2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Biaya Biaya Standar dan Biaya Aktual Harga Pokok Produksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Sandang Indah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II KERANGKA TEORI. Biaya adalah aliran sejumlah anggaran dalam mata uang yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modul ke: Akuntansi Manajemen 05FEB. Variable Costing. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si & Lawe Anasta.,S.E.,M.S.,Ak. Program Studi Akuntansi

VARIABEL COSTING SBG ALAT BANTU MANAJEMEN

ANALISIS BIAYA DAN PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL (Sun Coco) (Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laba mempunyai peran yang sangat penting karena menyangkut kelangsungan. Dalam menentukan harga pokok produk perusahaan harus dapat

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

KARAKTERISTIK BIAYA, PENGERTIAN BIAYA, PENGGOLONGAN BIAYA, DAN ALIRAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL BETON PADA PT INDO BETON PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

VARIABLE COSTING. Penentuan Harga Pokok Variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan umumnya ditentukan oleh kemampuan manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, para pelaku bisnis manufaktur semakin bersaing untuk

Kata Kunci : Metode Full Costing dan Variabel Costing

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN ETALASE PADA SUMBER JAYA ALUMMUNIUM. Ramona Nur Rachmatika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO)

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Kode Mata Kuliah : AKU506 Jumlah SKS : 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. John Soeprihanto (1999:414) adalah biaya yang seharusnya untuk produksi suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha atau suatu bisnis dapat mengambil keputusan dengan tepat.

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan. produksi yang akan berpengaruh pada harga jual.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini dimana semakin majunya

ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

langsung dan biaya overhead pabrik.

BAB II TELAAH PUSTAKA. (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva atau assets dan biaya. Biaya dianggap

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Biaya Daljono (2004) mendefinisikan biaya sebagai suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat pengorbanan ini atau masa yang akan datang. Senada dengan Daljono, Mulyadi dalam Marfianda (2010) dalam arti luas mendefinisikan biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Pendapat berbeda dari Niswonger (2000) biaya adalah pembayaran kas atau ekuivalennya atau komitmen untuk membayar kas dimasa depan dengan tujuan memperoleh pendapatan. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang biasanya diukur dengan uang dalam kurun waktu tertentu. 2.1.2. Biaya Standar dan Biaya Aktual Biaya standar menurut Mulyadi dalam Marfianda (2010) adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisien dan faktor-faktor lain tertentu. Senada dengan Mulyadi, Halim (1998) mendefinisikan biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terdapat penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini dianggap benar. Biaya aktual adalah total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan dan dicatat dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan selama periode waktu yang diberikan untuk aktivitas jadwal atau kerja. 2.1.3. Harga Pokok Produksi Menurut Raiborn dan Michael dalam Isnani dan Rizal (2012) harga pokok produksi atau cost of goods manufactured (CGM) adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi selama satu periode. Senada dengan Raiborn dan Michael, menurut 4

5 Hansen dan Mowen dalam Setyaningrum (2013) harga pokok produksi merupakan jumlah biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Berbeda dengan Mulyadi dalam Marfianda (2010) yang mendefinisikan harga pokok produksi sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Rangkaian pendapat tersebut disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah harga dari seluruh biaya yang dikorbankan untuk ditransfer menjadi barang atau nilai yang diselesaikan selama periode berjalan. 2.1.4. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi Unsur-unsur yang melekat pada harga pokok produksi terdiri atas: bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik (Sodikin dan Riyono dalam Isnani dan Rizal, 2012). 1. Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. 2. Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik dengan menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin-mesin. Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang disebut upah dan dikategorikan sebagai upah tenaga kerja langsung. Jadi upah tenaga kerja langsung adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung. 3. Biaya overhead pabrik merupakan komponen harga pokok produksi yang timbul dalam proses pengolahan yang tidak dapat digolongkan dalam bahan baku dan tenaga kerja langsung. Supriyono (1999) biaya-biaya dalam penentu harga pokok produksi juga terdiri dari tiga unsur yang sama seperti pendapat Sodikin dan Riyono dalam Isnani dan Rizal (2012) yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini akan dianalisis ketiga unsur-unsur biaya produksi tersebut.

6 2.1.5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Widilestariningtyas dkk. dalam Isnani dan Rizal (2012) Dalam metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua metode yaitu : 1. Full costing Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. 2. Variable costing Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. 2.1.6. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing 1. Ditinjau dari Sudut Pandang Penentuan Harga Pokok Produksi a. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel akan dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Metode ini menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva. Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya Overhead Pabrik Tetap + Harga Pokok Produksi b. Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlukan sebagai period cost dan bukan sebagai elemen harga pokok produk,

7 sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Variabel + Harga Pokok Produksi 2. Ditinjau dari Sudut Pandang Penyajian Laporan Laba Rugi Perbedaan pokok antara metode full costing dan variable costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitik beratkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, sedangkan metode variable costing lebih menitik beratkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 3. Perbandingan Dampak Metode Full Costing dan Variable Costing Metode full coting dan variable costing memiliki hubungan yang berpengaruh terhadap persediaan dan laba kotor yang akan dihasilkan oleh perusahaan (Tabel 2.1.). Tabel 2.1. Perbandingan Dampak Hubungan Antara Metode Full Costing dan Variable Costing Hubungan antara produksi dan penjualan Dampak terhadap persediaan Hubungan antara laba dengan metode full costing dan variable costing Produksi = Laba bersih full costing = laba Tidak ada perubahan Penjualan bersih variable costing Produksi > Penjualan Produksi < Penjualan Persediaan meningkat Persediaan menurun Laba bersih full costing > laba bersih variable costing Laba bersih full costing < laba bersih variable costing

8 Penjelasan mengenai dampak perbandingan hubungan antara metode full costing dan variable costing (Tabel 2.1.) adalah sebagai berikut: a. Pada saat produksi dan penjualan sama, laba bersih yang dihasilkan sama tanpa dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Dengan menggunakan full costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke unit produk sebagai bagian dari harga pokok penjualan. Oleh karenanya dengan metode manapun, jika persediaan sama dengan penjualan, seluruh biaya overhead pabrik tetap yang terjadi pada tahun tersebut akan dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai beban, sehingga laba bersih dengan kedua metode tersebut hasilnya sama. b. Pada saat produksi melebihi penjualan, laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode full costing biasanya lebih tinggi dari pada laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan variable costing. Hal ini terjadi karena dengan menggunakan metode full costing, sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode tersebut dibebankan dalam persediaan. Dengan menggunakan variable costing, seluruh biaya overhead pabrik tetap akan dibebankan langsung sebagai pengurangan pendapatan pada periode tersebut. c. Pada saat produksi lebih rendah dari pada penjualan, laba bersih yang dilaporkan dengan metode full costing lebih rendah daripada laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode variable costing. Hal ini terjadi karena ada persediaan yang diterima dari tahun sebelumnya dan biaya overhead pabrik tetap yang sebelumnya ditangguhkan dalam persediaan berdasarkan metode full costing dikeluarkan dan dibandingkan dengan pendapatan. d. Setelah beberapa periode, laba bersih yang dilaporkan dengan menggunakan metode full costing dan variable costing akan cenderung sama. Alasannya adalah bahwa dalam jangka panjang, penjualan tidak mungkin melebihi produksi ataupun produksi melebihi penjualan. Dalam jangka pendek, laba rugi akan cenderung berbeda (Hansen dalam Setyaningrum 2013).

9 2.1.7. Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Full Costing dan Variable Costing Menurut Mulyadi (1990) 1. Dalam perencanaan laba jangka pendek Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Perencanaan jangka pendek biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing yang menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. 2. Dalam pengendalian biaya Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period cost dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi sehingga manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat dikendalikan. Di dalam variable costing, period costs yang terdiri biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan: discretionary fixed costs dan committed fixed costs. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen sehingga dapat dikendalikan oleh manajemen. Committed fixed costs merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok. Biaya ini merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. 3. Dalam pengambilan keputusan Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan

10 karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap didalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali. 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dan pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Analisis Biaya Dan Alat analisis yang Harga pokok penjualan per unit standar Nata Penetapan Harga digunakan yaitu de Coco koktail (produk akhir) menurut Pokok Penjualan dengan metode perhitungan metode perusahaan (Rp 551,-) Nata De Coco analisis full costing adalah lebih besar dari perhitungan harga Koktail (Sun Coco) dan variable pokok penjualan standar metode analisis yaitu (Kasus: PT. Tonsu costing. metode full costing dan variable costing Wahana Tirta, Kota (Rp 549,-). Depok, Jawa Barat) (Marfinanda, 2010) Evaluasi Penentuan Harga pokok Hasil evaluasi yang dilakukan menunjukkan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu produksi dapat ditentukan dengan bahwa biaya overhead pabrik yang belum dihitung adalah biaya overhead pabrik tetap Fajar Di Jumantono metode full costing yaitu biaya penyusutan mesin dan biaya (Wahyuningsih, 2009) atau variable penyusutan gedung. Harga pokok produksi costing. dengan metode full costing adalah untuk tahu putih Rp 8.032,00 per blabak/papan, sedang untuk tahu merah Rp 11.115,40 per blabak/ papan. Harga pokok produksi dengan metode variable costing adalah untuk tahu putih Rp 7.600,56 per blabak/ papan, sedang untuk tahu merah Rp 10.683,95 per blabak/ papan. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode Variable Costing PT. Tropica Cocoprima (Lambajang, 2013) Hasil perhitungan dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing. Hasil perhitungan dengan metode full costing menghasilkan harga pokok yang lebih besar yaitu Rp 29.943,-, sedangkan metode variable costing menghasilkan harga pokok yang lebih kecil yaitu Rp 4.599,- dikarenakan variabel menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi, dengan kata lain dapat menghasilkan laba yang besar bagi perusahaan.

11 2.3. Kerangka Pemikiran PKBM Cemerlang Laporan Hasil Penjualan Aktual Biaya Produksi Standar PKBM Proyeksi Penjualan Aktual Terhadap Biaya Produksi Standar Perusahaan (Laba Kotor) Keuntungan dan Kerugian PKBM Pengendalian Biaya Produksi Analisis Biaya dan Harga Pokok Analisis Biaya Produksi Analisis Harga Pokok Biaya Standar ( PKBM) Biaya Aktual Biaya Standar (M. Analisis) Perhitungan PKBM Harga Pokok Standar Harga Pokok Aktual Harga Pokok Standar Metode Analisis Harga Pokok Aktual Penyimpangan Biaya : B. Bahan Baku B. Tenaga Kerja BOP Selisih Analisis Laba Kotor Metode Harga Pokok dengan Laba Kotor Terbaik Selisih Analisis Laba Kotor Perencanaan Keuntungan Penjualan (MK, BEP, MIR dan MOS) Rekomendasi dan Alternatif Tindakan Koreksi (Biaya Produksi Standar) Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran