ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

BAB II LANDASAN TEORI

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

Presentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, Amin. Bandung, Januari 2007

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

Estimasi Kanal Mobile-to-Mobile dengan Pendekatan Polinomial untuk Mitigasi ICI pada Sistem OFDM

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

ABSTRAK. 2. PERENCANAAN SISTEM DAN TEORI PENUNJANG Perencanaan sistem secara sederhana dalam tugas akhir ini dibuat berdasarkan blok diagram berikut:

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Analisis Performansi WCDMA-Diversitas Relay pada Kanal Fading

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

ANALISIS UNJUK KERJA REED SOLOMON DAN CONVOLUTIONAL CODING PADA KOMBINASI SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT MULTI CARRIER SPREAD SPECTRUM

ANALISIS KINERJA SISTEM AKSES JAMAK PADA ORTHOGONAL FREKUENSI DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN TEKNIK CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA)

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI

Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

KINERJA SISTEM MUD-PIC MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI QPSK

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto)

EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM

BAB III PEMODELAN SISTEM

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR

BAB I 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Modulasi M-PSK Menggunakan Least Means Square (LMS) Adaptive Equalizer pada Kanal Flat Fading

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

Tekno Efisiensi Jurnal Ilmiah KORPRI Kopertis Wilayah IV, Vol 1, No. 1, Mei 2016

KINERJA TEKNIK TRANSMISI OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS)

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

ANALISIS PENANGGULANGAN INTER-CARRIER INTERFERENCE PADA TEKNOLOGI OFDM DENGAN METODE M-TAPS MINIMUM MEAN-SQUARE- ERROR PADA MODULASI QPSK

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Anjar Prasetya - 2207 100 0655 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111 Email : prasetya07@mhs.ee.its.ac.id; anjar_pras@yahoo.com Abstrak - Perkembangan komunikasi wireless semakin pesat seiring perkembangan zaman. Suatu sistem komunikasi yang handal menjadi tolak ukur perkembangan komunikasi tersebut. MC-CDMA merupakan kandidat tehnologi komunikasi generasi mendatang. Kelebihan sistem MC-CDMA diantaranya adalah sangat handal dalam lingkungan propagasi yang mempunyai banyak lintasan, dengan kemampuannya mengatasi delay spread. Sistem MC- CDMA membagi sinyal pita lebar dari CDMA menjadi sejumlah subcarrier-subcarrier pita sempit yang masing-masing mengalami respon sinyal yang berbeda-beda. Namun dibalik keunggulan tersebut, sistem MC-CDMA ini sangat sensitif terhadap doppler spread yang disebabkan oleh pergerakan relatif dari pengguna. Pada tugas akhir ini akan diuji kinerja sistem kooperatif berbasis MC-CDMA pada kanal rayleigh mobile dengan delay dan doppler spread, terutama pengaruhnya pada doppler spread yang mengakibatkan frekuensi offset pada masing-masing subcarrier. Unjuk kerja dapat dilihat pada BER yang dicapai untuk harga Eb/No, dengan delay dan doppler spread yang bervariasi. Dari pengamatan nilai BER hasil simulasi untuk setiap kenaikan kecepatan user 20 km/jam, sistem mampu mencapai BER 10-3 dengan kenaikan harga Eb/No 1 db lebih banyak. Hal itu dikarenakan doppler shift yang semakin lebar sehingga merusak keorthogonalitasan sinyal MC- CDMA. Kemudian ketika diuji dengan delay ratarata 0.6 µs dan 0.7 µs sistem mampu mencapai nilai BER 10-3 pada Eb/No yang sama dan baru pada 0.8 µs harga Eb/No meningkat 1 db dengan nilai BER yang sama. Hal tersebut sesuai dugaan sebelumnya bahwa kinerja sistem cukup handal dalam mengatasi delay spread untuk beberapa variasi delay tertentu. Kata kunci: cooperative system, MC-CDMA, rayleigh mobile, delay spread, doppler spread I. PENDAHULUAN Sistem Multicarrier CDMA merupakan suatu perpaduan dari teknik modulasi multicarrier yang efisien, yakni orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), dan teknik akses jamak yang handal, yakni CDMA. Sangat handal dalam mengurangi efek delay spread dalam propagasi lintasan jamak, karena sistem MC-CDMA membagi kanal pita lebar menjadi sejumlah subcarriersubcarrier pita sempit yang masing-masing akan mengalami respon kanal yang berbeda-beda[1]. Namun kelemahan dari sistem MC-CDMA ialah sangat sensitif terhadap frequency offset (pergeseran frekuensi) yang ditimbulkan oleh Doppler spread. Hal ini menyebabakan keorthogonalitasan sinyal kirim menjadi tidak orthogonal lagi dipenerima sehingga menyebabkan interferensi antar carrier. Dengan segala kararteristik MC-CDMA tersebut, pengguna akan memperoleh keuntungan yang semakin berlipat dalam komunikasi mobile dengan ditambahnya sistem kooperatif dalam komunikasi tersebut. Sistem ini digambarkan sebagai suatu komunikasi dimana sinyal informasi yang berasal dari sumber (mobile unit) yang akan dikirimkan ke tujuan(base station) akan dilewatkan melalui suatu relay(mobile unit). Sistem ini mempu memberikan efek diversitas sinyal transmisi dari antena yang jamak, yaitu sinyal yang berasal dari antena relay dan sinyal langsung dari antena sumber sehingga memberikan kualitas layanan yang lebih baik, menghemat daya karena satu mobile unit tetap menggunakan satu antena. Dalam tugas akhir ini akan digunakan skenario satu relaying dengan metode decode and forward (DF). II. METODE ANALISIS 2.1 Pemodelan Sistem Ada dua macam sistem yang disimulasikan dalam tugas akhir ini, dua sistem ini adalah sistem MC-CDMA yang non kooperatif dan sistem kooperatif MC-CDMA. Dalam tugas akhir ini difokuskan arah transmisi uplink, yaitu dari sumber mobile unit ke tujuan base station. Simulasi menggunakan software MATLAB. 2.1.1 Pemodelan Sistem Non Kooperatif MC- CDMA Gambar 3.1 menunjukkan bahwa bagaimana suatu sinyal dikirim dari sumber bergerak suatu transmitter MC-CDMA melawati sebuah kanal AWGN dan rayleigh mobile dan diterima suatu receiver MC-CDMA. 1

Gambar 2.1 Model sistem simulasi MC-CDMA 2.1.2 Pemodelan Sistem Kooperatif MC-CDMA Gambar 2.2 Model sistem simulasi kooperatif MC-CDMA Model sistem yang digunakan pada penelitian ini menggunakan model kooperatif dimana pada arah transmisi uplink suatu sumber mobile unit akan saling bekerjasama dengan satu mobile unit lain yaitu suatu relay dengan metode decode and forward untuk mengirimkan datanya ke penerima base station. 2.2 Pemodelan Pengirim 2.2.1 Pembangkitan Bit Informasi Hal pertama yang harus dilakukan dalam simulasi ini adalah proses pembangkitan bit dengan menggunakan perintah randint pada matlab. Dimana dengan fungsi ini, sistem hanya akan membangkitkan bit bernilai 0 dan 1 yang merupakan gambaran dari suatu sinyal digital dengan jumlah bit yang dibangkitkan adalah sebanyak 10000 bit. Dan dengan penambahan fungsi state, tiap data bit yang dibangkitkan tidak ada keterkaitan sehingga dapat ditentukan variasi bit data yang berbeda antara user satu dengan yang lainnya dan percobaan satu dengan yang lainnya. 2.2.2 Modulasi BPSK Setelah proses pembangkitan data, data akan dimodulasi dengan modulasi BPSK. Dalam implementasinya modulasi ini digunakan agar sinyal informasi dapat dikirim ketempat yang jauh. bit 0 pada sinyal informasi dipetakan menjadi -1 sedangkan bit 1 pada sinyal informasi dipetakan menjadi 1. Modulasi BPSK hanya mempunyai komponen inphasa dan komponen quadraturenya bernilai 0. Berati untuk satu simbol dalam BPSK hanya mewakili satu bit informasi, sehingga laju bitnya sama dengan laju bit sinyal informasi. 2.2.3 Spreading Setelah itu sinyal BPSK masing-masing user dikalikan dengan kode matriks Walsh-Hadamard yang mempunyai yang mempunyai jumlah chip L sama dengan 8, tiap-tiap chip menunjukkan tiap-tiap kode spreading yang bisa dipakai untuk tiap-tiap user. Dimana kode-kode speading ini saling orthogonal dan mempunyai karakteristik yang ditunjukkan oleh rumus 2.1[2] 2

CL / 2 CL / 2 m CL, L 2, m 1, C1 1, (2.1) CL / 2 CL / 2 2.2.4 IFFT Sistem MC-CDMA adalah sistem gabungan dari OFDM yang menggunakan prinsip multicarrier. Hal itu dapat diimplementasikan dengan menggunakan transformasi Fourier, di mana pada sisi pemancar menggunakan Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) sebagai modulatornya. Input dari blok fungsi IFFT adalah matriks berukuran m x n yang merupakan hasil perkalian sinyal BPSK dengan kode spreadingnya. Kolom m menyatakan panjang kode spreading yang berarti menyatakan jumlah subcarriernya dan kolom n menyatakan jumlah data sinyal informasinya. Output dari blok fungsi IFFT merupakan bentuk sinyal MC- CDMA dalam domain waktu. Jumlah titik IFFT merupakan banyaknya sampel untuk satu simbol yang akan menjadi output dari blok fungsi IFFT. 2.3 Pemodelan Kanal Dalam sistem komunikasi bergerak respon kanal dapat menyebabkan berbagai macam gangguan yaitu antara lain terjadinya intercarrier interference sebagai akibat efek dari doppler spread karena kecepatan pengirim dan intersymbol interference sebagai akibat dari delay spread karena sinyal kirim melalui lintasan jamak. Maka dari itu Jean Paul M.G. Linnartz mengajukan suatu rumus suatu kanal rayleigh mobile yang merepresentasikan gangguan-gangguan tersebut. Perumusannya adalah sebagai berikut[3]: Iw 1 Di i m, n sinc( n m )exp{ j( c i i 0 2 s 1 n s) Ti j its j ( n m)} 2 (2.2) Dimana β m,n adalah transfer untuk suatu sinyal yang dikirimkan subcarrier n dan diterima subcarrier m, I w menunjukkan banyaknya lintasan yang dilalui, ω i adalah doppler frekuensi offset, T i adalah waktu tunda, ω s jarak antar subcarrier, T s durasi frame OFDM dan Di adalah redaman. Hubungan antara kecepatan user v dan doppler frekuensi offset f i ditunjukkan oleh rumus 2.3 dan 2.4[4]. Transform (FFT) sebagai demodulatornya. Dalam matlab pembangkitannya menggunakan fungsi fft. 2.4.2. Despreading Setelah diproses dalam kanal Rayleigh mobile sinyal pada tiap subcarrier akan mengalami proses despreading, dimana akan didapatkan sinyal dengan bandwith asli dari sinyal. Proses despreading dilakukan dengan mengalikan sinyal dengan kode spreading hadamard yang digunakan pada pemancar. kode spreading yang digunakan pada pemancar haruslah sama dengan kode despreading yang digunakan pada penerima untuk membangkitkan user yang diamati. 2.4.3. Deteksi Setelah sinyal mengalami proses despreading, sinyal tersebut dideteksi sesuai dengan konstelasi awal dengan detektor Maximum Likelihood untuk mendapatkan bentuk sinyal BPSK yang mempunyai nilai -1 dan 1. Bit yang lebih besar dari nol akan diterjemahkan menjadi level 1 dan bit yang lebih kecil dari nol akan diterjemahkan menjadi level -1. Dalam simulasi dengan matlab proses tersebut dapat dilakukan dengan fungsi: 2.4.4 Demodulasi BPSK Setelah bit-bit tersebut bernilai 1 dan -1 maka didemodulasi ke bentuk biner, yaitu untuk bit 1 tetap bernilai 1, sedangkan bit -1 menjadi bit 0. III. ANALISIS HASIL SIMULASI 3.1 Kinerja Sistem MC-CDMA Pada Kanal Rayleigh Mobile Simulasi dilakukan dengan 10 kali percobaan sehingga didapat beberapa nilai BER dan kemudian diambil nilai rata-rata BER tersebut. 3.1.1 Pengaruh Kecepatan Terhadap Kinerja Sistem MC-CDMA Dari persamaan pada bab sebelumnya terlihat bahwa besarnya doppler shift dipengaruhi oleh kecepatan kecapatan pengirim, dimana secara teori semakin besar pergerakan tersebut semakin besar juga doppler shift yang terjadi. f v fc c (2.3) f adalah maksimum doppler shift dan doppler frekuensi offset terletak diantara: f fi f (2.4) 2.4 Pemodelan Penerima 2.4.1 FFT Jika pada sisi pengirim menggunakan IFFT maka pada sisi penerima menggunakan Fast Fourier Gambar 3.1 Eb/No vs BER sistem MC-CDMA dengan berbagai nilai kecepatan 3

Dalam 10 kali percobaan menggunakan 1 user, dimana pada lintasan pertama tidak mengalami delay, lintasan kedua mengalami delay 0.8 µs, dan lintasan ketiga mengalami delay 1,6 µs, sistem dengan kecepatan user 10 km/jam mampu mencapai BER dibawah 10-3 dengan nilai 0.0008, sedangkan pada kecepatan user 20 km/jam juga membutuhkan minimum Eb/No 16 db agar tercapai nilai BER persis 10-3 berarti terjadi peningkatan sebesar 0.0002 dari keceptan 10 km/jam. Kemudian untuk kecepatan user 30 km/jam dibutuhkan nilai minimum Eb/No 17 db agar mencapai nilai BER dibawah 10-3 yang besarnya nilai BER tersebut sama dengan 10 km/jam yaitu sebesar 0.0008, sedangkan untuk kecepatan user 40 km/jam membutuhkan Eb/No 18 db agar mencapai nilai BER maksimum yang diinginkan yaitu nilai BER sebesar 0.0007. Dan terakhir pada kecepatan user 50 km/jam juga membutuhkan Eb/No 18 db namun terjadi peningkatan sebesar 0.0002 jika dibandingkan dengan dengan pada kecepatan user 40 km/jam menjadi 0.0009. 3.1.2 Pengaruh Delay Spread Terhadap Kinerja Sistem MC-CDMA Data diambil pada kecepatan user konstan 50 km/jam dengan jumlah user 1. Sinyal sistem pada lintasan pertama delaynya tetap 0 karena merupakan lintasan langsung, jadi yang diubah paramaternya adalah delay pada lintasan kedua dan lintasan ketiga, kemudian diambil nilai rata-rata delaynya untuk ketiga lintasan tersebut sebagai parameter delay rata-rata dalam simulasi ini. Gambar 3.2 Eb/No vs BER sistem MC-CDMA dengan berbagai nilai delay rata-rata Sistem yang terkena delay rata-rata 0.6 µs mampu mencapai BER 10-3 pada kondisi Eb/No 17 db dengan nominal 0.0008. Kemudian pada sistem yang terkenal delay rata-rata 0.7 µs membutuhkan Eb/No 18 db agar mencapai BER 10-3 dimana pada kondisi tersebut nilai BERnya adalah 0.0007. Sedangkan pada lintasan yang terkena delay 0.8 µs juga membutuhkan Eb/No 18 db agar mencapai BER 10-3 namun nilai BERnya meningkat 0.0002 jika dibandingkan dengan sinyal terdelay 0.7 µs, besarnya BER tersebut adalah 0.0009. Sinyal akan mengalami delay dengan alokasi tidak mengalami delay pada lintasan pertama karena merupakan lintasan langsung, pada lintasan kedua mengalami delay 0.6 µs, dan lintasan ketiga mengalami delay 1.2 µs. Diasumsikan masing-masing user bergerak dengan kecepatan konstan 30 km/jam. Sistem MC-CDMA dengan 1 user dapat mencapai BER 10-3 pada saat Eb/No mencapai 15 db dengan nominal BER yang sama yaitu 0.001. Kemudian pada sistem dengan 2 user membutuhkan minimal Eb/No 17 db agar mampu mencapai nilai BER 10-3 dengan nominal BER pas 0.001. Kemudian pada sistem MC-CDMA dengan 3 user dengan nilai BER yang sama 0.001 dapat dicapai pada saat Eb/No 19 db. Gambar 3.3 Eb/No vs BER sistem MC-CDMA dengan berbagai nilai jumlah user 3.2 Kinerja Sistem kooperatif MC-CDMA Pada Kanal Rayleigh Mobile Untuk simulasi sistem kooperatif MC-CDMA harga Eb/No yang digunakan adalah Eb/No yang sama antara Eb/No SR, Eb/No RD, dan Eb/No SD, dimana jika Eb/No SD adalah 5 maka Eb/No SR dan Eb/No RD juga 5. 3.2.1 Pengaruh Kecepatan Terhadap Kinerja Sistem Kooperatif MC-CDMA Pada simulasi ini menggunakan 2 user dengan asumsi respon kanal yang sama untuk tiap user, kemudian sinyal terdelay pada lintasan pertama adalah 0, pada lintasan kedua sebesar 0,8 µs, dan lintasan ketiga 1,6 µs, besarnya delay tersebut juga sama untuk masing-masing user. 3.1.3 Pengaruh Jumlah User Terhadap Kinerja Sistem MC-CDMA 4

Gambar 3.4 Eb/No vs BER sistem kooperatif MC-CDMA dengan berbagai nilai kecepatan Sistem kooperatif MC-CDMA dengan kecepatan 10 km/jam mampu mencapai nilai BER 10-3 pada saat Eb/No 13 db dengan nilai BER sebesar 0.0007. Sedangkan pada kecepatan 20 km/jam kinerja sistem menurun dengan ditandai kenaikan BER 0.0003 pada Eb/No yang sama dengan besar nilai BER 0.0010, pada Eb/No ini sistem masih mencapai nilai BER 10-3. Kemudian pada kecepatan 30 km/jam sistem mampu mencapai BER 10-3 ketika Eb/No naik 1 db lebih banyak dengan nilai BER 0.0007, jika diukur pada EB/No 13 db nilai BER menjadi naik 0.0002 menjadi 0.0012 jika dibandingkan dengan BER pada kecepatan 20 km/jam. Untuk kecepatan 40 km/jam bila dilihat dari nilai BER kinerja sistem juga mengalami penurunan, pada Eb/No 13 db nilai BER naik 0.0004 menjadi 0.0016, sedangkan Eb/No yang dibutuhkan agar BER mencapai 10-3 adalah sebesar 14 db dengan nominal yang sama 0.0010. Dan pada kecepatan 50 km/jam dengan Eb/No 13 db nilai BER naik 0.0004 jika dibandingkan dengan nilai BER pada kecepatan 10 km/jam dengan nilai BER sebesar 0.0020, untuk mencapai BER 10-3 pada kecepatan 50 km/jam dibutuhkan Eb/No 15 db dengan nilai BER 0.0009. 3.2.2 Pengaruh Delay Spread Terhadap Kinerja Sistem Kooperatif MC-CDMA Disimulasikan dengan 2 user dengan asumsi kecepatan konstan 50 km/jam untuk masing-masing user. Gambar 3.5 Eb/No vs BER sistem kooperatif MC-CDMA dengan berbagai nilai delay rata-rata Sinyal yang terdelay rata-rata 0.6 µs mampu memenuhi standar komunikasi digital dengan BER 10-3 ketika nilai minimal Eb/No mencapai 14 db dengan nilai BER 0.0006. Kemudian pada sinyal yang terdelay rata-rata 0.7 µs juga mampu mencapai BER 10-3 pada nilai minimal Eb/No yang sama 14 db, dimana terjadi kenaikan BER sebesar 0.0004 jika dibandingkan dengan sinyal terdelay rata-rata 0.6 µs menjadi 0.0010. Kemudian pada sinyal yang terdelay rata-rata 0.8 µs nilai BERnya juga mengalami kenaikan 0.0004 jika dibandingkan dengan sinyal terdelay 0.7 µs untuk nilai Eb/No yang sama dengan nilai BER 0.0014, pada sistem yang terdelay rata-rata 0.8 µs mampu memenuhi nilai BER maksimal 10-3 ketika Eb/No mencapai nilai minimal 15 db, besarnya BER pada saat tersebut adalah 0.0009. 3.2.3 Pengaruh Jumlah User Terhadap Kinerja Sistem Kooperatif MC-CDMA Selanjutnya dilakukan analisa simulasi dengan variasi jumlah user yang berbeda-beda. Dimana pada proses simulasi ini menggunakan kanal Rayleigh Mobile yang terdelay pada lintasan pertama sebesar 0 karena merupakan lintasan langsung, lintasan kedua sebesar 0.8 µs, dan lintasan ketiga sebesar 1.6 µs. Kemudian kecepatan pengirimnya sebesar 50 km/jam. Gambar 4.6 Eb/No vs BER sistem kooperatif MC-CDMA dengan berbagai nilai jumlah user Sistem kooperati MC-CDMA dengan 1 user mampu mencapai syarat komunikasi digital dengan nilai BER maksimal 10-3 saat nilai Eb/No mencapai minimal 13 db, dengan nilai BER yang sama yaitu 0.0010. Selanjutnya untuk sistem dengan 2 user mengalami pada Eb/No yang sama dengan sistem dengan 1 user mengalami kenaikan BER sebesar 0.0012 yaitu dengan nilai BER 0.0022. Untuk mencapai nilai BER maksimal 10-3, Eb/No minimal yang dibutuhkan adalah sebesar 15 db dimana pada saat tersebut nilai BERnya adalah sebesar 0.0009. Kemudian jika dibandingkan dengan sistem dengan 2 user, sistem dengan 3 user pada Eb/No 13 db mengalami kenaikan sebesar 0,0032 menjadi 0.0054. Sedangkan untuk mencapai nilai BER maksimal 10-3, membutuhkan Eb/No minimal 20 db dengan nilai BER pada saat tersebut adalah sebesar 0.0010. 3.3 Analisa Perbandingan Kinerja Sistem Non kooperatif MC-CDMA Dan Kooperatif MC- CDMA Berikutnya akan dilakukan perbandingan antara sistem komunikasi non kooperatif MC-CDMA. Simulasi dilakukan masing-masing dengan sistem menggunakan 2 user, dimana masing-masing user diasumsikan melewati respon kanal yang sama tetapi dengan data informasi yang berbeda. Untuk sistem yang hanya melewati kanal AWGN parameternya hanya jumlah 2 user, berbeda dengan sistem kooperati dan non kooperatif MC-CDMA pada kanal rayleigh mobile sinyal diasumsikan mengalami delay 0 µs pada lintasan pertama, 0.6 µs pada lintasan kedua, 1.2 µs 5

pada lintasan ketiga. Pengirim bergerak dengan kecepatan 20 km/jam Sistem kooperatif MC-CDMA mampu memperbaiki kinerja sistem non kooperatif MC- CDMA dimana pada sistem non kooperatif MC- CDMA membutuhkan Eb/No 16 db agar memenuhi syarat komunikasi digital maksimal BER 10-3,besarnya BER tersebut adalah 0.0009. Sedangkan pada sistem kooperatif MC-CDMA hanya membutuhkan minimal EB/No 12 db agar mencapai maksimal nilai BER 10-3. kenaikan BER 0.0035, dan untuk mencapai BER 10-3 membutuhkan Eb/No 16 db. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Xiang Gui, Tung Sang Ng, Performance of Asynchronous Orthogonal Multicarrier CDMA System in Frequency Selective Fading Channel, IEEE Trans. Com. Vol 47 No.7,1999. [2] K. Fazel dan S. Keiser, Multicarrier and Spread Spectrum System,Inggris, John Wiley and Sons, 2003, hal.52. [3] Jean Paul M.G. Linnartz, Performance Analysis of Synchronous MC-CDMAin Mobile Rayleigh Channel With Both Delay and Doppler Spreads, IEEE VehicularTechnology Conf., Stockholm, Sweden, 2001 [4] Jean Paul Linnartz, Synchronous MC-CDMA in Dispersive, Mobile Rayleigh Channels, Philips Research, Nat.Lab. Eindhoven, Netherlands. DAFTAR RIWAYAT HIDUP Gambar 4.7 Eb/No vs BER SISO MC-CDMA dan sistem kooperatif MC-CDMA pada kanal AWGN dan Rayleigh Mobile IV. KESIMPULAN Dengan berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Adanya fenomena doppler spread pada sistem komunikasi bergerak MC-CDMA dan kooperatif MC-CDMA berpengaruh besar terhadap kinerja sistem, karena dapat menyebabkan interferensi antar-carrier, dimana untuk setiap penambahan kecepatan user 20 km/jam akan menyebabkan sistem mencapai BER 10-3 dengan kenaikan harga Eb/No 1 db. 2. Fenomena delay spread yang menyebabkan interferensi antar simbol tidak seberapa berpengaruh pada kinerja sistem MC-CDMA dan kooperatif MC- CDMA, dimana pada delay rata-rata 0.6 µs dan 0.7 µs sistem mampu mencapai BER 10-3 pada Eb/No yang sama dan baru pada 0.8 µs sistem mampu mencapai BER 10-3 dengan kenaikan harga Eb/No 1 db. 3. Pada sistem MC-CDMA dan kooperatif MC-CDMA pengaruh banyaknya user mengakibatkan interferensi user jamak, pada setiap penambahan 1 user untuk sistem MC-CDMA membutuhkan kenaikan harga Eb/No 2 db lebih banyak agar mencapai nilai BER 10-3 dan pada sistem kooperatif MC-CDMA membutuhkan kenaikan harga Eb/No 2 hingga 5 db lebih banyak untuk mencapai BER 10-3 untuk setiap penambahan 1 user. 4. Sistem kooperatif MC-CDMA mampu memperbaiki kinerja sistem MC-CDMA non kooperatif Dengan kecepatan user 20 km/jam dan terdelay 0.6 µs, sistem kooperatif MC-CDMA mampu mencapai nilai BER 10-3 saat Eb/No 12 db sedangkan pada sistem MC-CDMA non kooperatif mengalami Anjar Prasetya, dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1986 di Surabaya, dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2001 Penulis tercatat sebagai salah satu siswa SMU Negeri 1 Gresik. Kemudian Penulis melanjutkan studi di D3 Teknik Elektro bidang studi Computer Control Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 2004. Setelah lulus jenjang pendidikan D3 tahun 2007 Penulis sempat bekerja selama 2 tahun di salah satu perusahaan swasta di Surabaya sambil melanjutkan jenjang pendidikan di Program Lintas Jalur Teknik Elektro program studi Telekomunikasi Multimedia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tahun 2007. Pada bulan Juni 2010 penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1. 6