BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk mengetahui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 31 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 23 Universitas Indonesia. Gambaran Penghayatan..., Mitra Atensi, FPSI UI, 2008

3. Metode Penelitian

3. METODE PENELITIAN. 22 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan datanya tidak dibatasi pada kategori-kategori tertentu saja

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODEDAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODEPENELITIAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah,

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

3. METODE. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian kualitatif mengenai Gambaran Citra Diri (Body Image) pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

3. METODE PENELITIAN. 28 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. bagaimana peran ganda single parent dalam memberikan pola asuh. Agar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Makna hidup merupakan hal-hal yang dianggap sangat penting dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin. organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. akan diteliti melalui proses analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menggambarkan locus of control pada pasangan suami isteri yang hamil

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk mengetahui gambaran pembentukan identitas seksual gay dewasa awal maka untuk memahami subyek secara mendalam lebih tepat menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti mempelajari isu-isu tertentu secara mendalam dan mendetil karena pengumpulan datanya tidak dibatasi pada kategori tertentu saja (Poerwandari, 2011). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormrod, 2005; Patton, 2001; Saunder, Lewis & Thornhill, 2007 dalam Sarosa, 2012). Dalam penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton dalam Poerwandari, 2011). Menurut Poerwandari (2011), karakteristik yang khas dari pendekatan penelitian kualitatif antara lain adalah mendasarkan diri pada kekuatan narasi, studi dilakukan dalam situasi ilmiah, analisis kasusnya dilakukan secara induktif, adanya kontak personal secara langsung, perspektif holistik, perspektif perekembangan dan dinamis, berorientasi pada kasus yang unik, sirkuler, 43

44 fleksibelitas desain serta peneliti sebagai instrumen kunci. Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas merujuk ke kualitas penelitian itu sendiri (Golafshani, 2003 dalam Sarosa, 2012). Penelitian kualitatif yang berkualitas baik dapat membantu pemahaman terhadap suatu fenomena yang tampak membingungkan dan kompleks (Myers, 1997b, 2009; Patton 2001; Stahl & Brooke, 2008 dalam Sarosa, 2012). 3.2 Metode Pengumpulan Data Menurut Patton (2002 dalam Taylor, 2005), dalam penelitian kualitatif ada tiga jenis pengumpulan data, yaitu: 1) Wawancara mendalam dan terbuka 2) Observasi lapangan 3) Penelitian dokumen-dokumen tertulis Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi lapangan. Dimana wawancara sebagai metode utama sementara observasi lapangan sebagai metode pelengkap. 3.2.1 Wawancara Menurut Poerwandari (2011), wawancara adalah percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara lengkap, wawancara dapat didefinisikan sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab lisan, yang dikerjakan dengan sistematik berlandaskan pada tujuan penyelidikan (Widiawati, 2011).

45 Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi pada isu tersebut, suatu hal yang tidak dilakukan melalui pendekatan yang lain (Banister, dkk dalam Poerwandari, 2011). Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang kaya dan multi dimensi mengenai suatu hal dari para partisipan dalam berbagai situasi dan kondisi (Myers, 2009 dalam Sarosa, 2012). Tipe wawancara dapat digolongkan berdasarkan seberapa tingkat formalitas dan terstrukturnya wawancara tersebut, yaitu (Fontana & Frey, 2000; Myers & Newman, 2007; Saunders, Lewis & Thornhill, 2007 dalam Sarosa, 2012): 1) Wawancara Terstruktur 2) Wawancara Tidak Terstruktur 3) Wawancara Semi Terstruktur Dari ketiga tipe wawancara diatas, penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur sebagai metode utama dalam pengumpulan data. Wawancara semi terstruktur merupakan gabungan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Dimana wawancara jenis ini dimulai dari bentuk yang tidak berstruktur untuk menimbulkan suasana bebas, dilanjutkan dengan bentuk terstruktur supaya pembicaraan terarah pada tujuan (Widiawati, 2011). Urutan pertanyaan dan pembahasan tidak harus sama seperti pedoman, semua tergantung pada jalannya wawancara. Kemudian topik dan pedoman wawancara yang telah disiapkan harus diikuti dengan pertanyaan tambahan untuk menggali lebih jauh

46 jawaban partisipan (Sarosa, 2012). Dengan menggunakan jenis wawancara ini, peneliti berharap suasana santai dan bebas akan terbentuk saat wawancara berlangsung namun tetap terarah pada tujuan penelitian. Kemudian dengan pedoman yang tidak kaku, membuat peneliti leluasa melakukan probing untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari subyek. 3.2.2 Observasi Observasi adalah tindakan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang muncul dalam bentuk uraian deskriptif mengenai data kongkret dan tidak berupa kesimpulan dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2011). Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk, 1994 dalam Poerwandari, 2011). Dalam proses pengambilan data, tujuan observasi adalah mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati (Poerwandari, 2011). Dalam penelitian ini, observasi digunakan sebagai metode pelengkap. Penelitian ini menggunakan teknik observasi non partisipan yang bersifat tertutup, dimana peneliti hanya memerankan diri sebagai pengamat dan bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subyek (Istiqomah, 2010). Observasi dilakukan selama peneliti bertemu dengan subyek terutama selama proses wawancara berlangsung.

47 3.3 Alat Bantu Pengumpulan Data 3.3.1 Pedoman Wawancara Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) pada umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian (Pawito, 2007). Pedoman wawancara memuat apa saja yang setidaknya harus digali dari subyek dalam proses wawancara (Sarosa, 2012), biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail tetapi sekedar garis besar tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari informan yang nanti dapat dikembangkan dengan memerhatikan perkembangan, konteks, dan situasi wawancara (Pawito, 2007). Karena metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur maka pedoman wawancara perlu digunakan. Pedoman wawancara ini akan sangat membantu peneliti mengkontrol jalannya wawancara agar pembicaraan tidak melenceng (sesuai dengan apa yang dibutuhkan peneliti) sehingga depat menghemat waktu penelitian. Pedoman wawancara disusun berdasarkan pembahasan teori yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, mencakup pertanyaan-pertanyaan terbuka yang relevan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk menggali pembentukan identitas seksual gay dewasa awal. Setiap subyek memperoleh pertanyaan-pertanyaan yang kurang lebih sama, sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun.

48 3.3.2 Alat Perekam Suara Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai metode utama, maka ketajaman alat indra (khususnya telinga dan tangan) peneliti sangat diperlukan. Namun peneliti memiliki keterbatasan dalam penggunaan alat indranya. Untuk mengurangi kelemahan metode wawancara ini, maka digunakan alat perekam suara untuk membantu peneliti dalam pencatatan data. Dengan menggunakan alat perekam ini, peneliti mendapatkan data yang lengkap dan menyeluruh dari subyek. Peneliti juga dapat berkonsentrasi kepada subyek saat proses wawancara berlangsung, karena peneliti tidak sibuk sendiri untuk mencatat. Disamping itu, alat perekam suara ini juga membantu subyek dalam menganalisis data selanjutnya karena dipastikan data tidak akan ada yang hilang. Untuk menggunakan alat perekam suara, peneliti perlu memperhatikan etika wawancara. Sebelum merekam, peneliti meminta persetujuan terlebih dahulu kepada subyek dikenal sebagai inform consent. Inform consent adalah persetujuan sukarela yang dibuat oleh subyek setelah mendapat penejelasan mengenai sifat dan tujuan penelitian (Daymon & Holloway, 2002). Merekam tanpa sepengetahuan subyek dapat dianggap sebagai pelanggaran kode etik profesi. 3.4 Subyek Penelitian 3.4.1 Karakteristik Subyek Peneliti menentukan subyek penelitian sesuai dengan beberapa karakteristik, yakni sebagai berikut: a. Pria yang memiliki orientasi seksual homoseksual.

49 b. Subyek berada pada tahap perkembangan dewasa awal, yakni berusia antara 18 sampai 40 tahun (Hurlock, 1980). c. Subyek memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA atau sederajat. Dengan subyek memiliki kompetensi kognitif yang cukup memadai, peneliti beharap subyek tidak mengalami banyak kesulitan dalam memahami pertanyaan dan memberikan jawaban saat wawancara berlangsung. 3.4.2 Pemilihan Subyek Ada beberapa prosedur penentuan sumber data (subyek) yang diusulkan oleh Patton (1990 dalam Poerwandari, 2011), dimana pedoman pemilihan subyek pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, subyek diperoleh melalui prosedur pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional (theory based/operational construct sampling). Karena subyek dipilih dengan kriteria tertentu berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan penelitian (Poerwandari, 2011). Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif terhadap) fenomena yang dipelajari (Poerwandari, 2011). 3.4.3 Jumlah Subyek Penelitian Poerwandari (2011) mengemukakan penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan menggunakan subyek kecil karena fokusnya pada kedalaman dan proses. Penelitian kualitatif tidak menekankan upaya generalisasi (jumlah)

50 melalui perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan konteks subyek penelitian secara mendalam. Oleh karena itu, tidak ada batasan dalam penelitian kualitatif karena tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh kedalaman informasi pada masing-masing sampel yang diteliti, bukan untuk menggenaralisasi dengan banyaknya jumlah sampel. Jumlah subyek sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui dalam penelitian, tujuan penelitian, konteks saat itu, serta apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan subyek yang tersedia (Poerwandari, 2011). Karena tujuan penelitian ini untuk mendapatkan sebuah gambaran yang mendalam dari subyek, peneliti memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Akan tetapi peneliti memiliki keterbatasan waktu dalam penelitian ini maka peneliti memutuskan untuk menggunakan tiga orang subyek dalam penelitian ini. 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Persiapan Penelitian Peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara. Pedoman wawancara disusun berdasarkan pembahasan teori yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, mencakup pertanyaan-pertanyaan terbuka yang relevan dengan tujuan penelitian. Pedoman wawancara hanya berisikan pertanyaan terbuka berdasarkan pokok-pokok teori, maka memungkinkan banyaknya pertanyaan probing saat wawancara berlangsung. Kemudian peneliti juga membuat inform consent dan data demografi.

51 Setelah menyelesaikan pedoman wawancara, peneliti mencari calon subyek sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Peneliti meminta bantuan teman-teman peneliti dalam mencari subyek. Setelah memperoleh calon subyek, peneliti menghubungi ketiga calon subyek untuk menanyakan kesediaannya untuk diwawancara. Setelah ketiga subyek bersedia diwawancara, kemudian peneliti berusaha membangun rapport dengan ketiga subyek melalui sms, line massenger dan blackberry massanger. 3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Setelah tahap persiapan selesai, peneliti menghubungi ketiga subyek untuk membuat janji pertemuan. Karena ketiga subyek berada di tiga kota yang berbeda, peneliti mengatur janji pertemuan secara bergilir. Peneliti memberikan beberapa option tanggal kepada subyek untuk pelaksanaan wawancara dan kebetulan masing-masing subyek memiliki waktu luang pada option tanggal tersebut. Sehingga hal tersebut memudahkan peneliti untuk mengatur jadwal pertemuan dengan ketiga subyek. Sementara untuk tempat pelaksanaan wawancara masingmasing subyek yang menentukan sendiri. Peneliti terlebih dahulu menyelesaikan wawancara untuk subyek pertama di Jakarta kemudian dilanjutkan dengan subyek kedua di Bandung dan terakhir subyek ketiga di Yogyakarta. Proses pengumpulan data dalam penelitian selama kurang lebih dua minggu. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menjalin rapport awal dengan subyek melalui percakapan ringan tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan isi wawancara agar tercipta suasana yang santai. Selanjutnya peneliti menjelaskan

52 terkait penelitian dan proses wawancara kemudian meminta subyek untuk memahami dan menandatangani inform consent serta mengisi data demografi. Selanjutnya peneliti mempersiapkan alat perekam (telepon genggam), pedoman wawancara dan observasi serta alat tulis untuk mendukung kelancaran jalannya wawancara. Selama wawancara berlangsung peneliti tidak selalu mengikuti urutan pertanyaan dalam pedoman wawancara. Hal ini dilakukan karena banyak jawaban yang berkembang dan berkaitan satu sama lain. Peneliti juga selalu melakukan probing untuk memperoleh jawaban subyek yang mendalam. Berikut adalah keterangan waktu dan lokasi mengenai wawancara yang dilakukan pada masing-masing subyek: Subyek 1 (M) Wawancara dengan M berlangsung sebanyak tiga kali, yaitu dua kali secara langsung dan satu kali melalui Blackberry Massanger. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 10 Mei 2014 di rumah M dan dilanjutkan di salah satu kafe di kawasan Bintaro. Pertemuan dengan M dimulai pukul 21.00 23.20 WIB namun wawancara dilakukan selama kurang lebih satu jam. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 11 Mei 2014 di rumah M. Pertemuan dengan M dilakukan mulai pukul 18.30 20.00 WIB namun wawancara dilakukan selama kurang lebih satu jam. Wawancara ketiga pada tanggal 23 Mei 2014 melalui Blackberry Massenger dilakukan untuk menggali data yang kurang saat wawancara sebelumnya. Wawancara dengan R dilakukan sebanyak dua kali, yaitu satu kali secara langsung dan satu kali melalui Line Massenger. Wawancara dilakukan pada

53 tanggal 15 Mei 2014 dirumah R di kawasan Sukajadi Bandung. Pertemuan dengan R dimulai pukul 14.10 17.15 WIB namun wawancara dilakukan mulai pukul 14.33 16.29 WIB. Wawancara berlangsung selama kurang lebih dua jam. Wawancara kedua pada tanggal 29 Mei 2014 melalui Line Massenger untuk menggali data yang kurang saat wawancara pertama. Wawancara dengan S berlangsung sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 17 Mei 2014 ditempat tinggal S di pusat kota Yogyakarta. Pertemuan dengan S dimulai dari pukul 19.20 20.50 WIB namun wawancara dilakukan mulai pukul 19.38 20.41 WIB. Wawancara dilakukan selama kurang lebih satu jam. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 18 Mei 2014 di kosan teman S. Pertemuan dengan S dimulai dari pukul 16.30 19.00 WIB namun wawancara dilakukan mulai pukul 17.25 18.18 WIB. Wawancara dilakukan selama kurang lebih satu jam. 3.6 Analisis Data dan Penulisan Laporan Setelah pengumpulan data selesai, maka selanjutnya data harus diolah kemudian dianalisis. Menurut Jorgensen (Poerwandari, 2011) analisis merupakan proses memecahkan, memisahkan atau membongkar materi penelitian ke dalam potongan, bagian, elemen atau unit-unit tertentu. Dengan memecah ke dalam potongan yang dapat diatur, peneliti dapat memilih dan menyaringnya, mencari tipe, klasifikasi, rangkaian, pola atau keseluruhan. Penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolute untuk mengolah dan menganalisis data (Poerwandari, 2011). Penelitian kualitatif

54 cenderung menghasilkan jumlah data yang sangat banyak dan kurang terstruktur (Sarosa, 2012). Data penelitian kualitatif tidak berupa angka tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis (gambar, foto) ataupun bentukbentuk nonangka lainnya (Poerwandari, 2011). Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara dan observasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan kualitas data yang baik, peneliti memerlukan rencana dan cara yang tepat serta sistematis untuk mengolah dan menganalisisnya. Dalam melakukan analisis, peneliti harus memecah data ke dalam beberapa bagian yang kemudian diorganisir agar didapatkan pola-pola tertentu. 3.6.1 Jenis-Jenis Analisis Menurut Poerwandari (2011), analisis data terbagi menjadi dua jenis yaitu analisis intrakasus (within-case) dan interkasus (cross-case). Peneliti akan melakukan analisis intrakasus untuk melihat gambaran pembentukan identitas seksual dan etiologi gay yang dialami masing-masing subyek. Sedangkan analisis interkasus akan dilakukan untuk membandingkan gambaran-gambaran tersebut (hasil intrakasus) dari satu subyek ke subyek lainnya serta melihat persamaan dan perbedaan dari gambaran-gambaran tersebut.

55 3.6.2 Prosedur Analisis Data Setelah data terkumpul dalam bentuk rekaman suara hasil wawancara dan catatan mentah hasil observasi, peneliti mulai mengolahnya. Tahapan analisis dalam penelitian ini, yaitu: 1) Mengolah data dengan membuat verbatim hasil wawancara Peneliti membuat verbatim dari hasil rekaman suara ketiga subyek. 2) Mengidentifikasi tema-tema yang muncul Setelah verbatim masing-masing subyek selesai, peneliti membaca berulangulang hasil verbatim agar memperoleh informasi penting. Setelah itu peneliti menuliskan ke dalam kertas poin-poin tema, kata kunci dan kategori yang ditemukan dari verbatim masing-masing subyek. 3) Melakukan analisis intrakasus Peneliti menganalisis dengan cara data terkait hal-hal yang terjadi pada setiap subyek dan penjelasan terjadinya hal tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang telah dijelaskan dalam kajian teori. Analisis intrakasus dalam penelitian ini terdiri dari: a. Etiologi gay b. Pembentukan identitas seksual subyek 4) Melakukan analisis interkasus Analisis interkasus dilakukan setelah melakukan analisis intrakasus. Peneliti membandingkan hasil analisis intrakasus dari satu subyek ke subyek lainnya kemudian mencari persamaan dan perbedaannya.

56 5) Menuliskan hasil penelitian Peneliti menulis laporan dalam bentuk narasi deskriptif.