CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

PRESPEKTIF SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

Alternative Dispute Resolution (Alternatif Penyelesaian Sengketa, APS)

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

ASPEK HUKUM BISNIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

PENGATURAN DAN MODEL ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Raffles, S.H., M.H. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sengketa atau konflik tersebut timbul disebabkan karena adanya hubungan antara satu

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

DEWAN SENGKETA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11).

SILABUS. IV. Topik Inti Materi Perkuliahan 1. Pendahuluan a. Sengketa Bisnis b. Pilihan dan Proses Penyelesaian Sengketa.

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Pengadilan atau Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk kerja sama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan

TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PILIHAN PENYELESAIAN SENGKETA. A. Pengertian Umum dan Penyebab Timbulnya Sengketa

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANI DI INDONESIA. A. Sejarah BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

Transkripsi:

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis Dosen Pengampu: Ahmad Munir SH, MH. Oleh: Kelompok 9 Isti anatul Hidayah (15053012) Nalatys Syafa ah (15053024) PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI AH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN TAHUN AJARAN 2017

A. Pengertian Sengketa BAB I PEMBAHASAN Suatu bisnis tentu tidak selalu dalam kondisi yang baik, disamping itu untuk mendapatkan keuntungan dan profit guna keberlangsungan usahanya kerap timbul terjadinya ketidakcocokan dan ketidaksepakatan sehingga mengakibatkan sengketa atau permasalahan hukum dalam bisnis yang dijalankan. Transaksi bisnis yang dijalankan harus disertai dengan kepercayaan diantara para pihak, namun hal ini tidak dapat menghilangkan kemungkinan adanya perselisihan atau perbedaan pendapat antara para pihak pebisnis. Jika hal ini terjadi maka harus segera diselesaikan secepat mungkin jangan dibiarkan berlarut-larut, apabila dibiarkan atau menunda penyelesaian sengketa, hal ini akan menimbulkan kerugian antara kedua belah pihak. Hal yang sangat tepat dilakukan yaitu dengan menyelesaikan masalah sengketa tersebut, baik dilakukan di pengadilan maupun diluar pengadilan. Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari presepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya. 1 Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah segala sesuatu atau perilaku yang mengakibatkan pertentangan antara kedua pihak lembaga atau lebih yang menimbulkan akibat hukum dan dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Pengertian sengketa bisnis menurut Maxwell J. Fulton a commercial disputes is one which arises during the course of the exchange or transaction process is central to market economy. Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara kelompok atau organisasi terhadap satu objek permasalahan. 2 Secara rinci sengketa bisnis dapat berupa sengketa sebagai berikut : 1. Sengketa Perniagaan 1 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hlm. 200. 2 Adil Samandani, Dasar-Dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm. 199. 2

2. Sengketa Perbankan 3. Sengketa Keuangan 4. Sengketa Penanaman Modal (Investasi) 5. Sengketa Perindustrian 6. Sengketa HKI 7. Sengketa Konsumen 8. Sengketa Kontrak 9. Sengketa Pekerjaan 10. Sengketa Perburuhan 11. Sengketa Perusahaan 12. Sengketa Hak 13. Sengketa Properti 14. Sengketa Pembangunan Kontruksi. B. Cara-Cara Penyelesaian Sengketa 1. Dari sudut pandang pembuat keputusan: a. Adjudikatif: mekanisme penyelesaian sengketa dimana kewenangan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para pihak. b. Konsensual/kompromi: mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif/kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat winwin solution. c. Quasi adjudikatif: kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif. 2. Dari sudut pandang prosesnya: a. Litigasi: mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum, lembaga penyelesaiannya yaitu pengadilan umum dan pengadilan niaga. b. Non litigasi: mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal, lembaga 3

penyelesaiannya melalui mekanisme: arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi, dan penilaian ahli. 3 Pendapat dari Fisher dan Ury terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi proses penyelesaian sengketa yaitu kepentingan (interest), hak (rights), dan status kekuasaan (power). Para pihak yang bersengketa ingin kepentingannya tercapai, hak-hak nya terpenuhi dan status kekuasaanya diperlihatkan, dimanfaatkan serta dipertahankan. 4 C. Lembaga Penyelasaian Sengketa Bisnis di Indonesia 1. Pengadilan Umum Merupakan lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia. Berdasarkan Ps 50 Undang-Undang No.2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum menentukan bahwa Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan menyelasaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. Hal ini berarti Pengadilan negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis. 2. Pengadilan Niaga Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataaan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), serta sengketa Hak Kekayaan Intelektual ( Hak Cipta, Merek, dan Paten ). 3. Mediasi, Negosiasi dan Arbitrase 1. Mediasi Proses penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga atau pihak luar yang netral untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa, yang memainkan peran utama adalah pihakpihak yang bertikai. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat. Mediator melakukan sidang mediasi dan 3 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hlm. 73. 4 Adil Samandani, Dasar-Dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm. 204. 4

menyelesaikan tugasnya dalam waktu paling lama 30 hari kerja sejak menerima permintaannya penyelesaian perselisihan. 5 Mediasi merupakan suatu prosedur penengahan dimana seseorang bertindak sebagai kendaraan untuk berkomunikasi antara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tecapainya suatu perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri. 6 Prinsip mediasi adalah salah satu mekanisme penyelasaian sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang besifat netral dan tidak memihak. Pihak ketiga ini dinamakan mediator, yang tugasnya membantu para pihak yang besengketa untuk mengidentifikasi isu-isu yang dipersengketakan untuk mencapai kesepakatan. Dalam menjalankan fungsinya mediator tidak mempunyai kewenangan untuk mencapai keputusan. Ciri-ciri penting dari mediator yaitu: a. Netral. b. Membantu para pihak. c. Tanpa menggunakan cara memutus atau memakasakan sebuah penyelesaian. Tugas mediator yaitu: a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati. b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi. c. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan pertemuan terpisah selama proses mediasi berlangsung. 5 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 152. 6 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 15-16. 5

d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai jenis pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. 7 2. Negosiasi Suatu proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak mengubah) sikapdan perilaku orang lain, yang mana proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain. Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak, pihak kita dan pihak lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua pihak. Dari literature hukum diketahui bahwa pada umumnya proses negoisasi merupakan suatu pranata alternatif penyelasaian sengketa yang bersifat informal, meskipun adakalanya dilakukan secara formal. Melalui negoisasi para pihak yang bersengketa atau berselesih paham dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak dengan atau melalui suatu situasi yang saling menguntungkan dengan memberikan atau melepaskan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan asas timbal balik. Dalam mekanisme negosiasi, penyelasaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang bersengketa tanpa melibatkan orang ketiga untuk menyelasaikan sengketa melalui negosiasi diberi waktu 14 (empat belas) hari untuk melakukan prosesnya. 8 Segi positif dari negosiasi a. Para pihak sendiri yang melakukan perundingan (negosiasi) secara langsung dengan pihak lainnya. 7 Adil Samandani, Dasar-Dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm. 222. 8 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hlm. 85. 6

b. Para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana penyelesaian secara negosiasi ini dilakukan menurut kesepakatan mereka. c. Para pihak mengawasi atau memantau secara langsung prosedur penyelesaiannya. d. Negosiasi menghindari perhatian publik dan tekanan politik didalam negeri. e. Dalam negosiasi para pihak berupaya mencari penyelesaian yang dapat diterima dan memuaskan para pihak, sehingga tidak ada pihak yang menang dan kalah tetapi diupayakan kedua belah pihak menang. f. Negosiasi dimungkinkan dapat digunakan untuk setiap tahap penyelesaian sengketa dalam setiap bentuknya, apakah negosiasi secara tertulis, lisan, bilateral, multirateral. 9 3. Arbitrase Istilah arbitrase berasal dari kata Arbitare (bahasa latin) yang berarti kekuasaan untuk menyelasaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan. Arbitrase adalah cara penyelasaian sengketa perdata yang bersifat diluar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, dimana pihak penyelasai sengketa tersebut dipilih oleh pihak yang bersangkutan, yang terdiri dari orang-orang yang tidak berkepentingan dengan perkara yang bersangkutan. Objek arbitrase meliputi sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase, hanya sengketa dibidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Adapun sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian. Dalam pasal 4 hlm. 27. 9 Hoalah Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, 7

Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa disebutkan bahwa pengadilan negeri tidak berwenang menyelesaikan sengketa para pihak yang telah terikat di dalam perjanjian arbitrase, dan putusan arbitrase adalah final artinya tidak dapat dilakukan banding, peninjauan kembali atau kasasi, serta putusannya berkekuatan hukum tetap bagi para pihak. 10 Esensi dari arbitrase adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk berusaha menyelasaikan sengketa diluar pengadilan. Para pihak sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai yang akan bertindak sebagai wasit. Setelah memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan dokumen-dokumen dan bukti-bukti yang relavan. Pada umumnya tidak ada aturan tertentu bagaimana arbitrase yang mana diserahkan kepada kesepakatan para pihak. D. Perbandingan Antara Perundingan, Arbitrase dan Litigasi Adapun perbandingan antara Perundingan, Arbitrase dan Litigasi adalah : Proses Perundingan Arbitrase Litigasi Yang mengatur Para pihak Arbiter Hakim Prosedur Informal Agak formal Sangat formal dan teknis Jangka waktu Segera Agak cepat Lama (3-6 minggu) (3-6 bulan) (> 2 Tahun) Biaya Murah Terkadangan sangat mahal Sangat mahal Aturan Tidak perlu Agak informal Sangat formal pembuktian dan teknis Publikasi Konfidensial Konfidensial Terbuka untuk 10 Arus Akbar Silondae dan Andi Fariana, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hlm. 78. 8

umum Hubungan para Kooperatif Antagonistis Antagonistis pihak Fokus For the future Masa lalu Masa lalu Penyelasaian Metode Kompromis Sama keras Sama keras negoisasi dengan prinsip dengan prinsip hukum hukum Komunikasi Memperbaiki Jalan buntu Jalan buntu yang sudah lalu Result Win-Win Win-Lose Win-Lose 9

BAB II PENUTUP A. KESIMPULAN Sengketa adalah segala sesuatu atau perilaku yang mengakibatkan pertentangan antara kedua pihak lembaga atau lebih yang menimbulkan akibat hukum dan dapat diberikan sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Cara-cara penyelesaian sengketa dari sudut pandang pembuat keputusan meliputi adjudikatif yaitu mekanisme penyelesaian sengketa dimana kewenangan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para pihak. konsensual/kompromi yaitu mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif/kompromi untuk mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution. quasi adjudikatif yaitu kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif. Dari sudut pandang prosesnya meliputi ligitasi yaitu mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum, lembaga penyelesaiannya yaitu pengadilan umum dan pengadilan niaga. Non ligitasi yaitu mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal, lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme: arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi, dan penilaian ahli. Lembaga penyelasaian sengketa bisnis di Indonesia yaitu pengadilan umum merupakan lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia. Pengadilan niaga adalah pengadilan khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataaan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), serta sengketa Hak Kekayaan Intelektual ( Hak Cipta, Merek, dan Paten ). Perbandingan antara perundingan, arbitrase dan ligitasi, perundingan atau negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa dimana para pihak yang bersengketa saling melakukan kompromi untuk menyuarakan kepentingannya. Dengan cara kompromi tersebut diharapkan akan tercipta win-win solution 10

dan akan mengakhiri sengketa tersebut secara baik. Litigasi adalah sistem penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan. Sengketa yang terjadi dan diperiksa melalui jalur litigasi akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Melalui sistem ini tidak mungkin akan dicapai sebuah win-win solution (solusi yang memperhatikan kedua belah pihak) karena hakim harus menjatuhkan putusan dimana salah satu pihak akan menjadi pihak yang menang dan pihak lain menjadi pihak yang kalah. 11

DAFTAR PUSTAKA Adolf, Hoalah, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. Akbar Silondae, Arus dan Fariana, Andi, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Hendra Winarta, Frans, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2013. Samandani, Adil, Dasar-Dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013. Tiena Masriani, Yulies, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. 12