BAB II : STUDI PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

Pengembangan RS Harum

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

RUMAH SAKIT UMUM KELAS B DI PURI KEMBANGAN BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Syarat Bangunan Gedung

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

TUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB IV KONSEP. kesatuan rancangan. Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

2 Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. Tema

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

BAB III TINJAUAN KHUSUS

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Arsitektur Ramah Lingkungan (Green Architecture) Pendekatan Green Architecture

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III: DATA DAN ANALISA

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PENGEMBANGAN RS HARUM

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Transkripsi:

BAB II : STUDI PUSTAKA 2.1 Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Menanggapi Kerangka Acuan Kerja pada perancangan rumah sakit umum daerah ( kelas B ) Jakarta Selatan, secara umum yaitu rumah sakit nantinya mampu menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat di daerah yang akan berkembang menjadi kawasan industri dan permukiman, khususnya wilayah Jakarta Selatan, serta dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik dari fasilitas, sarana dan prasarana dengan teknologi terbaru. Perencanaan yang terencana dan memadai untuk fasilitas 400 bed / tempat tidur dengan single class, adanya rawat inap 4 tempat tidur / kamar. serta luas bangunan kurang lebih 28.000 m2 ( 70 m2 / tt ), selain itu diperlukan pembangunan fasilitas gedung, fasilitas parkir, gedung penunjang, adanya Ramp pada tiap bangunan yang green hospital, dan mempertimbangkan segi keindahan bangunan, kerapihan tatanan bangunan, ramah terhadap lingkungan, konteks terhadap bangunan sekitar, dan memperhatikan aksebilitas penyandang cacat. Inspiratif bagi kawasan lingkungan setempat dan dapat menjadi icon bangunan Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi. Dari penjelasan diatas permasalahan utama yaitu, ingin menciptakan sebuah rancangan rumah sakit yang baik secara fungsi dan juga arsitektural. Sehingga diperlukan perhatian khusus, rancangan rumah sakit ini diharapkan berfungsi dari segi pelayanan kesehatan maupun dari segi bentuk bangunan yang secara arsitektural memiliki keindahan estetika, modern, green building, dan mampu menjadi icon pada kawasan sekitarnya, khususnya Jakarta Selatan. untuk itu dibutuhkan suatu konsep perancangan rumah sakit umum daerah ( kelas B ) Jakarta Selatan, dengan penekanan bangunan yang Iconic melalui pendekatan Green Architecture. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 16

2.2 Pengertian dan klasifikasi Rumah Sakit 2.2.1 Rumah Sakit Rumah Sakit merupakan Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakt agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit adalah bangunan gedung atau sarana kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, dimana berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 3 menyebutkan bahwa pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit; c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; Undang-undang tentang bangunan gedung nomor 28 tahun 2002 juga menyebutkan bahwa bangunan gedung penting sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, maka perlu diperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Pengkategorian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU) yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit, sedangkan rumah sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu jenis penyakit tertentu berdasarkan ke khususannya. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 17

2.2.2 Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik. Rumah sakit umum (RSU) diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang didasari oleh beban kerja dan fungsi rumah sakit yaitu rumah sakit kelas A, kelas B, Kelas C dan Kelas D. dari ke 4 kelas tersebut yang akan dibahas dalam pedoman ini adalah rumah sakit kelas B yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurangkurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas, lingkup dari pedoman teknis ini meliputi sarana (bangunan) dan prasarana (utilitas) rumah sakit kelas B. 2.2.3 Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar. Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya. Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, Pelayanan Medik Spesialis dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 18

Mulut, Pelayanan medik subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik. Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut, konservasi / endodonsi, dan periodonti. Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/linen, Dapur Utama, Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Pemeliharaan Fasilitas, Sistem Fasilitas Sanitasi (Pengadaan Air Bersih, Pengelolaan Limbah, Pengendalian Vektor, dll), Sistem Kelistrikan, Boiler, Sistem Penghawaan dan Pengkondisian Udara, Sistem Pencahayaan, Sistem Komunikasi, Sistem Proteksi Kebakaran, Sistem Instalasi Gas Medik, Sistem Pengendalian terhadap Kebisingan dan Getaran, Sistem Transportasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 19

Vertikal dan Horizontal, Sarana Evakuasi, Aksesibilitas Penyandang Cacat, dan Sarana/ Prasarana Umum. 2.2.4 Kriteria Rumah Sakit yang baik 1. Lokasi yang terjangkau dengan mudah 2. Pelayanan terjangkau secara ekonomi 3. Tidak berada dalam kawasan yang tercemar 4. Tersedia ruang untuk pengembangan Rumah Sakit 5. Tata letak unit-unit yang efisien 6. UGD yang sangat aksesibel dan jelas 7. Pemisahan fasilitas rawat jalan dan inap 8. Pemisahan akses publik dan penunjang non medis Rumah Sakit yang sukses dilhat dari perencanaan yang baik, Desain yang baik, Konstruksi yang baik, dan Administrasi yang baik. Hasil riset Dr. Beverly Malone, Sekjen NRC (Royal College of Nursing) diantaranya: 1. 91% Perawat dan 100% Dokter yang disurvey percaya, bahwa lingkungan rumah sakit yang sudah didesain dengan baik sangat berhubungan erat dengan tingkat kesembuhan pasien 2. 90% Perawat dan 91% Dokter setuju bahwa bekerja di rumah sakit yang tidak didesain dengan baik, juga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan tingkat stress pasien. 3. 90% Dokter menyatakan bahwa sikap pasien lebih baik terhadap staf medik jika berada pada ruangan yang didesain dengan baik. 4. 79% Perawat percaya bahwa desain suatu rumah sakit berperanan penting pada perkembangan etos kerja karyawan. 5. 87% Perawat menyatakan bahwa rumah sakit yang didesain dengan baik akan sangat membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

2.3 Pengertian Tema 2.3.1 Definisi Iconic Architecture Arsitektur ikonik atau bangunan ikonik, melihat pengertiannya adalah arsitektur atau bangunan yang ditujukan sebagai penanda (icon) dari sesuatu yang akan diangkat. Arsitektur ikonik juga pada dasarnya berkedudukan atau berposisi sebagai penanda tempat atau place icon dari lingkungan disekitarnya. Tujuan didirikannya arsitektur ikonik ini adalah untuk mengenal sesuatu agar mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya, Ciri-ciri dalam arsitektur ikonik, ditandai dengan tiga hal utama yang melekat didalamnya. Tiga hal utama yang menjadi ciri utama dari arsitektur ikonik adalah: 1. Memiliki besaran atau skala bangunan yang relative besar dan cenderung megah. 2. Memiliki atau memilih bentuk-bentuk yang atraktif (menarik) dari aspek visual estetika, sehingga mudah dikenal maupun diingat oleh orang banyak. 3. Memiliki unsur kekuatan bangunan yang tinggi sehingga bangunan ikonik cenderung tahan lama atau berumur panjang. Bangunan-bangunan ikonik pada dasarnya dikenal orang atau masyarakat luas sebagai karya arsitektur yang menjadi penanda tempat dan sekaligus sebagai penanda zaman dalam era kebudayaan manusia. Arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat (space icon) dari lingkungan seki-tarnya, serta mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan yang spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan. Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi. Kesan mewah, megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari bangunan ikonik atau arsitektur ikonik pada saat sekarang ini. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

Dalam sejarah perkembangan arsitektur dari dahulu hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk melihat dan mengamati keberadaan dari arsitektur ikonik yang berada di berbagai belahan dunia. Arsitektur Ikonik atau Iconic Architecture berkaitan erat dengan pengertian dari kata kunci yang berkaitan didalamnya, yaitu: Icon dan Iconic serta Arsitektur dan Bangunan. Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia (Sadely 1986) Icon dapat berarti: tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gambaran atau tanda dari orang suci. Iconic dapat berarti: yang mempunyai tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupun waktu). Dalam kamus bahasa Inggris (Oxford-1981), Icon dapat diartikan sebagai penanda tempat dan penanda zaman atau era dalam kebudayaan manusia. Sedangkan pengertian dari Arsitektur Iconik adalah karya arsitektur atau bangunan yang dapat dijadikan penanda tempat dilingkungan sekitar. Seringkali sebuah arsitektur bangunan dikatakan sebagai Icon dari sebuah kawasan, menjadi sebuah cara untuk mengungkapkan keberadaan sebuah bangunan yang memberi warna, pengaruh, serta kepentingan di sebuah kawasan. Contoh-contoh bangunan ikonik yang dikenal di Indonesia, khususnya di kota Jakarta, misalnya : 1. Masjid Raya Istiqlal, 2. Stadion Gelora Bung Karno Senayan, 3. Monumen Nasional (Monas), dan sebagainya. Gambar 1. Arsitektur Ikonik di Indonesia, Masjid Raya Istiglal (kiri), Gelora Bung Karno (tengah), Tugu Monas (kanan) - di Jakarta ( sumber gambar : http://us.indonesia.travel/en/destination/474/jakarta/article/281 ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

Sedangkan bangunan ikonik pada saat modern sekarang ini, misalnya : 1. Hotel Indonesia 2. Regatta Apartement 3. The Morrissey Hotel, dsb Gambar 2. Bangunan Ikonik saat ini, Hotel Indonesia (kiri), Regatta Apartement (kanan), The Morrissey Hotel (bawah) - di Jakarta ( sumber gambar : http://www.skyscraperpage.com ) Di era arsitektur modern hingga saat sekarang ini (dalam memasuki abad 21), telah banyak didirikan bangunan ikonik atau karya arsitektur ikonik yang berposisi sebagai penanda tempat ( placeicon ) sehingga mudah dikenali dan diingat masyarakat luas. 2.3.2 Definisi Green Architecture Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya dimuka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan. Gambar 3. Bangunan Green Architecture ( sumber gambar : http://www.skyscraperpage.com ) Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, atau green architecture yang semuanya itu mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Gambar 4. Lingkungan dengan konsep Green Architecture ( sumber gambar : http://www.coroflot.com/ ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24

Selain itu green architecture adalah konsep berwawasan lingkungan dengan memperhatikan unsur lingkungan hijau dengan tanpa hanya mengkonsentrasikan pemanfaatan penggunaan lahan untuk bangunan secara maksimal dan dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan dan udara baik didalam maupun diluar bangunan. Penjabaran prinsi-prinsip Green Architecture menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future: 1. Conserving Energy (Hemat Energi) a. Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. b. Memanfaatkan energi matahari dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. sebagai sumber listrik c. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan. d. Menggunakan Sunscreen pada jendela. e. Warna interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, untuk meningkatkan intensitas cahaya. f. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. g. Meminimalkan penggunaan energi pendingin (AC) dan lift. 2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami) a. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. b. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan. c. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan. d. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 25

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan) Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut. a. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada. b. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal. c. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan. 4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan) Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya. 5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru) Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur lainnya. 6. Holistic Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26

2.3.3 Kaitan Bangunan Iconic melalui Green Architecture Adalah sebuah perpaduan dari tema Green Architecture dan Iconic Architecture dimana pendekatan dalam membangunan menerapkan kaidah-kaidah arsitektur yang berwawasan lingkungan yang mampu menjadi icon serta dapat menjadi solusi dalam pemecahan dua masalah yang berbeda, dimana bangunan harus terlihat iconic secara tampak ( fisik ) namun juga dapat merespon kondisi alam dan menjaga keseimbangan lingkungan sekitar. Gambar 5. Bangunan yang "iconic" dengan Konsep Green Architecture ( sumber gambar : http://www.ecofriend.com/10-sustainable-skyscrapers-designed-green-roofs.html ) Artinya konsep Iconic Architecture lebih ditekankan kepada fisik bangunan, yaitu pada tampilan bangunan, sedangkan konsep Green Architecture lebih kepada pendekatan desain secara keseluruhan. konsep utama adalah lebih kepada Green Architecture, namun agar bangunan tidak terlihat monoton atau biasa saja, untuk itu diperlukan konsep iconic agar mudah dikenali dan dilihat oleh para pelalu-lalang di kawasan kota., masyarakat banyak dan lingkungan sekitarnya, untuk itu dibutuhkan bangunan yang bisa menjadi icon pada tapak tersebut. Berikut ini adalah contoh bangunan Perspustakaan Universitas Indonesia yang menerapkan penekanan bentuk Iconic melalui Green Architecture. Lokasi di kota depok, dengan luas bangunan 30.000m2 atau 3 hektar, Jumlah 8 lantai yang dirancang berdiri di atas lanskap bukit buatan dan terletak di depan Danau Kenanga. Bangunan perpustakaan yang menjadi iconic atau landmark ini, mempunyai konsep sustanable building yang ramah lingkungan (eco friendly), bahwa Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 27

kebutuhan energi menggunakan sumber energi terbarukan, yakni energi matahari (solar energy), maka nantinya di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik dalam bentuk apa pun. Nanti semua kebutuhan plastik akan diganti dengan kertas atau bahan lain. Bangunan ini juga didesain bebas asap rokok, hemat listrik, air dan kertas. Model bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan mengambil sisi danau sebagai orientasi perancangan. Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight. Gambar 6. Perpustakan Universitas Indonesia di Depok ( sumber gambar : http://ayahalif.blogspot.com/2012/09/perpustakaan.html ) Dibalik bukit buatan yang ditumbuhi rerumputan hijau terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang tinggi sebagai Icon dari perpustakaan Universitas Indonesia. Selain itu dipunggung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami rerumputan yang berguna sebagai pendingin suhu ruangan yang ada didalamnya, hingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15 persen. Diantara punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 28

pencahayaan. Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang pada atap bangunan. Adanya pendingin suhu ruangan yang alami, yang timbul dari, punggung bukit bangunan ditimbun tanah dan ditanami rerumputan. Gambar 7. sistem pencahayaan pada bangunan perpustakaan UI ( sumber gambar : http://www.nizarland.com/2011/05/perpustakaan-baru-ui.html ) Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam menjadi maksimal. Gambar 8. Viod dengan sistem jembatan penghubung antar ruang ( sumber gambar : http://duniaperpustakaan.com/18/01/2012/profil-perpustakaan-universitas-indonesia/) Guna memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 29

di punggung bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah atau sewage treatment plant (STP). Untuk melengkapi desain ramah lingkungan, sejumlah pohon besar tidak ditebang saat pembangunan gedung itu. Keindahan menjadi lengkap karena gedung itu mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh. Gambar 9. Konsep green architecture yang menyatukan antara bangunan dan lingkungan ( sumber gambar : http://kajianeropa.pps.ui.ac.id/id/node/16 ) Bahan matrial bangunan untuk eksterior dan interior dari batuan (batu alam andesit untuk eksterior dan batu paliman palemo untuk interior) bersifat bebas pemeliharaan (maintenance free) dan tidak perlu dicat. Sehingga dapat meminimalisir pengeluaran pembiayaan. 2.3.4 Kaitan Rumah Sakit dengan Iconic dan Green Architecture Rumah Sakit merupakan fasilitas untuk pelayanan kesehatan, sebagai sarana tempat proses penyembuhan bagi orang sakit, sehingga dibutuhkan pula bangunan yang sehat serta ramah lingkungan, selain itu kesan pertama terhadap rumah sakit terbentuk sejak pasien pertama kali melihat bangunan rumah sakit dari luar sebelum memasuki kawasan rumah sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah bangunan rumah sakit yang "Iconic secara Arsitektural. Di Rumah Sakit tidak hanya ada orang yang sedang sakit saja, selain pasien, dokter, perawat dan staf ada juga orang yang sedang menjalani perawatan, pengunjung Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 30

yang akan mengontrol kesehatannya, atau keluarga pasien. Mereka butuh ruang gerak bebas dan udara bebas selama berada di Rumah Sakit. Penyediaan lahan untuk ruang terbuka hijau tidak hanya sekedar untuk menyejukkan atau pemanis saja. Tapi fungsi lain juga untuk memberikan ruang terbuka untuk pasien, keluarga dan staf di Rumah sakit untuk bisa menghirup udara segar dan bisa berinteraksi dengan yang lain. Selain itu dengan adanya bentuk yang Iconic bisa memberikan suatu kebanggan tersendiri secara Psikologis yang mendorong minat masyarakat untuk datang berobat di Rumah Sakit tersebut. 2.4 Studi banding 2.4.1 Rumah Sakit Pertamedika Sentul Lokasi : Jl. MH Thamrin, kawasan perumahan Sentul City. Luas Lahan : 12.500 meter persergi (m2), dengan areal pengembangan tambahan 12.500 m2 ( total 2,5 hektare ) Luas Bangunan : Dengan total luas lantai 5553,4 m2 Mulai beroperasi : Januari 2014 Gambar 10. Visual Rumah Sakit Pertamedika Sentul ( Sumber gambar : http://dutaprosentulcity.blogspot.com/2013/09/pertamedika-sentul-city.html ) Pertamedika pada saat ini memiliki satu tower empat lantai dengan kapasitas 100 tempat tidur. Rencananya akan dikembangkan menjadi tiga tower dimana masing- Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 31

masing tower menjadi pusat unggulan layanan liver (liver center) dan pusat unggulan layanan jantung (cardiac center). Rumah Sakit Pertamedika meliputi 3 tahap pembangunan, tahap pertama akan beroperasi selama 2 tahun, kemudian dilanjutkan dengan tahap pembangunan ke II.Untuk pelayanan pada tahap 1 ini meliputi, Unit Gawat Darurat, Radiologi, Laboratorium, Poliklinik Umum dan Spesialis, 11 Klinik, Kamar Bedah dengan 4 tempat tidur, Unit Rawat Intensif meliputi ICU, NICU, HCU, Kebidanan / Obsgyn dengan 6 tempat tidur, dan Rawat Inap sekitar 96 tempat tidur yang terdiri atas VIP, Kelas I,Kelas II, dan Kelas III. Gambar 11. Rumah Sakit Pertamedika Sentul ( Sumber gambar : http://dutaprosentulcity.blogspot.com/2013/09/pertamedika-sentul-city.html ) Rumah sakit ini mempunyai keunggulan sebagai rumah sakit bertaraf internasional dengan layanan unggulan Heart Center dan Liver Center dengan menerapkan sistem standarisasi internasional. Rumah Sakit Pertamedika memiliki 4 (empat) lantai yang dirancang dengan berbagai fasilitas penunjang medis modern dan berteknologi tinggi. Konsep ini dibangun agar RS Pertamedika dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan motto Trusthworthy in Health (Terpercaya dalam Kesehatan). Rumah Sakit Pertamedika Centul City Terapkan Konsep 'Eco Green Hospital Yang meliputi : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 32

Konsumsi sumber daya yang hemat dan efisien (energi, material, air dan lahan) Emisi baik terhadap udara, air dan tanah terkait dengan lingkungan dan kesehatan Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari. Jendela sebuah gedung yang di desain banyak dan aliran udara yang lancar sehingga tidak membutuhkan AC pada siang hari. Lahan yang cukup untuk sumur resapan. Ruang hijau, serta taman yang mensuplai kebutuhan udara bersih. Instalasi pembuangan air kotor dan sampah yang dapat didaur ulang. Pemanfaatan bahan desain bangunan yang tidak boros. Lain-lain (seperti kebisingan dan getaran). Gambar 12. Fasilitas tempat tidur pasien yang Modern di Rumah Sakit Pertamedika Sentul City Gambar 13. Ruang rawat kelas Presidential Suite di Rumah Sakit Pertamedika Sentul City ( sumber gambar : ( Sumber gambar : http://dutaprosentulcity.blogspot.com/2013/09/pertamedikasentul-city.html ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 33

2.4.2 National Hospital Surabaya Lokasi : Jl. Boulevard Famili Selatan Kav. 1 Graha Famili, Surabaya Luas Lahan : seluas 8.530 meter persegi. Luas Bangunan : 32.000 meter persegi. Mulai beroperasi : Oktober 2013 Gambar 14. National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.national-hospital.com/id/berita/page/3 ) National Hospital dibangun menjadi sepuluh lantai, terdiri dari dua lantai basement dan lantai lima gedung annex. Total luas bangunannya sendiri mencapai 32.000 meter persegi. Mengadopsi green development pada fisik bangunannya. Konsep desainnya pun dibentuk ramah lingkungan dan hemat energi. Menerapkan sistem pendingin ruangan hemat energi, pemakaian sunergy glass yang mampu mereduksi panas dan ultraviolet hingga 35 persen, serta fasilitas pengolahan limbah padat dan cair dengan peralatan canggih. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 34

National Hospital memiliki 30 klinik dokter spesialis yang siap melayani pasien rawat jalan. Klinik itu terbagi empat zona, yakni spesialis anak, kandungan dan kebidanan, spesialis dewasa, dan layanan pemeriksaan lengkap. Gambar 15. Suite Room National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-123-spaciousmind.indesign.indonesia.magz ) Untuk rawat inap, disediakan sebanyak 123 kamar dengan total tersedia 250 tempat tidur yang terdiri dari kelas 3 hingga Suite Room, serta kamar Isolasi. Gambar 16. Suasana malam hari National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-123-spaciousmind.indesign.indonesia.magz ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 35

Tidak hanya kualitas estetika dan detail bangunan yang rapi, bersih, dan terlihat profesional, tetapi bangunan rumah sakit juga harus terlihat ramah menerima kedatangan para pasien dan pengunjungnya. Sebuah tipe bangunan yang mewadahi fungsi yang tidak rekreatif atau bahkan tidak untuk bersenang-senang. Gambar 17. Eksterior National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-123-spaciousmind.indesign.indonesia.magz ) Hal inilah yang telah diupayakan oleh arsitek Prof. Tay Keng Soon dari Akitek Tenggara. Pengalamannya selama puluhan tahun merancang berbagai tipe bangunan, diantaranya rumah sakit di Singapura memberikannya pemahaman lebih mendalam tentang prioritas dalam desain bangunan rumah sakit. Gambar 18. Interior National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-123-spaciousmind.indesign.indonesia.magz ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 36

Gedung National Hospital ini sengaja tidak menonjol secara penggunaan warna dan material. Arsitek sengaja memanfaatkan bentuk bangunan dan komposisi material untuk mewujudkan tekstur, kesan solidvoid, dan bahkan berat-ringan yang membentuk dinamika desain. Pemilihan warna juga cenderung netral dengan tone warna biru dan abu-abu menjadi representasi dari warna corporate National Hospital. Berada di Kota Surabaya yang memiliki iklim tropis dan kelembapan tinggi membuat bangunan ini berhasil kontekstual dan tetap terlihat menarik perhatian tanpa harus menonjol dalam cuaca kota yang panas dan lembap tersebut. Sebuah ekspresi desain yang mendukung visi rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap dan berkualitas pada masyarakat Surabaya. Tak hanya mengusung green development serta ramah lingkungan. Rumah sakit ini juga dilengkapi peralatan canggih untuk pelayanan kesehatannya. Gambar 19. Fasilitas tempat tidur pasien yang Modern di National Hospital Surabaya ( Sumber gambar : http://www.indesignindonesia.com/read-news-3-0-123-spaciousmind.indesign.indonesia.magz ) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 37

2.5 Kesimpulan Studi Banding Dari penjabaran kedua studi banding diatas, yaitu pada Rumah Sakit Pertamedika Sentul dan National Hospital Surabaya, kesimpulan yang bisa diambil yaitu : 1. Fasilitas medis dan nonmedis yang lebih lengkap dan mengikuti standarisasi depkes yang bertaraf nasional serta International. 2. Bentuk masing-masing bangunan Rumah Sakit mengarah ke bentuk yang Iconic dilingkungan sekitarnya, serta menjadi Green Hospital yang mengacu pada konsep Green Architecture. 3. Kedua rumah sakit sama-sama menerapkan Konsep Green Architecture sebagai upaya untuk kenyamanan pengguna bangunan, serta efisiensi dalam penggunaan energi dan pengoptimalan cahaya alami. 4. Adanya ruang hijau, serta taman yang mensuplai kebutuhan udara bersih. 5. Bangunan memiliki estetika dan detail bangunan yang rapi, bersih, dan terlihat modern. 6. Suasanan ruangan yang nyaman dan aman baik dari penataan interior maupun exterior. 7. Lokasi strategis, mudah dijangkau oleh masyarakat. 8. Penggunaan warna yang lembut seperti warna putih membuat bangunan terlihat secara psikologis sebagai sesuatu yang menenangkan, dan bersih, serta menyatu dengan lingkungan yang hijau. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 38