PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) DENGAN MODEL KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 PADANG JURNAL Oleh: METHA PUTRI WULANDARI 11090157 PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRISUMATERA BARAT PADANG 2016
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO GROUP EXCHANGE (GGE) DENGAN MODEL KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 PADANG Oleh Metha Putri Wulandari 1, Dina Amaluis, SE.MM 2, Stevani, S.Pd, M.PdE 3 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2,3) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Email : methaputri1993@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang. (2) model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang. Hasil analisis data menggunakan uji Z diperoleh bahwa Z hitung sebesar 2.88 > Z tabel sebesar 0.9978, maka H 0 ditolak dan Ha diterima. Dan hasil analisis data menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen nilai rata-rata sebesar 77.41 sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 71,30. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang. ABSTRACT The research is almed to analize: the differences in learning outcomes using active learning model type Group to Group Exchange (GGE) with conventional models in social studies class VII junior high school 5 padang. The results indicated that (1) The active learning types Group to Group Exchange (GGE) in social studies class VII junior high school 5 Padang. (2) The conventional models in social studies class VII junior high school 5 Padang. The results of data analysis using the Z test was obtained that Z hitung 2.88 > Z tabel 0.9978, then H 0 rejected dan Ha accepted. And the results of data analysis showed that the experimental class average value of 77.41 while the control class average value of 71,30. So we can say that there is increased activity of students in the experimental class compared with the control class. This means that there are differences in the results of learning to use active learning types Group to Group Exchange (GGE) with conventional models in social studies class VII junior high school 5 padang. Keywords : learning outcomes, active learning model type Group to Group Exchange (GGE) and conventional models.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat, maupun lingkungannya. Pendidikan bagaikan cahaya penerang yang berusaha menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan dan makna kehidupan ini. Manusia sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya lewat metode pengajaran atau dengan cara lain yang telah diakui oleh masyarakat. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Adanya pendidikan dasar 9 tahun menunjukkan bahwa pemerintah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan dari pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Menurut Somantri (Sapriya, 2008:9) menyatakan bahwa IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmuilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Namun, berdasarkan pengamatan penulis selama observasi dilapangan SMP Negeri 5 Padang, dimana dalam proses pembelajaran guru masih dominan memberikan materi secara konvensional dan dalam proses pembelajaran kurangnya motivasi siswa untuk belajar, dimana saat guru menerangkan pelajaran sebagian besar siswa tidak memperhatikan dengan serius dan hanya mencatat, tetapi tidak memahami isi materi pembelajaran, kemudian siswa banyak mengantuk dan meribut. Dengan mengatasi masalah yang terjadi maka penulis ingin menciptakan pembelajaran yang membantu siswa agar aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Maka penulis mencoba menggunakan model Group to Group Exchange (GGE) karena model ini dianggap lebih efektif dalam mengungkapkan masalahmasalah siswa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Minimnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hasil belajar IPS siswa relatif masih rendah, banyak nilai siswa yang belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah, yaitu. Hal ini terlihat pada Tabel 1 yang memaparkan nilai ujian mid semester I siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang untuk mata pelajaran IPS.
Tabel 1 Data Nilai Ujian Mid Semester I IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016 Kelas VII 1 VII 2 VII 3 VII 4 VII 5 VII 6 VII 7 VII 8 VII 9 Jumlah Siswa 36 35 35 34 35 35 35 35 33 KKM Nilai Rata-rata 60,88 57,94 56,97 53,23 64,45 55,20 54,45 56,68 56,72 Ketuntasan Siswa Tuntas Tidak Tuntas Jumlah (%) Jumlah (%) 6 16,6 30 83,4 2 5,7 33 94,3 2 5,7 33 94,3 0 0 34 100 10 28,6 25 71,4 0 0 35 100 2 5,7 33 94,3 1 2,9 34 97,1 0 0 33 100 Total 313 23 7,3 290 92,7 Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 5 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016 Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai Mid Semester I kelas VII SMP Negeri 5 Padang ada yang berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu. Siswa yang nilainya dibawah KKM paling banyak terdapat dikelas VII 4, VII 6 dan VII 9. Dan juga, dari 313 siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang terdapat 23 orang siswa yang tingkat hasil belajarnya tinggi sedangkan siswa yang tingkat hasil belajarnya rendah terdapat 290 orang siswa. Berdasarkan nilai mid semester I tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir 92,7% siswa kelas VII berada pada ukuran tingkat hasil belajar dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu. Selain itu, nilai rata-rata IPS siswa masih dibawah batas KKM mata pelajaran IPS. Berdasarkan pengamatan, masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) minat belajar siswa sangat rendah terhadap mata pelajaran IPS, (2) siswa kurang aktif, karena pembelajaran masih berpusat pada guru, bukan pada siswa, (3) pemahaman siswa terhadap konsep IPS masih rendah, yaitu masih sebatas hapalan, (4) strategi pembelajaran yang digunakan guru monoton dan tidak membangkitkan aktivitas siswa. Agar pembelajaran berpusat pada siswa, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini ditujukan agar siswa mau bertanya dan berani menyatakan pendapat mereka selama proses pembelajaran. Pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) sebagai salah satu tipe pembelajaran aktif mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya dari segi efisiensi waktu dan penerapan pembelajaran aktif tipe GGE yang tidak terlalu sulit. Dalam pembelajaran aktif tipe GGE siswa dilatih untuk saling bekerja sama dalam kelompok.
Dalam pembelajaran, siswa aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata. Melalui pembelajaran aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya melibatkan mental tetapi juga fisik, Melalui pembelajaran aktif tipe GGE ini diharapkan siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang berjudul Perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model Konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang. KAJIAN PUSTAKA Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan kebutuhan pokok bagi seorang siswa. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi dengan baik, guru maupun siswa perlu memahami pengertian belajar dengan baik. Belajar merupakan suatu proses perubahan melalui interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan, seperti yang dikemukakan oleh Arnie (2002:10) Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya fikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain. Oemar (2008:57) menyatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam pembelajaran, siswa dipandang sebagai titik sentral. Untuk itu guru harus mampu mengkoordinasikan semua unsur pembelajaran agar siswa dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Hasil Belajar Menurut Oemar (2003:30) mengemukakan bahwa Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Mudjiono (2006:3) mengemukakan bahwa Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah penyempurnaan kurikulum pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh kurikulum 1994 diganti menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kemudian pada tahun 2006 pemerintah telah
menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengganti KBK dan disempurnakan ke Kurikulum 2013, dan ditahun 2014 kembali lagi ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaan KTSP ini, setiap satuan pendidikan diberikan hak penuh (otonomi) untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum berdasarkan potensi sekolah, karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Untuk itu setiap sekolah dituntut untuk mampu menyusun silabus, indikator dan materi ajar sendiri. Pembelajaran Aktif Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata (2009:14) menyebutkan bahwa Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) Pembelajaran aktif tipe GGE merupakan tipe pembelajaran aktif yang memperlihatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, karena dalam pelaksanaannya akan terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi antar kelompok belajar siswa. Pembelajaran aktif tipe GGE membantu siswa agar lebih saling mengenal dan untuk membangun semangat tim dalam sebuah kelompok yang sudah akrab satu sama lain. Tipe ini juga menyemarakkan lingkungan belajar aktif dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat secara terbuka dan berbagi ilmu, sehingga dapat mencapai hasil yang bisa mereka banggakan. Model Pembelajaran Konvensional Menurut Ruseffendi (2005:17) menyatakan bahwa Dalam model konvensional, guru merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter, guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu, guru langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contoh-contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan, meniru polapola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si guru menyelesaikan soal dan murid bertindak pasif. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, dikemukakan rumusan hipotesis kerja (H1) sebagai berikut: (H a ): Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa dalam model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model Konvensional kelas VII SMP Negeri 5 Padang. (H 0 ): Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa dalam model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model Konvensional kelas VII SMP Negeri 5 Padang.
METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research). Menurut Sumadi (2014:98) menyatakan bahwa Penelitian eksperimental semu bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Padang. Dijalan Komplek Perumka Sawahan Padang. Waktu penelitiannya dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran, pertemuan 1-3 kegiatan belajar mengajar, khusus pertemuan keempat post tes. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen untuk model tipe Group to Group Exchange (GGE) dan kelas kontrol untuk model konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang yang terdaftar pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel yang diambil haruslah sampel yang representatif yaitu sampel yang dapat menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Dalam pengambilan sampel secara Purposive Sampling yang mana di lakukan secara sengaja. Jadi teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Penggunaan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dapat diterapkan pada kelas VII 8, sedangkan model konvensional diterapkan pada kelas VII 9 SMP Negeri 5 Padang yang belum mencapai KKM. Penilaian ini ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar kedua kelas ini hampir sama, yaitu kelas VII 8 dengan nilai rata-rata 56,68 dan kelas VII 9 dengan nilai rata-rata 56,72. Setelah didapat dua kelas sampel maka ditetapkan kelas VII 8 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII 9 sebagai kelas kontrol. Sampel penelitian ini berjumlah 68 orang terdiri dari 35 orang siswa kelas eksperimen dan 33 orang kelas kontrol. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Menurut Arikunto (2010:161) menyatakan bahwa Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka. Jenis data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek yang diteliti. Sebagai data primer adalah hasil belajar IPS
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian IPS siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang tahun pelajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes tertulis berbentuk objektif yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar pada ranah kognitif dan lembaran observasi untuk memperoleh data hasil belajar pada ranah afektif. Instrumen penilaian ranah kognitif ini adalah soal tes tertulis berbentuk objektif yang terdiri dari empat pilihan jawaban. Penilaian hasil belajar pada ranah afektif dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan pada penilaian ini adalah lembaran observasi ranah afektif. Sebelum peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan Tabel 2 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal uji coba. Uji coba soal dilakukan di kelas VII 2 SMP Negeri 30 Padang sebagai sekolah yang diujicoba. Menganalisis hasil uji coba soal tes akhir untuk menentukan soal yang layak dipakai untuk soal tes akhir. Menurut Arikunto (2007:207) menyatakan bahwa Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Slameto (2001:216) menyatakan bahwa Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut benar-benar cocok mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Apabila r hitung > r tabel maka item tes tersebut dikatakan valid sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka item tersebut tidak valid. Reliabel merupakan ketetapan suatu tes apabila digunakan pada subjek yang sama. Untuk menemukan reliabilitas tes, digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 21). Untuk klasifikasi reliabilitas soal digunakan skala No Indeks Reliabilitas Klasifikasi 1. 0,00 < r H 0,20 Sangat rendah 2. 0,20 < r H 0,40 Rendah 3. 0,40 < r H 0,60 Sedang 4. 0,60 < r H 0,80 Tinggi 5. 0,80 < r H 1,00 Sangat Tinggi Sumber: Slameto (2001:215) Soal yang digunakan adalah soal dengan reliabilitas r 11 0,40. Dari hasil uji coba instrumen penelitian diperoleh reliabilitas soal 0,91 dengan klasifikasi tergolong sangat tinggi.
Kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal, seluruh pengikut tes dideret mulai dari skor tertinggi sampai terendah, kemudian diambil dua kelompok, yaitu 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Indeks daya pembeda soal dapat diklasifikasikan pada tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal No Indeks Daya Pembeda Klasifikasi 1. 0,00 0,20 Jelek 2. 0,21-0,40 Cukup 3. 0,41-0,70 Baik 4. 0,71-1,00 Baik Sekali Sumber: Sudijono (2009:389) Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka soal yang diambil adalah soal yang memiliki daya beda D > 0,2. Dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 9 item soal dengan daya beda sangat baik, 17 item soal dengan daya beda baik, 4 item soal dengan daya beda cukup dan 10 item soal dengan daya beda jelek. Tingkat kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal No Indeks kesukaran Klasifikasi 1. 0,00 0,30 Sukar 2. 0,30 0,70 Sedang 3. 0,70 1,00 Mudah Sumber: Arikunto (2012:210) Soal yang digunakan adalah soal dengan tingkat kesukaran (P) = 0,3-0,7. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba, terdapat 5 item soal yang tergolong sukar, 29 item soal tergolong sedang dan 6 item soal tegolong mudah. Berdasarkan hasil analisis soal yang dilakukan terhadap 40 item soal, dapat disimpulkan bahwa 25 item soal dipakai dan 15 item soal dibuang. Artinya, ada 25 item soal yang layak digunakan sebagai soal tes akhir karena telah memenuhi kriteria soal yang baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji chikuadrat. Hasil uji normalitas tes akhir kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMP Negeri 5 Padang No Kelas Sampel n X 2 hitung X 2 tabel Ket 1. Eksperimen 35-5,233 11,070 Normal 2. Kontrol 33-71,744 11,070 Normal Sumber: Pengolahan Data Primer 2016 Berdasarkan uji normalitas pada Tabel diatas dilihat bahwa pada kelas eksperimen di dapat X 2 hitung = -5,233 < X 2 tabel = 11,070 dan pada kelas kontrol di dapat bahwa X 2 hitung = -71,744 < X 2 tabel = 11,070. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas tes akhir diantara kedua kelas sampel diperoleh harga F hitung adalah 1,07 sedangkan F tabel untuk taraf nyata 0,05 dengan dk pembilang 34 dan dk penyebut 32 adalah 1,82. Dengan demikian F hitung < F tabel berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas tes akhir kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMP Negeri 5 Padang No Kelas Sampel N Varians F hitung F tabel Ket 1. Eksperimen 35 79,13 2. Kontrol 33 73,59 Sumber: Pengolahan Data Primer 2016 1,07 1,82 Homogen Berdasarkan uji Homogenitas pada Tabel diatas diketahui bahwa pada kelas eksperimen dengan N = 35 dan Varians sebesar 79,13 dan kelas kontrol dengan N = 33 dan Varians sebesar 73,59 di dapat F hitung = 1,07 yang lebih kecil dari pada
F tabel = 1,82 maka sampel mempunyai varians yang Homogen. Uji Hipotesis Uji hipotesis adalah pengujian data mengenai adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa dalam model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model Konvensional kelas VII SMP Negeri 5 Padang. Untuk melihat perbedaan tersebut digunakan uji kesamaan dua rata-rata yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:203) yaitu uji Z. Dari penggunaan uji Z didapat Z hitung sebesar 2.88. Perumusan dalam penelitian ini adalah hasil siswa yang proses belajar mengajarnya model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang proses belajar mengajarnya menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS. Penggunaan rumus rata-rata, standar deviasi, dan Z hitung.. Hasil uji hipotesis tes akhir kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil perhitungan Mean, Standar deviasi dan T hitung Uraian Besaran n 1 35 n 2 33 x 1 77.41 x 2 71.30 s 1 79.13 s 2 73.59 Z hitung 2.88 Z tabel 0.9978 Sumber: Pengolahan Data Primer 2016 Dari Tabel diatas diketahui nilai x 1 = 77.41 (rata-rata nilai dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dan x 2 = 71.30 (rata-rata nilai dengan menggunakan model konvensional). Hal ini berarti hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model konvensional. Pada perhitungan uji hipotesis di dapat nilai Z hitung sebesar 2.88 dan Z tabel sebesar 0.9978 pada taraf nyata 0,05 dengan demikian Z 0 = 2.88 > Z t = 0.9978 maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil belajar pada kelas kontrol, sehingga pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) yang diterapkan sesuai dengan yang diharapkan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang berarti penggunaan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) dengan model konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 5. Ini terlihat dari rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 80,00 dan pada rata-rata nilai kelas kontrol adalah 68,16. Jadi penerapan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) lebih tinggi dari pada model konvensional kelas VII SMP Negeri 5 Padang. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang: 1 Untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan dalam penggunaan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada mata pelajaran IPS hendaknya dipersiapkan secara matang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. 2 Interaksi penggunaan model pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar, untuk itu guru perlu merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar. 3 Diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajran yang sesuai dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan siswa merasa belajar lebih menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Bandung: Warsito. Suryabrata, S. (2014). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik-Revisi ke X. Jakarta: Rhineka Cipta. Suharsimi, A. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.