BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

Kasus penyalahgunaan narkoba

Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Latar Belakang Tujuan Lokasi survei

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEADAAN KELUARGA DENGAN PERILAKU RELAPSE (KEKAMBUHAN) NARKOBA PADA RESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Syahrial, Volume 1 Nomor 2 Tahun Pengetahuan Siswa Kelas X dan XI Tentang Narkoba di SMKN 1 Bangkinang Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI RSJ PROF. HB. SA ANIN. Elviza Rahmadona 1 Helfi Agus n 1

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk pada kelompok remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus disikapi dengan ketat. Dampak perubahan tersebut antara lain mereka jadi suka berpetualang dan mencoba hal-hal baru. Kemudahan akses informasi dan globalisasi juga membuat remaja harus menghadapi berbagai tantangan dan jika tidak segera ditangani dapat berpengaruh buruk bagi mereka, seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya) (1). Korban penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional (1). NAPZA atau Narkoba adalah bahan / zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik dengan cara diminum, dihirup, ataupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Efek kecanduan yang dimiliki NAPZA akan membuat penggunanya ketagihan dan terus-menerus menggunakannya. Penggunaan dalam jangka panjang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadi kerusakan Sistem Saraf Pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati, dan ginjal. Pemakaian NAPZA yang melebihi takaran akan menyebabkan over dosis dan dapat mengakibatkan kematian.

Dampak negatif dari penyalahgunaan NAPZA, di antaranya berupa perilaku kekerasan dan penularan HIV/AIDS (Human Immunidefficiency Virus / Acquired Immunodefficiency Syndrom) (1, 2). Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap NAPZA di dunia begitu memprihatinkan. Laporan UNODC (United Nations Office on Drug and Crime) menyebutkan bahwa setiap tahunnya negara-negara di dunia dibanjiri oleh 1.000 ton heroin, 1.000 ton kokain, sejumlah besar ganja, hashish dan ATS. Jumlah Current Users di seluruh dunia juga terus meningkat. Pada tahun 2009, 2010, 2011 secara berturut-turut adalah 272, 300, dan 315 juta orang. Selain itu ada 200 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat narkoba.hal itu karena akibat jumlah narkoba yang beredar cukup besar dan pengguna narkoba yang memperoleh pemulihan masih relatif kecil (3, 4). Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa prevalensi penyalahguna NAPZA di Indonesia terus mengalami peningkatan. Prevalensi penyalahgunaan NAPZA tahun 2011, 2012, 2013 secara berturut-turut sebesar 2,32% (4 juta orang); 2,44% (4,3 juta orang); dan 2,56% (4,5 juta orang). Sebanyak 22% dari jumlah tersebut berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Jika tidak ditanggulangi dengan baik, diperkirakan tahun 2015 jumlahnya akan meningkat lagi menjadi 5 juta orang atau 2,8% dari total jumlah penduduk (2, 5). Jumlah kasus narkoba yang berhasil ditangani Kepolisian RI juga meningkat, dari 28.727 kasus dengan 35.640 orang tersangka tahun 2012 menjadi 32.470 kasus dengan 40.057 tersangka pada tahun 2013. Dari jumlah kumulatif tersangka narkoba tahun 2008-2012, sebanyak 9.127 orang (4,83%) merupakan usia remaja (16-19 tahun), dan 3.120 orang (1,65%) masih berstatus sebagai pelajar. Dalam hal upaya rehabilitasi, selama kurun waktu 2010 sampai 2014 telah direhabilitasi sebanyak 34.467 residen baik melalui layanan Rehabilitasi Medis maupun sosial di

tempat rehabilitasi pemerintah maupun masyarakat. Hasil itu masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah narkoba ilegal yang beredar di Masyarakat. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk di bidang kesehatan (2, 6). Saat ini tidak ada satu provinsi pun di indonesia yang bebas dari masalah penyalahgunaan NAPZA, tidak terkecuali Sumatera Barat. Hasil penelitian BNN dan UI tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Sumatera Barat sebesar 1,4% atau sebanyak 46.333 orang. Badan Narkotika Nasional (BNN) menguraikan data tindak pidana dan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Barat yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007, kasus tindak pidana narkoba mencapai 281 kasus dan sebanyak 319 kasus pada tahun 2008. Pada tahun 2009, kasus tindak pidana narkoba mengalami sedikit penurunan yaitu sebanyak 307 kasus. Namun, keadaan ini tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya, sehingga kasus tindak pidana narkoba di Sumatera Barat kembali mengalami peningkatan yaitu sebanyak 322 kasus pada tahun 2010 dan sebanyak 381 kasus pada tahun 2011 (2). Mantan penggunan NAPZA ini akan melakukan kembali tindakan yang pernah mereka lakukan apalagi didukung dengan fakto-faktor yang sangat mempengaruhi mereka untuk menngunakan kembali, 62% dari mantan pengguna NAPZA kembali menggunakannya, 48% diantaranya berusia 10-20 tahun, 70,83% berusia 21-40%, 59,38% berpendidikan rendah dan 64,7% berpendidikan tinggi (7). Jumlah penyalahguna NAPZA di Sumatera Barat yang terdata sekitar 63.873 orang. Jumlahnya jauh lebih tinggi karena populasi mereka tersembunyi, dan hampir setengah dari penghuni Lapas di Sumatera Barat adalah tahanan kasis NAPZA. Salah satu daerah di Sumatera Barat dengan kasus tindak pidana dan penyalahgunaan narkoba adalah Kota Padang. Kepolisian Daerah Sumatera Barat (POLDA SUMBAR) Direktorat Reserse Narkoba menguraikan bahwa

terdapat 102 kasus tindak pidana dan penyalahgunaan narkoba di Kota Padang dengan berbagai jenis narkoba pada Desember 2012 lalu. Dilihat dari jumlah kasus narkoba tahun 2013, di kota Padang terdapat 88 kasus dengan 116 orang tersangka, namun tidak ada yang berstatus pelajar (8, 9). Bersdasarkan hasil rekapitulasi di poliklinik instalasi NAPZA RSJ Prof. HB Saanin diperoleh kunjungan residen di kota Padang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rekapitulasi kunjungan pasien di poliklinik instalasi NAPZA RSJ Prof. HB Saanin pada tahun 2010 sebanyak 89 penderita NAPZA, tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebanyak 334 penderita NAPZA, tahun 2014 sebanyak 201 dantahun 2015 kembali meningkat menjadi 294 penderita NAPZA (10) Meskipun seorang penyalahguna NAPZA telah mengikuti program rehabilitasi, masih banyak dari mereka yang kembali menggunakan NAPZA (kambuh). Hal ini disebabkan oleh ada situasi atau benda-benda tertentu yang dapat merangsang mereka untuk kembali menggunakan NAPZA. Menurut penelitian Hawari menyatakan bahwa adanya pengaruh/bujukan teman merupakan awal seseorang menggunakan NAPZA, lebih dari separuh responden yang terpengaruh oleh bujukan teman dan lebih dari separuh responden yang kembali menggunakan Narkotika dan psikotropika (kambuh kembali). Berdasarkan hasil penelitian Danial factor yang mempengaruhi kekambuhan kembali penderita NAPZa adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahum, motivasi, dukungan keluarga, status ekonomi, ketaatan beribadah dan teman sebaya (11-14). RSJ Prof HB Saanin Padang merupakan Rumah sakit UPTD pemerintah daerah profinsi Sumatera Barat kelas A dengan kapasitas 200 tempat tidur, rumah sakit ini terletak di Jl. Ulu Gadut, Kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera Barat. RSJ Prof HB Saanin Padang dibangun

dengan visi menjadi rumah sakit jiwa terbaik di Wilayah Sumatera Barat tahun 2010 dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dicapai dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa bersifat promotif, prefentif, kuratif fan rehabilitative, meningkatkan pelayanan jiwa subspesialis, usia sekolah, menumbuhkembangkan budaya kebersamaan dan keihklasan, meningkatkan sumber daya aparatur dan mengembangkan penelitian kesehatan jiwa dan budaya Minangkabau. (15) Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien penyalahgunaan NAPZA di poliklinik instalasi napza Prof. Hb.Sa anin Kota Padang Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza Prof. Hb.Sa anin Kota Padang Tahun 2015?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.1.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien penyalahgunaan NAPZA di poliklinik instalasi napza Prof. Hb.Sa anin Kota Padang Tahun 2015. 1.1.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan, sikap, motivasi pasien dan peran teman terhadap kekambuhan penyalahgunaan narkoba di Poliklinik Instalasi NAPZA RSJ. Prof. HB. Sa anin Kota Padang Tahun 2015.

2. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dengan kekambuhan penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza RSJ. Prof. HB. Sa anin Kota Padang tahun 2015. 3. Diketahuinya hubungan sikap dengan kekambuhan penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza RSJ. Prof. HB. Sa anin Kota Padang tahun 2015. 4. Diketahuinya hubungan motivasi dengan kekambuhan penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza RSJ. Prof. HB. Sa anin Kota Padang tahun 2015. 5. Diketahuinya peran teman dengan kekambuhan penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza RSJ. Prof. HB. Sa anin Kota Padang tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teorits 1. Kegiatan penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam proses belajar khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat dan aplikasi langsung dilapangan serta menambah wawasan tentang penyalahgunaan narkoba. 2. Menambah wawasan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginformasikan data yang dikumpulkan 3. Sebagai referensi untuk menambah wawasan keilmuan dalam perkembangan ilmu kesehatan masyarakat. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan pertimbangan kajian bagi pimpinan Rumah Sakit terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba. 2. Bagi Masyarakat

Membantu masyarakat dengan informasi kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan kembali penyalahgunaan narkoba. 1.5 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien penyalahgunaan NAPZA di Poliklinik Instalasi Napza Prof. HB. Sa anin Kota Padang tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah case control yang dilakukan pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sampai bulan Desember 2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling menggunakan tabel bilangan random, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan diolah menggunakan software computer.