1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami perkembangan yang luar biasa. Perusahaan-perusahaan besar sangat mengerti akan arti dari sebuah laporan keuangan perusahaan dimana laporan keuangan tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada pihak internal dan eksternal perusahaan. Untuk itulah peranan dari akuntan publik sebagai pihak independen yang terpercaya sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan terutama yang berbentuk Perseroaan Terbatas (PT) dimana pengelolaannya dilakukan oleh manajemen profesional yang ditunjuk oleh perusahaan melalui persetujuan pemegang saham dimana pada akhir tahun para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban dari manajemen perusahaan dalam bentuk laporan yang sudah dilengkapi dengan laporan auditor yang memuat pernyataan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan. Proses audit merupakan proses yang harus dilakukan perusahaan setiap tahunnya, sebab jika laporan keuangan tidak diaudit akan menimbulkan ketidakpercayaan publik akan kewajaran laporan keuangan tersebut. Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan
2 begitu tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari terjadinya skandal besar dan malpraktik bisnis yang telah melibatkan profesi akuntansi. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya memberikan pelajaran untuk mengedepankan etika dalam melaksanakan praktik profesi akuntansi. Hal ini dikarenakan etika profesi banyak yang tidak ditaati, yang tercermin dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankannya. Krisis moral dalam dunia bisnis pada decade terakhir ini adalah kasus Enron, yang didalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm Arthur Anderson:. Suatu kasus yang sedemikian kompleks yang kemudian diikuti mencuatnya kasus-kasus besar lainnya. Skandal keuangan ini tidak saja berakibat pada menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang ditandai dengan menurunkannya harga saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jone), tetapi kemudian juga merembet ke Negara-negara lainnya (Suharto, 2002). Di Indonesia kasus serupa pun terjadi, misalnya, kasus audit PT. Telkom oleh KAP Eddy Pianto & Rekan (Media Akuntansi, 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan audit PT. Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang pun diminta dan dilakukan oleh KAP yang lain. Kasus lainnya yang cukup menarik perhatian adalah keterlibatan 10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku operasi dan bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002;Baidaie, 2000). Bahkan dalam kasus ini KAP besar pun disebut-sebut turut terlibat (Media Akuntansi,
3 2002). Selain itu terdapat kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP KPMG Shidarta Shidarta & Hartono (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/ PTEC) untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban wajib pajak yang harus dibayarkan (Sinaga dkk, 2001). Sebuah kasus ironis, karena pengungkapannya justru dilakukan oleh pemegang otoritas pasar modal Amerika Serikat (SEC). bertolak dari kasus-kasus di atas, dan kemudian dihubungkan dengan krisis ekonomi di Indonesia, Akuntan seolah menjadi profesi yang harus dan paling bertanggung jawab. Dalam hal ini, karena pihak yang demikian pentingnya dalam masyarakat bisnis, akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggungjawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi kontekstual ini memerlukan perhatian dalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan, termasuk didalamnya melalui penelitian. Di Indonesia, issue ini berkembang sejalan dengan telah terjadinya pelanggaran publik, akuntan internal maupun akuntan pemerintah. Pelanggaran etika oleh akuntan publik misalnya dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan. Pelanggaran etika oleh akuntan internal misalnya dapat berupa perekayasaan data akuntansi untuk menunjukan kinerja keuangan agar tampak lebih baik daripada yang sebenarnya. Sedangkan pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan pemerintah dapat berupa pelaksanaan tugas pemeriksaan yang tidak
4 semestinya karena didapatkan insentif tambahan dalam jumlah tertentu dari klien. Beberapa pelanggaran yang sering terjadi meliputi adanya perpindahan staf/ partner dari satu kantor akuntan ke kantor akuntan lain tanpa adanya pemberitahuan kepada kantor akuntan terdahulu, untuk mendapatkan klien akuntan publik sering menawarkan imbalan (fee) yang jauh lebih rendah daripada imbalan yang dibayarkan kepada kantor akuntan sebelumnya. Pelanggaran berikutnya, terdapat kasus dimana akuntan tidak mampu menemukan adanya tindakan manajemen laba, ada indikasi bahwa akuntan tidak independen dan justru bekerja sama dengan manajemen perusahaan untuk mneghindari standar akuntansi (Wyatt, 2004). Namun hal ini terjadi karena banyaknya kantor akuntan publik yang memberikan jasa konsultasi kepada klien disamping jasa audit. Berbagai tindakan manipulasi laporan keuangan tersebut seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan memiliki pemahaman baik dan berpegang teguh kepada etika profesinya. Sebab sebagai seorang professional, akuntan seharusnya bekerja dengan sikap professional dengan melandaskan pada standar moral dan etika tertentu (Eka Yani dan Putra, 2003). Untuk mendukung profesionalisme akuntansi, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan standar profesi yang memuat seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional yaitu kode etik ikatan akuntan Indonesia yang mengatur tentang norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan
5 dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Alasan yang mendasari diperlukan kode etik sebagai standar perilaku profesional tertinggi pada profesi akuntan adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi akuntansi terlepas dari yang dilakukan perorangan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akuntan akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntansi (Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana dan Universitas Trisakti). B. Rumusan masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diungkapkan, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi S1 Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana dan Universitas Trisakti dalam menilai etika profesi akuntansi yang dijalankan akuntan publik, akuntan internal maupun akuntan pemerintah?
6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi di Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana dan Universitas Trisakti dalam mempersepsikan etika profesi yang dijalankan oleh para pelaku profesi akuntansi. D. Manfaat penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi penulis, untuk mengetahui perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi PTN dan PTS di Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana dan Universitas Trisakti serta membandingkan kajian teoritis dengan kajian empiris serta untuk menjadi tolok ukur untuk melakukan penelitian lanjutan di masa yang akan datang. 2. Bagi pembaca, untuk memberikan tambahan wawasan dan mengembangkan kesadaran dan pemahaman terhadap etika profesi akuntansi serta informasi secara tertulis maupun sebagai referensi.
7 3. Adapun bagi Universitas Mercu Buana, hasil penelitian diharapkan untuk menambah khazanah perpustakaan akademik dan menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas akademik. 4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.