I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PERENCANAAN JALUR HIJAU JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DESA KEMDANG KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pulau, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah

BAB III METODE PENELITIAN

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

Gambar 18. Kondisi Jalan Menuju Tapak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

RANCANGAN RKPD DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kepariwisataan menjadi suatu industri yang populer karena manfaat

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

I-1 BAB I PENDAHULUAN

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi era globalisasi. Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 selanjutnya direvisi

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mana seseorang tidak dapat memenuhi atau memperoleh manfaat dari sumber. seseorang tidak dapat mencapai kondisi sejahtera.

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata sebagai suatu aspek pembangunan telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setelah Bali dan Yogyakarta, Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah tujuan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kabupaten Gunungkidul dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Gunungkidul yang terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa (www.gunungkidulkab.go.id akses pada 17 Desember 2014). Kabupaten Gunungkidul kaya akan sumber daya alam. Selain memiliki pantai selatan yang menjadikan daya tarik wisatawan juga memiliki pegunungan kapur, topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai kawasan karst pegunungan sewu yang bentangnya meliputi wilayah Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst. Fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology 1

2 mengusulkan agar kawasan karst pegunungan sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Gunungkidul telah menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara langsung maupun tidak langsung, hal ini juga akan ikut mensejahterakan masyarakat Gunungkidul. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul memberikan impuls agar siklus ini tetap berkembang dan berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur yang memadahi. Infrastruktur ini dapat difungsikan sebagai media pencapaian wilayah pantai selatan, karena jalur tersebut tepat melintasi pesisir pantai selatan. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengusulkan menjadi salah satu dari daerah yang dilintasi oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang merupakan jalan penghubung dari daerah Jawa Timur sampai daerah Jawa Barat. Harapannya infrastruktur ini dapat difungsikan sebagai media pencapaian wilayah pantai selatan karena jalur tersebut tepat melintasi pesisir pantai selatan. Meski belum seluruh jalur jalan diperlebar dan diaspal, namun saat ini dampak dari Jalan Lintas Selatan (JJLS) sudah semakin dirasakan oleh masyarakat. Ada beberapa desa yang semula terisolir kini sudah terbuka, demikian pula beberapa objek wisata pantai yang semula belum dikenal, diharapkan dengan selesainya Jalan Lintas Selatan (JJLS) akan menjadi objek wisata yang terkenal, juga menjadi jalur utama dari Jawa Timur-Banten lewat pesisir pantai selatan (www.gunungkidulkab.go.id akses pada 17 Desember 2014).

3 Sebagai wilayah yang dilintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dari aspek lingkungan perlu diperhatikan. Permasalahan yang akan muncul pasca pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tanpa adanya penanganan terhadap lingkungan sekitar jalan yaitu perubahan iklim mikro yang panas serta udara yang kurang sehat karena pengaruh dari gas buang kendaraan bermotor, selain itu tanah yang berada disekitaran bahu jalan akan mengalami pengikisan atau erosi akibat dari pengurangan vegetasi. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan, maka hal negatif akan berdampak pada lingkungan karena akibat dari pembangunan jalan. B. Perumusan Masalah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) merupakan wilayah penghubung obyek wisata Pantai Baron, Pantai Ngrenehan maupun sebaliknya. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul untuk tahun 2010-2030 Jalur Jalan Lintas Lintas Selatan (JJLS) merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sebagai kawasan Koridor Jalur Pantai Selatan antar kabupaten, dari Kabupaten Bantul menuju Kabupaten Gunungkidul atau Kabupaten Pacitan menuju Kabupaten Gunungkidul dan atau sebaliknya. Menurut Chang Wendryanto (2015), selaku anggota komisi C DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan bahwa kios-kios mulai dibangun warga di area lahan yang sudah dibebaskan untuk JJLS (www.radarjogja.co.id, akses pada 10 November 2015). Dari hasil monitoring pemerintah di atas menunjukkan bahwa untuk kedepannya wilayah ini memiliki prospek dalam pengembangan sektor

4 perekonomian warga sekitar Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) yang ditunjukkan dengan adanya pembangunan fasilats umum dan akses destinasi wisata sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Sebagian wilayah Gunungkidul yang dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) akan menghadapi permasalahan yang baru, yaitu dampak secara langsung perubahan iklim mikro, polusi udara serta kenyamanan bagi pengguna jalan dan masyarakat setempat, maka langkah yang akan ditempuh adalah pengaturan jalur hijau. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penanaman vegetasi tepi jalan (jalur hijau) sebagai penciptaan iklim mikro, penyerapan polutan, peneduh, serta penambahan nilai estetika di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. D. Manfaat Penelitian 1. Menjaga keseimbangan alam dengan lingkungan infratsruktur jalan raya. 2. Memberikan dampak positif pada lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul sebagai vegetasi yang dapat menciptakan iklim mikro, penyerapan polutan, pencegahan erosi serta menambah nilai estetika. 3. Sebagai naungan atau tempat tinggal bagi habitat satwa liar.

5 E. Batasan Studi Penelitian ini difokuskan di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Salah satu desa yang berada di wilayah Gunungkidul dan dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sebagai penghubung obyek wisata Pantai Baron dengan Pantai Ngrenehan atau sebaliknya. Dengan melihat kondisi lingkungan yang belum terlihat adanya perencanaan jalur hijau, maka dengan ini mengusulkan perencanaan jalur hijau dengan maksud dan tujuan menjaga keseimbangan alam dan lingkungan yang berdampak positif. Menurut Djoko (2010), di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tergolong proyek mahal. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam pembiayaan pembangunan fisik jalan. Adapun pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota mendanai pembebasan lahan. Pembangunan fisik dan pembebasan lahan JJLS di wilayah DIY, yang melintasi Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo, baru selesai 30 kilometer dari total 117 kilometer. Target awal, jalan dapat diselesaikan seluruhnya dan bisa dilalui tahun 2012. Saat ini pelebaran jalan di Gunungkidul baru dilakukan di empat ruas terpisah (www.nasional.kompas.com) F. Kerangka Pikir Penelitian Perlaksanaan penelitian observasi ini dapat memperoleh data yang sesuai dengan apa yang akan dicapai maka memerlukan berbagai media atau masukanmasukan data baik dari internal maupun eksternal. Hal pertama yang akan dilaksanakan yaitu ijin penelitian dari kantor Kecamatan Tanjungsari dan merujuk

6 ke kantor Kelurahan Desa Kemadang yang memiliki wewenang wilayah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) bagian Desa Kemadang, dari instansi ini dapat diperoleh data sekunder yaitu mengenai kondisi sosial, pendidikan dan perekonomian penduduk sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Selanjutnya dengan meninjau secara langsung keadaan lingkungan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah Desa Kemadang, melihat dan mengukur fisik sepanjang Jalur Jalan Lintas Selatan (J JLS) di Desa Kemadang, kesesuaian standart teknis jalan dan menghitung volume kendaraan yang melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang. Observasi vegetasi tepi jalan bertujuan melihat kondisi tanaman tepi jalan apakah telah sesuai dengan standart teknis lanskap jalan yang diatur oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU), fungsi vegetasi tersebut dan klasifikasinya. Tahap selanjutnya yaitu mengidentifikasi jenis tanaman yang sesuai untuk diimplementasikan sebagai jalur hijau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Kemadang dengan mengacu data yang diperoleh dan menggambarkan perencanaan jalur hijau dengan menyelaraskan keadaan lingkungan. Peran serta masyarakat setempat sebagai media pengambilan data (kuisioner dan wawancara) masukan data dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang terkait dengan perencanaan tata ruang wilayah khususnya Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) sehingga dapat diwujudkannya perencanaan jalur hijau Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Proses penelitian ini dapat dilihat pada bagan alur pemikiran penelitian pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian 7