BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DISIPLIN SEKOLAH DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah minat. Walgito (2010) menyatakan minat mempengaruhi proses hasil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DISIPLIN SEKOLAH DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA. Oleh: FITRI APSARI S NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka pernah diancam dengan senjata di sekolah, 7% mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan mereka telah disakiti secara verbal, diancam secara fisik atau diserang oleh siswa (Santrock, 2007). Fenomena kekerasan disekolah yang dilakukan oleh teman sebaya di Indonesia semakin banyak bermunculan. Kekerasan-kekerasan yang dilakukan siswa tersebut yang berlangsung secara sistematis disebut dengan istilah Bullying. Alexander (Nusantara, 2008) bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut mendapat perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi atau kurang percaya diri dalam masa dewasa. Sementara pelaku bullying, kemungkinan besar akan terlibat dalam tindak kriminal di kemudian hari. Berikut ini data dari berbagai sumber mengenai berita kasus bullying di Indonesia (Nusantara, 2008). Peneliti melaporkan hasil dari observasi yang dilakukan dalam rentang waktu selama ± 1 minggu dari tanggal 22 sampai 29 november 2012 mendapati data seperti berikut: ejekan, cemooh, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu. 1

2 Terlebih lagi Kasus adanya Geng antar kelas yang melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya. Geng yang beranggota anak-anak perempuan ini sudah ada sejak se-tahun lalu dan sering menggencet orang-orang yang tidak mereka sukai. Intinya, geng ini akan ikut campur dengan orang-orang yang sebenarnya tidak berhubungan dengan siswa tersebut, tapi dengan anggota geng tersebut. Pelaku bullying tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental selain itu sangat penting kita perhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban. Seorang siswa mendorong bahu temanya dengan kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum tentu dikatakan bullying (Nusantara, 2008). Berdasarkan uraian diatas masalah penyimpangan perilaku anak didik yang perlu penanggulangan secepatnya, hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab penyimpangan perilaku tersebut. Penyimpangan sikap muncul karena adanya perbedaan persepsi atau pandangan terhadap sikap anak itu sendiri. Perbedaan persepsi inilah yang dapat menimbulkan kesulitan dalam perkembangan anak. Proses sosialisasi dibutuhkan anak didik untuk membawa kearah pemenuhan apa yang dihadapkan oleh lingkungannya dari dirinya yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

3 Hal ini sering menimbulkan konflik antara tuntutan sosial dan keinginan anak. Akibat lain dari perilaku bullying ini adalah timbulnya berbagai permasalahan dan psikologis yaitu perasaan tidak aman, takut dan cemas bagi orang yang berada disekitar orang yang memiliki perilaku bullying terutama perilaku bullying yang dimiliki seorang sejak masa kanak-kanak dan terus menetap dalam diri hingga orang tersebut beranjak dewasa. Perilaku bullying disekolah ditunjukkan oleh penentangan anak terhadap peraturan sekolah, terhadap guru, tindak kekerasan terhadap teman sekolah, tindakan perusakan dan perilaku bullying lainnya. Perilaku bullying yang tidak ditangani sejak dini maka besar kemungkinan ditahun-tahun yang akan datang perilaku tersebut dapat memunculkan korban lebih banyak dari sekarang. Akibat yang terjadi di sekolah perilaku ini merugikan karena ada diantara wali murid yang datang ke sekolah untuk mengadukan bahwa anaknya habis dipukul sampai berdarah sehingga tidak mau masuk sekolah. Dampak yang lainnya adalah ada beberapa siswa yang diminta untuk dipindahkan ke sekolah lain karena sering diganggu. Sekolah perlu bertindak tegas untuk bisa mengkondisikan lingkungan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak untuk belajar dan bukan seperti terpenjara dalam peraturan yang mengikat. Penanganan perilaku bullying membutuhkan banyak waktu dan pengawasan sehingga pada beberapa kasus perlu ditangani dengan cara multidisiplin (Balhaqi dan Sugiarmin, 2008). Disiplin merupakan aspek dari hubungan orang tua dan anak, maupun hubungan guru dan anak didik. Harapan dengan adanya penanaman disiplin bagi anak didik agar mereka dapat memahami

4 bahwa disiplin itu perlu agar dapat hidup serasi dengan lingkungannya. Lembaga sekolah harus menggunakan metode-metode disiplin agar tidak mematuhi keinginan tuntutan pendidikan semata. Pendidik harus dapat menunjukkan secara konsisten pada anak didik mengenai tingkah laku mana yang dinilai baik dan mana yang tidak. Metode disiplin yang bisa diterapkan sekolah salah satunya dengan penertiban terhadap aturan sekolah. Aturan atau tata tertib sekolah merupakan salah satu alat untuk melatih anak didik mempraktekkan disiplin di sekolah. Tata tertib dan disiplin sekolah harus diusahakan menunjang dinamika sekolah dalam semua kegiatannya, karena secara eksplisit mencakup sanksi-sanksi yang akan diterima jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sekolah. Tulus (2004) berpendapat bahwa disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya pada masa depannya. Hasil penelitian pendahuluan menyatakan pada bulan Desember 2011 dari hasil wawancara guru bimbingan konseling dari siswa 220 di MTsN Tinawas Nogosari Boyolali terdapat beberapa bentuk perilaku bullying diantaranya; Tabel 1.1 Bentuk-bentuk perilaku bullying Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying Memalak teman-teman disekolah, bahkan menjadi preman dipasar Kalioso. Suka marah-marah, kalau sudah marah sulit dikendalikan dan membanting fasilitas yang ada Frekeunsi Bullying 20% 30%

5 dikelas. Mencontek dengan paksa jika salah satu temannya menolak, maka pelaku bullying akan menendang kursi yang diduduki temannya tersebut. Menyebarkan gossip, memanggil dengan nama julukan, memanggil nama-nama orangtua sebagai bahan ejekan 15% 10% Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan menurut Bauman dan Rio (2006) yang menjelaskan bahwa didalam bullying, pelaku maupun korban berkaitan dengan drop out dari sekolah, kurangnya penyesuaian psikososial dan perlakuan negatif dari orang lain. Swearer dkk (dikutip Bauman dan Rio, 2006) menemukan bahwa baik pelaku maupun korban bullying memiliki harga diri yang rendah. Workshop Nasional Anti-bullying 2008 diungkapkan bahwa salah satu penyebab seseorang menjadi pelaku bullying adalah harga diri yang rendah. Coopersmith (Harre dan Lamb, 1996) menyatakan bahwa harga diri adalah penilaian yang tentang dirinya. Hal itu menyatakan sikap menyetujui atau tidak menyetujui, dan menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu, berarti, sukses dan berharga. Chaplin (2001) menyatakan bahwa harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap interaksi, penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu. Harga diri merupakan kunci terpenting dalam pembentukan perilaku seseorang karena harga diri ini dapat berpengaruh pada proses berfikir, keputusan-keputusan yang diambil, dan nilai-nilai tujuan individu. Harga diri sesungguhnya menggambarkan keputusan seseorang secara implisit atas kemampuannya dalam menguasai tantangan-tantangan kehidupan

6 untuk memahami dan menguasai masalah-masalah yang ada. Permasalahan bullying dimasa sekolah perlu mendapat perhatian dari orang tua dan juga dapat memperagakan atau melatih kepada anak-anak mereka cara-cara berkorelasi dengan teman-teman sebayanya. Investigasi orang tua menyatakan bahwa mereka merekomendasikan strategi-strategi khusus kepada anaknya sehubungan dengan relasi teman-teman sebaya menurut Rubin & Sloman (Santrock, 2007). Contoh dari kasus ini orangtua memberitahu anaknya bagaimana menengahi pertengkaran atau bagaimana agar tidak malu terhadap orang lain. Orang tua juga mendorong anak-anak agar toleran dan saling membantu antar teman. Remaja diharapkan memiliki harga diri yang positif untuk mengadakan penilaian terhadap kemampuan dan rasa berharga suatu pribadi dengan mencerminkan nilai-nilai disiplin disekolah, kompetensi karena dengan adanya penghargaan tentang diri sendiri dan penghayatan terhadap nilai-nilai tersebut remaja akan lebih mudah untuk menumbuhkan kepekaan nilai disiplin disekolah. Pola asuh orang tua yang menerima akan membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya. Pola asuh ini sangat kondusif mendukung untuk menghentikan perilaku-perilaku seperti tawuran, penyalahgunaan narkotika dan perilaku kekerasan lainnya yang sering dilakukan remaja. Kenyataan yang terjadi nilai-nilai sosial disekolah semakin lama semakin menurun, banyak remaja melakukan tawuran, tidak peduli dengan teman, tidak menghormati orang tua, serta sering melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan sekolah, akibatnya prestasi anak didalam sekolah

7 menurun, dan aktualisasi anak disekolah menurun. Harga diri yang positif dan disiplin sekolah yang tinggi dapat meminimalkan perilaku bullying di dalam diri remaja, sehingga tingkat perilaku bullying yang terjadi pada remaja dapat dihilangkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah Bagaimana hubungan antara harga diri dan disiplin sekolah dengan perilaku bullying pada remaja?. Dengan rumusan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Harga Diri dan Disiplin Sekolah dengan Perilaku Bullying pada Remaja. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui adanya hubungan antara harga diri dan disiplin sekolah dengan perilaku bullying pada remaja. 2. Mengetahui adanya hubungan antara harga diri dengan perilaku bullying pada remaja. 3. Mengetahui adanya hubungan antara disiplin sekolah dengan perilaku bullying pada remaja. 4. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying pada remaja. 5. Mengetahui perilaku bullying ditinjau dari jenis kelamin.

8 C. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi partisipan baik yang mengikuti maupun yang tidak mengikuti, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan sumbangan informasi mengenai pentingnya harga diri dan metode kesiplinan agar tidak terjadinya perilaku bullying pada remaja, pada penelitian remaja yang dimaksud adalah siswa SMP agar dapat membentuk harga diri yang positif dan disertai disiplin sekolah untuk memberikan aturan kepada anak agar tidak terjadinya perilaku bullying. 2. Bagi kepala sekolah dan guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai menanamkan harga diri secara positif untuk membentuk kepribadian anak agar dapat menilai diri secara positif serta adanya metode kesiplinan untuk mengkomunikasikan masalah anak, agar supaya siswa mampu menunjukkan sikap positif dan terhindar dari perilaku bullying. 3. Bagi orang tua diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai disiplin sekolah terhadap penanaman kedisiplinan, sehingga orangtua dapat memberlakukan kedisiplinan yang maksimal, serta menanamkan harga diri secara positif kepada anak agar anak menunjukkan kemampuannya. 4. Bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi pendidikan hasil-hasil penelitian ini akan memberikan gambaran dan informasi serta menambah khasanah penelitian khususnya yang berkaitan dengan pentingnya harga diri dan disiplin sekolah terhadap perilaku bullying.

9 5. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmuwan psikologi khususnya psikologi pendidikan, yang nantinya penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti jenis bidang yang sama. D. Keaslian Penelitian Penelitian lain oleh Sudiyo (guru SMP Negeri 2 Randublantung Blora), Oktober 2009. Penelitian tersebut mengenai upaya peningkatan kedisiplinan masuk sekolah pada jam pelajaran pertama melalui hukuman berjenjang siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Randublatung Semester Gasal Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian mulai dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juli- Sepetember. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIC sebanyak 32 siswa. Hasil dari penelitian ini dengan adanya upaya tindakan kedisiplinan dengan hukuman berjenjang bagi siswa yang datang terlambat dapat meningkatkan ketepatan waktu masuk. Penelitian yang lain tentang minimalisasi pelanggaran disiplin sekolah melalui efektivitas tim kedisiplinan, penelitian yang dilakukan oleh Joko Sumarno tahun 2008 dalam widyatama Vol.5.No.2. Penelitian ini dilakukan selama dua semester di SMP N 2 Bobotsari, dengan hasil bahwa melalui afektivitas kerja tim kedisiplinan dapat meminimalkan pelanggaran disiplin sekolah. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat.sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menimba ilmu serta membantu

10 membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktek-praktek bullying. Penelitian tentang hubungan antara harga diri dan disiplin sekolah dengan perilaku bullying pada remaja ini peneliti lakukan untuk melengakapi hasil-hasil penelitian sebelumnya. Perilaku bullying yang sering terjadi disekolah dikarenakan harga diri anak yang rendah, dapat dicegah dengan adanya kedisiplinan sekolah, perilaku bullying akan berkurang dengan adanya kedisiplinan yang diterapkan disekolah sehingga harga diri anak akan tinggi dan dapat berprestasi disekolah.