BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif dan holistik) yang berfokus pada kepuasan pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I LATAR BELAKANG

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

PERBEDAAN RISIKO DEPRESI POST PARTUM ANTARA IBU PRIMIPARA DENGAN IBU MULTIPARA DI RSIA AISYIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup sehat dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal itu merupakan hak setiap orang di republik ini, termasuk masalah kesehatan jiwa. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.makna kesehatan itu sendiri menurut WHO diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Ciri utama kesehatan jiwa seseorang, adalah ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat mandiri, bertanggung jawab, bersikap matang, serta dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya. Kalau salah satu dari ciri utama itu terganggu, berarti kesehatan jiwa seseorang bisa dikatakan terganggu. Gangguan jiwa menurut PPDJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindroma atau pola perilaku yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (disstres) atau hendaya (impairment disability) di dalam satu atu lebih fungsi vital dari manusia (Maslim, 2002). Salah satu bentuk gangguan jiwa tersebut adalah depresi. Depresi adalah emosi normal manusia tetapi secara klinis dapat bermakna patologis apabila mengganggu perilaku seharihari menjadi pervasif dan muncul bersama-sama penyakit lain. 1

2 Menurut penelitian di Amerika 1 dari 20 orang Amerika setiap tahun mengalami depresi, dan 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi dalam sepanjang sejarah kehidupan mereka. Diperkirakan pada tahun 2020 penderita depresi meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Muchid, 2007). Di Indonesia laporan jumlah penderita depresi belum ada secara pasti, namun diperkirakan pada tahun 2010 mencapai 26 juta orang. Di Jawa Tengah di sebuah rumah sakit daerah RSUD Banyumas Ruang Sakura pada tahun 2010 penderita depresi sebanyak 392 orang. Dengan perincian 265 orang skizofrenia afektif depresif dan 127 orang gangguan afektif depresif. Dari 392 penderita depresi, sekitar 90 % mengalami harga diri rendah (Laporan Tahunan Ruang Sakura RSUD Banyumas, 2010). Tanda dari depresi mayor adalah harga diri rendah (Stuart & Laraia, 2005). Harga diri rendah adalah penilaian terhadap dirinya negatif dan merasa lebih rendah daripada orang lain (Depkes RI, 2000). Harga diri rendah terbagi menjadi dua, yaitu harga diri rendah situasional dan harga diri rendah kronis. Harga diri kronis merupakan kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak mendapat feedback dari lingkungan dari perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan selalu memberikan penilaian negatif terhadap klien yang mendorong klien untuk menjadi harga diri rendah (NANDA, 2005). Penatalaksanaan harga diri rendah terbagi menjadi tiga golongan. Pertama dengan pengobatan somatoterapi yaitu farmakologi dan electro comfulsif therapy (ECT). Kedua dengan psikoterapi, berupa terapi supportif

3 diantaranya terapi lingkungan dan terapi kognitif. Dan ketiga dengan terapi manipulasi lingkungan (Kaplan & Sadock, 1997). Tetapi penulis hanya mengambil terapi kogitif untuk penelitian ini. Terapi kognitif adalah suatu terapi jangka pendek yang teratur yang memberikan pemikiran dasar pada klien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami permasalahannya, serta mampu mengatasi perasaan negative dan mampu memecahkan permasalahan dengan tujuan merubah pikiran dari tidak logis menjadi rasional, obyektif, positif, meningkatkan aktifitas, mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, dan meningkatkan ketrampilan interaksi sosial dengan kharakteristik klien agresi, depresi, harga diri rendah, defisit perawatan diri, dan koheren (Kaplan & Sadock, 1997). Berdasar wawancara dengan petugas di Ruang Sakura RSUD Banyumas, penanganan harga diri rendah dengan terapi kognitif sudah pernah dilakukan tetapi belum terprogam. Terapi kognitif dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah dilakukan untuk memperbaiki konsep diri pasien sehingga perasaan rendah diri pasien dapat diatasi. RSUD Banyumas belum memiliki prosedur tetap (Protap) terapi kognitif yang ditujukan untuk meningkatkan harga diri pada pasien gangguan jiwa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terapi kognitif terhadap klien harga diri rendah di Ruang Sakura RSUD Banyumas.

4 B. Rumusan Masalah Pasien di Ruang Sakura RSUD Banyumas dengan gangguan harga diri rendah perlu dilakukan terapi yang komprehensif yang tidak hanya dilakukan secara medis tetapi juga non medis dengan melakukan terapi. Salah satu terapi yang secara teoritis dapat dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif yang akan memperbaiki konsep diri pasien. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah, Adakah pengaruh terapi kognitif: restrukturisasi kognitif terhadap peningkatan harga diri pada pasien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Sakura RSUD Banyumas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi kognitif : restrukturisasi kognitif terhadap peningkatan skor harga diri pada pasien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Sakura RSUD Banyumas. 2. Tujuan Khusus a Mengidentifikasi karakteristik pasien harga diri rendah kronis di Ruang Sakura RSUD Banyumas. b Mengidentifikasi skor harga diri pada pasien harga diri rendah kronis yaang diberikan dan tidak diberikan terapi kognitif: restrukturisasi kognitif. c Menganalisa pengaruh terapi kognitif: restrukturisasi kognitif terhadap peningkatan skor harga diri pada pasien harga diri rendah kronis.

5

6 D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi ilmiah, untuk menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyyah Purwokerto terutama tentang terapi modalitas khususnya terapi kognitif: restrukturisasi kognitif sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa. 2. Institusi Rumah Sakit Sebagai masukan dan informasi tentang pentingnya terapi pendamping berupa terapi modalitas khususnya terapi kognitif: restrukturisasi kognitif bagi petugas ruang Sakura. 3. Bagi Peneliti Mencoba kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman untuk melakukan penelitian yang lain dalam rangka meningkatkan ilmu keperawatan jiwa. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul pengaruh terapi kognitif terhadap peningkatan harga diri pada pasien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Sakura RSUD Banyumas sebelumnya belum pernah dilakukan, tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan: 1. Penelitian oleh Astuti (2009) yang berjudul Pengaruh Terapi Kognitif : Restrukturisasi Kognitif Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Pasien Gangguan Jiwa di RSUD Banyumas. Desaign penelitian menggunakan

7 quasi experiment dengan rancangan eksperimental seri atau time series design.sampel ditentukan dengan menggunakan total sampling. Dengan hasil dari 29 responden sebelum diterapi nilai rata-rata skor sebesar 33,95, setelah diberikan terapi kognitif : rekstrukturisasi kognitif satu kali menurun menjadi 31, 24 dan setelah diberikan dua kali terapi menurun menjadi 25,97. 2. Penelitian oleh Schnurr (2007) dengan judul Terapi Perilaku kognitif Untuk Gangguan Stress Pasca Traumatic. Jenis penelitian dengan uji acak dengan analisis longitudinal dan cross sectional. Sampelnya adalah wanita yang bekerja sebagai militer di Amerika. Hasilnya bahwa wanita yang menerima terapi perilaku kognitif mengalami penurunan gejala gangguan stress pasca traumatic. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini meneliti adakah pengaruh terapi kognitif terhadap peningkatan skor harga diri pada pasien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Sakura RSUD Banyumas. Pengukuran skor harga diri dengan menggunakan skala harga diri dari Nursing Outcame Classification (NOC), design penelitian quasi eksperiment dengan rancangan post-test with control group, sampel diperoleh dengan purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-test independent.