassa hutan sangat tergantung pada hasil yang diperoleh selama proses fotosintesis, selain itu juga dipengaruhi oleh umur tegakan dan sejarah tegakan. Sama halnya yang dinyatakan oleh Suwardi et al. (213) bahwa setiap spesies memiliki kontribusi berbeda terhadap biomassa dan cadangan karbon total di setiap lokasi. Nilai biomasa dapat dihitung dengan melibatkan dua parameter yaitu berat jenis dan diameter batang. Diameter batang dapat mempengaruhi besarnya biomassa pohon dan dapat digambarkan bahwa semakin besar ukuran diameter batang suatu tumbuhan, maka semakin tinggi pula nilai biomasa tumbuhan tersebut. Dengan demikian hubungan peningkatan diameter pohon berkolerasi positif dengan peningkatan biomassa pohon tersebut. Berdasarkan hasil uji Anova yang didapat disimpulkan bahwa perbedaan biomassa mangrove antar stasiun menunjukkan nilai p >,5 yaitu sebesar,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan karbon biomassa mangrove antar stasiun tidak berbeda nyata. Kandungan Karbon Biomassa Mangrove Kandungan karbon biomassa mangrove pada I dan II lebih besar dari stasiun lainnya, dengan masing-masing nilai yaitu 284,26 kg dan 213,29 kg (Gambar 3). 35 3 25 2 15 1 5 I II III IV Gambar 3. Perbandingan Kandungan Karbon Biomassa Mangrove pada Setiap 5

Karbon Organik Tanah (g/cm 2 ) Tingginya kandungan karbon pada I dan II diduga karena pada lokasi ini kawasannya masih relatif terjaga dengan baik dan jumlah vegetasi yang lebih banyak sehingga produksi biomassanya juga banyak, meskipun dibeberapa titik sudah mulai ada gangguan oleh masyarakat melalui aktifitas penebangan namun tidak separah pada III yang sudah rusak berat akibat penebangan besar-besaran sehingga vegetasi pada lokasi ini sedikit sekali begitu juga dengan produksi biomassanya. Jumlah biomassa yang tinggi pada I dan II akan diikuti dengan kandungan karbon biomassa mangrove yang tinggi pada stasiun tersebut, begitu pun sebaliknya jumlah biomassa yang rendah pada IV dan III akan diikuti dengan rendahnya kandungan karbon biomassa mangrove pada stasiun tersebut. Dengan demikian hubungan jumlah biomassa berbanding lurus (berkolerasi positif) terhadap kandungan karbon biomassa mangrove dimana semakin besar biomassa maka akan besar pula cadangan karbon biomassa mangrovenya. Sejalan dengan Imiliyana et al. (212) yang menyatakan bahwa Prosentase stok karbon meningkat sejalan dengan peningkatan biomassa. Stok karbon berbanding lurus dengan kandungan biomassanya. Semankin besar kandungan biomassa, maka stok karbon juga akan semakin besar. Berdasarkan hasil uji Anova yang didapat disimpulkan bahwa perbedaan kandungan karbon biomassa mangrove antar stasiun menunjukkan nilai p >,5 yaitu sebesar,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan karbon biomassa mangrove antar stasiun tidak berbeda nyata Kandungan Karbon Organik Tanah Total kandungan karbon organik tanah pada I dan III lebih besar daripada total kandungan karbon organik tanah pada stasiun lainnya, dengan nilai 1,4 gr/cm² dan 9,41 gr/cm 2 (Gambar 4). 12 1 8 6 4 2 I II III IV Gambar 4. Perbandingan Kandungan Karbon Organik Tanah pada Setiap Tingginya total cadangan karbon organik tanah pada I diduga karena banyak ditemukannya vegetasi mangrove yang akan selalu menyuplai produksi serasah pada kawasan tersebut. Namun tidak halnya pada III yang produksi biomassa paling kecil tetapi cadangan karbon organik tanahnya tinggi. Hal ini diduga karena melimpahnya sisa-sisa serasah dari perambahan kawasan tersebut yang didukung dengan tidak ada asupan air laut yang membasahi wilayah tersebut sehingga menyebabkan sisa-sisa serasah tersebut tertahan serta ditambah lagi komposisi tanah yang didominasi oleh akar-akar halus dari ekosistem mangrove yang telah di tebang. Hairiah dan Rahayu (27) menyatakan bahwa sisa tanaman, hewan dan juga manusia yang ada di permukaan 6

Serapan CO 2 (kg) dan di dalam tanah, sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisme tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah. Tingginya cadangan karbon organik pada III ini tentunya akan bersifat sementara seiring dengan terdekomposisinya serasah yang berdampak pada hilangnya cadangan karbon organik tanah yang besar ini serta ditambah dengan tidak adanya lagi hutan mangrove yang dapat menyerap dan menyimpan karbon. Sejalan dengan Supriadi (28) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah akan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah sehingga mengarah pada degradasi struktur. Dekomposisi bahan organik adalah proses aerob, oksigen akan mempercepat proses tersebut. Dengan pengolahan tanah sisa tanaman dibenamkan bersama udara dan membuat kontak dengan organisme tanah sehingga mempercepat dekomposisi dan akan menghasilkan CO 2 yang dilepaskan ke udara. Serapan Gas Karbon dioksida (CO 2 ) Serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) pada I dan II lebih besar dari stasiun lainnya dengan total serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) sebanyak 142,28 kg dan 782,7 kg (Gambar 5). 14 12 1 8 6 4 2 I II III IV Gambar 5. Perbandingan Serapan Gas CO 2 pada Setiap Hal ini terjadi karena serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) memiliki hubungan yang positif antara jumlah total biomassa dengan kandungan karbon biomassa. Dengan demikian dapat diartikan bahwa serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) akan besar apabila total biomassa yang ada besar sehingga kandungan karbon yang dimiliki juga ikut besar dan begitu pula sebaliknya serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) akan kecil apabila total biomassa yang ada kecil sehingga kandungan karbon yang dimiliki juga kecil. Kemudian didukung menurut Heriyanto dan Subiandono (212) yang menyatakan, pertumbuhan pohon melalui hasil fotosintesis digunakan oleh tumbuhan tersebut untuk melakukan pertumbuhan ke arah horizontal dan vertikal. Oleh karena itu, semakin besarnya diameter disebabkan oleh penyimpanan biomassa hasil konversi CO 2 yang semakin bertambah besar dengan semakin banyaknya CO 2 yang diserap pohon tersebut. Berdasarkan hasil uji Anova dapat disimpulkan bahwa perbedaan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) antar stasiun menunjukkan nilai p >,5 yaitu sebesar,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) antar stasiun tidak berbeda nyata. Hasil uji Anova terhadap ketiga variabel yaitu biomassa mangrove, karbon biomassa dan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) menunjukkan nilai p >,5 yaitu sebesar,57 sehingga dapat dikatakan bahwa antar ketiga variabel tersebut saling berhubungan. 7

Serapan CO 2 (ton/ha) Karbon Biomassa Mangrove (ton/ha) Biomassa Mangrove (ton/ha) Hubungan antara Kerapatan dengan Biomassa, Kandungan Karbon Mangrove, dan Serapan CO 2 Pola hubungan antara kerapatan dengan biomassa, kandungan karbon dan serapan CO 2 menunjukkan adanya tiga macam persamaan yang memiliki nilai korelasi (R) yang sama yaitu sebesar,88 (Gambar 6,7,8). 1 8 6 4 2 y = -3,958 +,41x R² =,7893 r =,88 5 1 15 2 25 Kerapatan (individu/ha) Gambar 6. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Biomassa 5 4 3 2 1 y = -1,8569 +,2x R² =,7893 r =,88 5 1 15 2 25 Kerapatan (individu/ha) Gambar 7. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Karbon Biomassa 2 15 1 5 y = - 6,886 +,72x R² =,7893 r =,88 5 1 15 2 25 Kerapatan (individu/ha) Gambar 8. Grafik Hubungan antara Kerapatan dengan Serapan CO 2 Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa kerapatan tegakan mangrove mempunya korelasi yang positif terhadap biomassa, kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2. Dengan kata lain semangkin tinggi nilai kerapatan maka akan 8

Karbon (ton/ha) semangkin besar pula biomassa dan secara otomatis akan diikuti pertambahan nilai kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2 nya. Begitu pula sebaliknya jika korelasi negatif semangkin kecil nilai kerapatan maka akan semangkin kecil pula biomassa dan secaraotomatis akan diikuti penurunan nilai kandungan karbon mangrove dan serapan CO 2 nya. Menurut Imiliyana et al. (212) yang menyatakan bahwa prosentase stok karbon meningkat sejalan dengan peningkatan biomassa. Stok karbon berbanding lurus dengan kandungan biomassanya. Semankin besar kandungan biomassa, maka stok karbon juga akan semakin besar. Begitu juga menurut Heriyanto (213) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai kerapatan maka akan semakin tinggi pula nilai biomassa. Dengan demikian maka secara otomatis nilai kerapatan mangrove tersebut juga akan mempengaruhi nilai kandungan karbon dan serapan CO 2. Cadangan Karbon Biomassa, Karbon Organik Tanah dan Cadangan Karbon Total per Hektar pada Setiap Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa cadangan karbon pada biomassa mangrove per hektar tertinggi terdapat pada I dengan nilai 15,28 ton/ha, sedangkan cadangan karbon pada biomassa mangrove per hektar terendah terdapat pada III dengan nilai 4,35 ton/ha. Potensi serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) terbesar juga ada di I dengan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) sebesar 386,3 ton/ha, sedangkan potensi serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) terendah ada di III dengan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) sebesar 147,94 ton/ha. Untuk cadangan karbon organik tanah per hektar tertinggi terdapat pada I dengan nilai 14 ton/ha, sedangkan cadangan karbon organik tanah per hektar terendah terdapat pada II dengan nilai 89 ton/ha. Cadangan karbon total tertinggi terdapat pada I dengan nilai 1145,69 ton/ha, sedangkan cadangan karbon total terendah terdapat pada IV dengan nilai 878,53 ton/ha (Gambar 9). 14 12 1 8 6 4 2 I II III IV Karbon Biomassa Serapan CO2 Karbon Tanah Karbon Total Gambar 9. Cadangan Karbon Biomassa, Serapan CO 2, Karbon Organik Tanah, dan Cadangan Karbon Total per Hektar pada Setiap Berdasarkan hasil uji Anova dapat disimpulkan bahwa perbedaan cadangan karbon total antar stasiun menunjukkan nilai p >,5 yaitu,51. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cadangan karbon total antar stasiun tidak berbeda nyata. 9

KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pendugaan potensi cadangan karbon biomassa dan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) dapat disimpulkan bahwa I (Desa Tanjung Medang) dan II (Desa Teluk Rhu) memiliki potensi cadangan karbon biomassa dan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) yang lebih besar jika dibandingkan dengan potensi cadangan karbon biomassa dan serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) pada IV (Desa Kadur) dan III (Desa Tanjung punak). Untuk karbon organik tanah I dan III mempunyai kandungan karbon organik tanah lebih besar daripada IV dan II. Hasil rata-rata cadangan karbon biomassa dan cadangan carbon organik tanah serta serapan gas karbon dioksida (CO 2 ) yaitu sebesar 68,64 ton/ha, 94,75 ton/ha dan 251,39 ton/ha, sedangkan untuk hasil rata-rata cadangan karbon total yaitu sebesar 973,31 ton/ha. Dari uji regresi linier sederhana menunjukkan bahwa kerapatan mempengaruhi biomassa, kandungan karbon biomassa dan serapan CO 2 dengan memiliki hubungan yang kuat. Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai potensi karbon ini pada tiap jenis mangrove dan pemeriksaan karbon tanah berdasarkan kedalamannya. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian pada sumber karbon lainnya seperti biomassa di bawah tanah, pohon mati dan pada serasah mangrove yang terdapat di Kawasan Pesisir Rupat Utara Pulau Rupat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ketua Jurusan Ilmu Kelautan Faperika Universitas Riau beserta jajaran staff yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekanrekan yang membantu di lapangan, Eddy Handoko, Al Usman, Areza Maulana, dan semua pihak yang terlibat dalam membantu penyempurnaan penelitian penulis. DAFTAR PUSTAKA Bismark, M.E., Subiandono, dan Heriyanto, N.M. 28. Keragaman dan Potensi Jenis serta Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Sungai Subelen Siberut, Sumatra Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5 (3): 297-36. Fajar A, 213. Studi Kesesuaian Jenis untuk Perencanaan Rehabilitasi Ekosistem Mangrovedi Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 3, No. 12, tahun 213. Fajri, M. & Dewi, L.M. 21. Inventore Kandungan Biomassa Dan Karbon Hutan Tanaman Meranti Serta Perannya Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan 1

Pengembangan Kehutanan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda. Samarinda. Hairiah, K. & Rahayu, S. 27. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. Heriyanto, N.M., & Subiandono, E. 212. Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa, dan Potensi Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9 (1): 23-32. Heriyanto, T. 213. Analisis Biomassa dan Cadangan Karbon Pada Ekosistem Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kelurahan Purnama Kota Dumai Provinsi Riau. Skripsi. Universitas Riau. Imiliyana, A. Muryono, M. & Purnobasuki, H. 212. Estimasi Stok Karbon pada Tegakan Pohon Rhizophora stylosa di Pantai Camplong, Sampang- Madura. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 1-13(8). Lugina, M. Ginoga, K.L., Wibowo, A. Bainnaura, A. dan Partiani, T. 211. Prosedur Operasi Standar (SOP) untuk Pengukuran Stok Karbon di Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 28 hal. Setiawan H, 213. Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 2 No. 2, tahun 213. Supriadi, S. 28. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Embryo. 5(2) :176-183. Suwardi, A.B., Mukhtar, E. & Syamsuardi. 213. Komposisi Jenis dan Cadangan Karbon di Hutan Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Berita Biologi. 12(2):169-176. 11