BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebumen merupakan Kabupaten yang berada di Jawa Tengah. Kebumen

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

Ebeg. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto

BAB V KESIMPULAN. secara bertahap dimulai dari swadaya, boyongan, dan dibawa ketika terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. hajatan menyediakan pertunjukan keyboard bongkar pada umumnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

Kesenian Ebleg sebagai Ekspresi Estetis Masyarakat Jawa Tengah: Kajian Filsafati di Dua Daerah Kebumen dan Brebes

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Ragam nilai dalam filsafat nilai menurut Scheler ialah bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada pembawaannya. Hal tersebut berdasarkan pada kualitas nilai yang a priori (keadaan dimana manusia dapat merasakan sesuatu hal tanpa melalui pengalaman inderawi terlebih dahulu). Hierarki nilai menurut Scheler ada empat, yaitu nilai kenikmatan dan keridaknikmatan, yang sesuai dengan rasa nikmat dan rasa sakit yang didasarkan atas pengalaman inderawi. Tingkat kedua dari hierarki nilai Scheler, yaitu nilai vitalitas. Nilai vitalitas merupakan nilai yang tidak tergantung bagi kehidupan manusia yang berkaitan dengan kesejahteraan dan kehidupan yang dialami manusia. Tingkatan ketiga, yaitu nilai spiritual dan tingkat yang terakhir adalah nilai kesucian dan keprofanan, yang tidak dapat direduksi menjadi nilai spiritual. Ragam nilai pada tarian rakyat Ebleg meliputi; nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai ekonomi dan nilai hiburan. 2. Tarian rakyat Ebleg merupakan suatu bentuk warisan budaya yang harus dilestarikan keberadaanya terutama di lingkungan masyarakat Kebumen. Ebleg berasal dari bahasa Jawa yang berarti tabag atau anyaman bambu. 94

95 Ebleg merupakan tarian yang menggunakan piranti berupa anyaman bambu yang berbentuk seperti kuda. Tarian rakyat Ebleg merupakan tarian yang sejenis dengan Kuda Lumping, tetapi dalam setiap penampilannya tarian rakyat Ebleg berbeda dengan varian lainnya. Tarian rakyat Ebleg berpedoman menggunakan pakem yang menggambarkan strategi perang Sultan Agung Hayangkarakusuma kerika akan berperang melawan Belanda di Batavia. Adapun demikian, tarian rakyat Ebleg sama dengan varian lainnya masih tetap menggunakan prosesi janturan atau trance. Tarian rakyat Ebleg awalnya diciptakan sebagai strategi perang kerajaan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung. Seiring perkembangannya tarian rakyat Ebleg berfungsi sebagai ritual untuk menghormati leluhur, dan saat ini mengalami perubahan sangat pesat yang hanya sebagai sebuah hiburan untuk rakyat. 3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tarian rakyat Ebleg menurut hierarki nilai Max Scheler, yaitu: a. Nilai kesenangan atau nilai kenikmatan dan ketidaknikmatan: tarian rakyat Ebleg yang mengundang banyak antusiasme warga dalam penyajiannya memiliki kesenangan tersendiri bagi pihak penyelenggara, kelompok Ebleg dan juga warga masyarakat yang ikut menyasikan. Nilai kesenangan dalam tarian Ebleg dapat terlihat dari banyaknya penonton yang antusias terhadap tarian ini, bukan hanya itu saja, tetapi dapat dilihat dari fungsi tarian sebagai hiburan. Tarian berfungsi sebagai hiburan ada karena kebutuhan masyarakat yang

96 membutuhkan kesenangan. Tarian rakyat Ebleg saat ini yang beredar di masyarakat hanya memiliki nilai kesenangan saja. Hal tersebut terjadi karena masyarakat lebih membutuhkan nilai kesenangan, bahkan hingga mengorbankan nilai yang lebih tinggi hanya untuk memenuhi kepuasan diri. Nilai kesenangan dapat terlihat dalam setiap penyelenggaraan tarian rakyat Ebleg. b. Nilai vitalitas atau nilai kehidupan: tarian rakyat Ebleg tidak hanya memiliki fungsi sebagai hiburan saja, tetapi juga memiliki fungsi sebgai strategi perang melawan VOC. Hal ini sesuai dengan tujuan awal terciptanya tarian Ebleg. Sultan Agung Hayankrakusuma menciptakan tarian yang awalnya bernama Sendratari Yudha Cakrakusuman atau lebih dikenal dengan Ebleg Singamataram, sebagai media untuk melatih para prajuritnya melawan Belanda dengan menggunakan simbol-simbol yang diciptakan memalui sebuah kesenian. Nilai vitalitas terdapat dalam gerakan dan makna keseluruhan sesaji dalam tarian Ebleg. c. Nilai spiritaul: nilai spiritual yang kedudukannya lebih tinggi dengan nilai vitalitas dapat ditunjukan pada tarian rakyat Ebleg seperti terdapat pada keindahan tarian dan juga gending yang memiliki makna tersendiri bagi para penikmat Ebleg. Bagi sebagian masyarakat tarian Ebleg memiliki keindahan karena memiliki alur cerita selayaknya prajurit yang akan menuju medan pertempuran dan juga atraksi yang ditampilkan saat mendem menjadikan tarian ini semakin

97 memiliki nilai tersendiri. Gending yang dimainkan memiliki keindahannya, karena mampu menyedot antusiasme penonton untuk ikut andil dalam tarian Ebleg, meskipun musik yang ditimbulkan terdengar sangat sederhana tang-plong-tang-jur. Bukan saja alur cerita dan gending saja yang memiliki keindahan, gerakan yang dilakukan para pemain juga memiliki berbagai filosofis yang terkandung dan dalam prosesni janturan serta tujuan sesaji karena berkaitan dengan hal-hal yang diluar nalar manusia. d. Nilai kesucian dan keprofanan: nilai kesucian dan keprofanan terdapat saat tarian akan dimulai, yaitu sebelum memulai cara para pemain atau beberapa pemain diwakili oleh penimbul, pemain kuda, dan pemain barongan dengan membawa kuda putih dan juga barongan melakukan ritual terlebih dahulu sebelum acara berlangsung. Ritual tersebut bertujuan untuk memohon restu kepada para pendahulu supaya acara dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya suatu alangan apapun. Bukan hanya itu saja, para pemain saat melakukan sembahan juga memiliki nilai kesucian dan keprofanan, karena para penari juga melakukan adegan menyembah Sang Kuasa dengan tujuan untuk meminta perlindungan dan juga keselamatan. B. Saran Setelah menyelesaikan penyusunan skripsi ini, maka peneliti menyampaikan saran-saran kepada pembaca antara lain sebagai berikut:

98 1. Penonton dan warga masyarakat sekitar yang menyaksikan Ebleg hendaknya bersikap sopan dan menjaga ketertiban supaya dalam pelaksanaan tidak terjadi konflik yang dapat meresahkan masyarakat. 2. Peran serta pemerintah dalam melestarikan tarian tradisi terutama pemerintah kabupaten Kebumen harus lebih ditingkatkan lagi. Pengadaan festifal dan lomba-lomba untuk tarian tradisi lebih sering diadakan supaya eksistensi tarian tradisi tetap terjaga kelestariannya. 3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi masyarakat supaya dapat menjaga, melestarikan tarian tradisi, dan memahami kembali makna dan tujuan awal diciptakannya tarian tradisi terutama tarian Ebleg. Hal ini ditujukan agar kebudayaan kita tetap terjaga kelestariannya dan tidak hilang oleh zaman karena semua itu merupakan kekayaan budaya bangsa.