BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

BAB I PENDAHULUAN. merugikan hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. masalah yang serius dan penegakannya tidak mudah.

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal ini sesuai dengan konstitusi negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis melakukan dua (2) pendekatan, yaitu:

I. PENDAHULUAN. adalah usaha pemerintah dalam memberantas praktik tindak pidana korupsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang berisi mengenai perintah-perintah

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penjelasan Pasal 31 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan untuk dapat berhubungan dengan orang lain. masyarakat untuk berkomunikasi yaitu melalui teleconference.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

III. METODE PENELITIAN. penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

I. PENDAHULUAN. tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum, bukan

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak Pidana Korupsi. Kata korupsi ini sudah tidak asing lagi di telinga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan : guna mencapai cita-cita nasional, salah satu landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, ketentuan ini tercantum

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang. Undang Nomor 20 Tahun 2001 selanjutnya disebut dengan UUPTPK.

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang belakangan ini cukup marak di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kenyataan menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, status sosial baik tua muda, pejabat pemerintah pusat hingga pejabat daerah seolah berlomba melakukan tindak pidana korupsi. Permasalahan lanjutan yang tidak kalah peliknya yaitu dikhawatirkan hilangnya sosok penerus bangsa di kemudian hari apabila tradisi korupsi tidak segera mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Belakangan Negara Indonesia mendapatkan predikat sebagai negara yang korupsinya paling besar sebagaimana dikemukakan oleh Transparency International. Negara Indonesia berada dalam 5 besar negara terkorup dimana semula menduduki peringkat 2 Negara terkorup se-asia tenggara dibawah Negara Myanmar pada tahun 2004, kini Indonesia telah meningkat menjadi Negara terkorup diantara negara-negara Asia tenggara. 1 Tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2002 hingga tahun 2009 telah merugikan triliunan uang Negara. 1 Agus Priyanto, 2007, Jangan Tunggu Langit Runtuh, justika siar publika, Jakarta, hlm.3. 1

2 Beberapa perkara korupsi di Indonesia telah terungkap diantaranya kasus korupsi Akbar Tanjung dalam kasus penyalahgunaan dana Bulog sebesar 40 miliar pada tahun 2002, Majelis Hakim PN Jakarta pusat menjatuhkan vonis 3 tahun penjara pada Akbar Tanjung walaupun Pengadilan Tinggi menolak permohonan banding yang diajukan penasehat hukum Akbar Tanjung Amir Syamsudin, pihak Akbar Tanjung mengajukan kasasi dan pada tanggal 12 Februari 2004 Majelis Hakim Agung akhirnya mengabulkan kasasi terdakwa Akbar Tanjung, dengan dikabulkannya kasasi maka Akbar Tanjung dinyatakan bebas. Selain kasus korupsi akbar Tanjung terdapat kasus korupsi Rahadi Ramelan dalam kasus penyalahgunaan dana nonbujeter bulog senilai 62,3 milliar. Majelis Hakim PN Jakarta Selatan akhirnya menjatuhkan vonis 2 tahun penjara pada Rahadi Ramelan 2. Kasus tindak pidana korupsi khususnya di daerah terdapat fakta yang cukup mengejutkan karena cukup marak tindak pidana korupsi yang dilakukan di daerah-daerah, tidak terlepas juga di kota Yogyakarta. Ada beberapa kasus korupsi di kota Yogyakarta antara lain kasus dugaan korupsi yang terjadi di Sleman terkait penggadaan buku teks wajib untuk murid SD, SMP dan SMA di Kabupaten Sleman yang terjadi antara periode januari 2004 sampai 2005. Proyek senilai Rp.29 miliar lebih tersebut dilakukan oleh kantor dinas pendidikan kabupaten Sleman. Kasus ini berawal saat PT.Balai Pustaka Jakarta mengajukan penawaran pengadaan buku kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman sebesar Rp.65 miliar, setelah 2 Evi Haryati S.H, 2008, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 75.

3 dilakukan penawaran pengadaan buku akhirnya disepakati menjadi sekitar 29 miliar. Kasus tindak pidana korupsi dalam penyelewengan dana pembangunan Stasiun Lempuyangan sebesar 90 juta 3. Melihat beberapa tindak pidana korupsi yang terjadi, penulis telah mengamati terdapat beberapa putusan yang berbeda walaupun Pasal yang dilanggar atau tindak pidana yang dilakukan sama atau hampir sama. Melihat fakta-fakta seperti ini seharusnya pemerintah Indonesia beserta seluruh aparatur penegak hukum dan masyarakat harus berusaha sungguh-sungguh menanggulangi ancaman bahaya dari tindak pidana korupsi tersebut. Berbicara mengenai penegakaan hukum tidak mungkin terlepas dari berbicara aparaturnya, tindakan penegakan hukum terkait dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara terus menerus tetapi output-nya tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat luas ditambah kenyataan penegakan hukum di lapangan justru adanya saling tuding dan lempar tanggung jawab diantara kalangan pemerintah dan terjadi inkonsistensi dalam usaha penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi di Negara Indonesia. 4 Terdapat fenomena unik dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi, ketika sebuah kasus tindak pidana korupsi telah diputus dan mendapatkan kekuatan hukum yang tetap, maka terdapat beragam perbedaan putusan antara satu perkara tindak pidana korupsi dengan perkara tindak pidana korupsi yang lainnya atau lazim disebut disparitas pemidanaan. 3 http:\\www.infokorupsi.com\berita\887\5 29 agustus 2009.16.35. 4 Amir Syamsuddin, 2008, Integritas Penegak Hukum, kompas, Media Nusantara, Jakarta, hlm.3.

4 Apabila ini sampai banyak terjadi, maka akan membuat persepsi bahwa penegakan hukum dalam perkara korupsi tampak tidak memberikan kepastian hukum karena adanya perbedaan putusan yang terjadi pada perkara yang sama karakternya, atas pikiran itulah maka penulis ingin mengkaji hal yang berkaitan dengan masalah disparitas. Disparitas pemidanaan ini selain mengakibatkan munculnya perasaan tidak adil bagi terpidana dalam perkara tindak pidana korupsi juga dapat menyebabkan masyarakat secara luas merasa diperlakukan tidak adil dan menggurangi kepercayaan masyarakat pada lembaga dan penegak hukum. Hal seperti ini tentu merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji, sehingga masalah ini penulis angkat sebagai pembahasan dalam skripsi, dengan judul : Tinjauan Terhadap Disparitas Pemidanaan Dalam Putusan Perkara Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka perlu dikemukakan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana yang menimbulkan disparitas pemidanaan dalam kasus korupsi? 2. Bagaimana dampak disparitas pemidanaan dalam putusan hakim yang menjatuhkan putusan dalam kasus korupsi?

5 C. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula penulis mempunyai tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana yang menimbulkan disparitas pemidanaan dalam perkara tindak pidana korupsi. 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari disparitas pidanaan yang terjadi dalam putusan hakim yang menjatuhkan putusan dalam perkara tindak pidana korupsi. D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoritis Penelitian ini diharapkan bermafaat bagi pengembangan disiplin ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum pidana pada khususnya. 2. Segi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penegakan dan penerapan hukum pidana di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. E. Batasan Konsep 1. Tinjauan Hasil dari sebuah pandangan atau pendapat setelah melakukan pengamatan dan penyelidikan terlebih dahulu. 2. Dampak Pengaruh kuat yang mendatangkan sebuah akibat baik berupa akibat positif atau negatif.

6 3. Disparitas penjatuhan pidana yang tidak sama kepada terpidana dalam kasus yang sama atau kasus yang hampir sama tingkat kejahatannya. 4. Pemidanaan Pemberian sanksi terhadap perbuatan-perbuatan tertentu dengan pidana atau hukuman. 5. Putusan Hasil atau kesimpulan dari suatu pemeriksaan perkara di sidang pengadilan yang didasarkan pada pertimbangan dan penetapan. 6. Perkara Masalah atau persoalan yang perlu diselesaikan atau dibereskan dengan suatu tindak pidana. 7. Tindak Pidana Perbuatan - perbuatan tertentu yang dapat dikenakan sanksi berupa pidana atau hukuman. 8. Korupsi Setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

7 F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, Metode pendekatan yuridis normatif adalah mempelajari dari segi hukum yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 30 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang pemberantasan tindak pidana korupsi untuk menelaah pengaturan tentang tindak pidana korupsi. 2. Bahan Hukum Metode pendekatan yuridis normatif data yang diperlukan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut dibagi menjadi 3 bahan hukum yaitu: a. Bahan Hukum Primer a) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. b) Putusan-putusan Pengadilan mengenai kasus tindak pidana korupsi. b. Bahan Hukum Sekunder Pada penelitian ini, penulis mengambil data dari buku-buku atau literatur, karangan-karangan ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c. Bahan Hukum Tersier a) Kamus Hukum. b) Berita majalah dan surat kabar, termask bahan dari internet.

8 3. Metode Pengumpulan Data Cara mengumpulkan bahan-bahan hukum dalam metode pendekatan yuridis normatif dapat dilakukan dengan: a. Studi Pustaka/Literatur adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas, yakni dengan mengkaji karangan-karangan ilmiah, literatur, putusan pengadilan yang berhubungan dengan kasus tindak pidana korupsi. b. Studi Dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum tapi boleh diketahui oleh pihak tertentu seperti pengajar hukum, peneliti hukum, praktisi hukum dalam rangka kajian hukum serta praktik hukum, adapun sumbernya adalah berbagai dokumen resmi institusional yang berupa peraturan, Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi, laporan penelitian hukum dan dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 4. Metode Analis Data Metode pendekatan yuridis normatif: Data yang terkumpul dari hasil penelitian ini dianalisa secara kualitatif yaitu data-data yang diperoleh dalam penelitian tersebut digambarkan dan ditata secara sistematis dalam wujud uraian-uraian kalimat yang diambil maknanya sebagai pernyataan atau kesimpulan.

9 G. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum terdiri dari 3 Bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, batasan konsep dan metodologi penelitian, BAB II : DAMPAK DISPARITAS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA Bab ini terdiri dari tinjauan mengenai tindak pidana korupsi, tinjauan terhadap tujuan pemidanaan dan tinjauan terhadap disparitas pemidanaan yang terkait dalam putusan perkara tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia. BAB III : PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran berdasarkan permasalahan dalam penelitian hukum.