AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang membutuhkan keturunan. sesuai apa yang diinginkan. Perkawinan sebagian jalan untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

PROSES PELAKSANAAN PERKAWINAN ANGGOTA TNI-AD DAN PERMASALAHANNYA (Studi di Wilayah KOREM 074 Warastratama)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah SWT. Berfirman

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI ORANG YANG BERBEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

KUASA KHUSUS NONMUSLIM DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pengadilan Agama Blora ) TESIS

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, Sehingga Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Transkripsi:

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : IKE RITA S. NIM : C. 100 030 257 NIRM : 03.6.106.01000.5.0220 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai way of life mengatur cara hidup penganutnya dengan ketentuan hukum yang termuat dalam Al-Qur an dan sunnah Rosul.Sebagai salah satu bagian kehidupan manusia yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum islam adalah pernikahan atau dalam bahasa sehari-hari adalah perkawinan. Suatu kenyataan dalam keberadaan makhluk hidup di muka bumi adalah mereka terdiri dari dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua makhluk hidup itu, baik pada segi fisik maupun psikis mempunyai sifat yang berbeda, namun secara biologis kedua jenis makhluk hidup tersebut saling membutuhkan sehingga berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan. Kehidupan yang berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan secara harfiah disebut perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada makhluk Tuhan baik pada manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan. 1 Perkawinan mempunyai kedudukan yang amat penting dan mulianya perkawinan tersebut maka setiap orang mendambakan untuk dapat melangsungkan perkawinan itu, hanya dengan perkawinan itulah manusia 1 Prof. DR. sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 6, Bandung : PT. Al Ma arif, 1990, hal.9. 1

2 dapat melestarikan atau memberikan sejarah kehidupannya dengan terhormat. Sebagaimana firman Allah : Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya ; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS. An Nisaa : 1) Untuk melestarikan keberadaan manusia, yakni sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT, maka Allah memilih cara setara dengan kemuliaan manusia. Cara itu dengan jelas terinci dan tuntas terkandung dalam syari at Islam. Perkawinan inilah yang diridhai Allah SWT dalam rangka melestarikan keturunan dan menciptakan keturunan yang bersih. 2 2 K. Wantjik Saleh.SH, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987, hal. 15.

3 Dengan perkawinan yang syah kehidupan rumah tangga dapat dibina dengan suasana aman, damai dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan tujuan perkawinan itu sendiri, yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 3 Agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik, antara lain calon suami istri untuk dapat melangsungkan perkawinan haruslah tetap masuk jiwa raganya. Oleh karena itu dalam peraturan perundangan ditentukan mengenai batasan umur untuk dapat melangsungkan perkawinan. Ketentuan batas umur tersebut dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang berbunyi bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. 4 Dari batasan umur ini dapat ditafsirkan bahwa UU No. 1 Tahun 1974 tidak menghendaki perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang berusia dibawah ketentuan tersebut atau melakukan perkawinan dibawah umur. Hal ini juga ditunjang dengan ketentuan yang terdapat didalam kompilasi Hukum Islam pasal 15 yang isinya bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan Pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya 16 tahun. 3 Undang-undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974 dan PP Nomor 9 Tahun 1975, Semarang: Aneka Ilmu, 1990, Hal.4 4 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Hal.18.

4 Pembatasan usia perkawinan bagi warga Negara yang akan menikah pada prinsipnya dimaksudkan agar orang akan menikah diharapkan orang yang akan menikah diharapkan orang sudah memiliki kematangan berfikir, kematangan psikologis dan kekuatan fisik yang memadai. Keuntungan lainnya yang dapat diperoleh dengan kemungkinan keretakan rumah tangga yang berakhir dengan perceraian dapat terhindar, karena pasangan tersebut memiliki kesadaran dan pengertian yang lebih matang tentang tujuan dari perkawinan yang menekankan pada aspek kebahagiaan lahir batin. Meskipun demikian dalam hal khusus tertentu, UU No. 1 Tahun 1974 memberikan kemungkinan penyimpangannya dalam Pasal 7 ayat 2, dengan adanya dispensasi dari pengadilan bagi yang belum mencapai usia tersebut. Pada dasarnya perkawinan dibawah umur banyak terjadi karena beberapa faktor antara lain seperti adanya kehamilan sebelum nikah yang terjadi karena pergaulan bebas. Perkawinan ini dilakukan untuk menutup aib mereka dan agar anak yang dikandung mempunyai status yang jelas. Selain itu juga karena faktor masyarakat yang masih berpikiran sempit. Disebagian masyarakat, banyak yang berpikiran bahwa usia tidaklah menjadi halangan untuk melangsungkan perkawinan, walaupun sebenarnya mereka belum mempunyai kesiapan lahir dan batin. Sehubungan dengan uraian keadaan tersebut diatas, maka penyusun mengangkat judul skripsi Akibat Perkawinan Dibawah Umur Dalam Kelangsungan Hidup Berumah Tangga (Studi Kasus Kec. Tunjungan Kab. Blora).

5 B. Pembatasan Permasalahan Dalam suatu penelitian, tidak mungkin akan meneliti suatu masalah yang ada pada bidang yang diteliti, akan tetapi setiap penelitian akan membatasi pada masalah tertentu saja yang berkaitan dengan judul penelitian. Disini penelitian membuat pembatasan masalah dengan alasan agar penulis lebih memfokuskan pada masalah akibat perkawinan di bawah umur dalam kelangsungan hidup berumah tangga (studi kasus Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora). Penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti dengan tujuan agar penulis dapat mencapai sasaran penelitian dan tidak menjadi kabur pengertiannya serta tidak menjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan masalah yang ada. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah mengenai Akibat Perkawinan Dibawah Umur Dalam Kelangsungan Hidup Berumah Tangga (Studi Kasus Kec. Tunjungan Kab. Blora) C. Perumusan Permasalahan Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting karena merupakan pedoman yang mempermudah penelitian dalam membahas masalah yang akan diteliti, sehingga tujuan yang akan dicapai menjadi jelas, tegas, terarah dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan perkawinan dibawah umur.

6 2. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perkawinan dibawah umur. 3. Dampak perkawinan dibawah umur. D. Tujuan Penelitian Dalam suatu kegiatan penelitian selalui mempunyai tujuan tertentu. Dari penelitian ini diharapkan tersajikan data yang akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berpijak dari hal tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum perkawinan dibawah umur ditinjau dari Hukum Islam b. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum perkawinan dibawah umur ditinjau dari UU No. 1 Tahun 1974 c. Untuk mengetahui dampak apa saja yang akan ditimbulkan oleh perkawinan dibawah umur dalam kelangsungan hidup berumah tangga. 2. Tujuan Subyektif Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam penulisan hukum khususnya dalam bidang hukum Islam dengan harapan bermanfaatkan dikemudian hari.

7 E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut memberi manfaat bagi berbagai pihak. 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan tambahan pengetahuan tentang akibat hukum dan dampak yang ditimbulkan apabila terjadi pernikahan dibawah umur dalam kelangsungan hidup berumah tangga. b. Memberikan pengembangan disiplin ilmu hukum khususnya hukum Islam. 2. Manfaat Praktis Sebagai sarana bagi penulis untuk menyumbangkan pengetahuan kepada masyarakat tentang akibat pernikahan dibawah umur dalam kelangsungan hidup berumah tangga yakni tujuan dari hukum Islam dan Undang undang No.1 tahun 1974. F. Metode Penelitian Metode penelitian pada hakekatnya memberikan pedoman mengenai tata cara yang mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya 5. Metode penelitian sangat diperlukan dalam penelitian karena mutu dan validitas dari hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan metode penelitian. Beberapa hal diuraikan penyusun sebagai berikut: 5 Soerjono Soekanto, Pengatur Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, Hal 6.

8 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif karena menguraikan dan menggambarkan gejala yang ada hubungannya untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan penelitian yang bersifat mungkin menemui keadaan-keadaan yang ada. Adapun yang dimaksud penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah Suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia keadaan atau gejala-gejala lainnya 6. 2. Metode Pendekatan Cara pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan kualitatif yaitu suatu tata tertib cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisa yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis/lisan dan juga perilaku yaitu yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh 7. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penyusun mengambil lokasi penelitian di lingkup Kecamatan Tunjungan Kab. Blora. 4. Sumbar Data a. Data Primer 6 Ibid, hal 10 7 Soerjono Soekanto, OP.Cit, hal 22.

9 Merupakan data/keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber di mana penelitian akan berlangsung. Dalam hal ini di Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustkaan dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari, membaca dan mencatat buku-buku, literatur, peraturan perundangundangan yang erat kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang dipergunakan untuk menyusun penulisan hukum. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan ditempat yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan data-data menggunakan cara sebagai berikut: 1). Observasi Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala atau obyek penelitian. 2). Interview (Wawancara) Yaitu sebagai suatu proses tanggung jawab lisan dalam rangka mana dua orang atau lebih yang satu dapat melihat muka dan

10 mendengarkan pihak lain dengan telinga sendiri, suaranya sebagai alat informasi yang langsung tentang beberapa data baik yang terpendam maupun manifes 8. 6. Teknik Analisa Data Sesuai dengan data yang diperoleh penulis, maka pengolahan data menggunakan teknik analisis atau kualitatif. G. Sistematika Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang akan dilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat melalui sistematika skripsi sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan B. Pembatasan Permasalahan C. Perumusan Permasalahan D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Skripsi G. Sistematika Skripsi BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Perkawinan 8 Sutrisno Hadi, Sri Menuji, metode, Research Jilid III, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1997 hal 159

11 2. Dasar Hukum Perkawinan 3. Syarat Sahnya Perkawinan 4. Rukun Sahnya Perkawinan 5. Hikmah Perkawinan 6. Tujuan Perkawinan B. Batas Umur Melakukan Perkawinan 1. Batas Umur Melakukan Perkawinan Menurut UU No 1 Tahun 1974 C. Beberapa dampak perkawinan dibawah umur. BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Sekilas gambaran umum lokasi penelitian di Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora. 2. Data permohonan perkawinan dibawah umur di Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora B. Pembahasan 1. Pelaksanaan perkawinan dibawah umur di Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.. 2. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perkawinan dibawah umur. 3. Dampak adanya perkawinan dibawah umur. BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran