23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Pustaka 1. Dasar Hukum Dasar hukum dalam prosedur penyelesaian impor barang kiriman pos melalui kantor pos lalu bea Plemburan Yogyakarta dibawah pengawasan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Yogyakarta antara lain: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. b. Kep. DJBC No. KEP-07/BC/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan DJBC No. P-42/BC/2008. c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman. d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010 tentang Nilai Pabean Untuk Menghitung Bea Masuk. e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Impor. 23
24 f. Surat Edaran Bersama direktur Jendral Bea dan Cukai dengan Direktur Utama PT Pos Indonesia (PERSERO) Nomor: SE-20/BC/2000 dan Nomor: 35/dirutpos/2000 tentang Tatacara Penyelesaian Barang Impor atau Barang Ekpsor yang Dikirim Melalui Pos dengan Menggunakan Layanan Logistik dan Komunikasi. 2. Landasan Teori a. Pengertian Prosedur Menurut Sutanto (2005: 263) prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Menurut Mulyadi (2008: 5) prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara beragam transaksi perusahaan yang tejadi berulang-ulang. Beberapa pengertian menurut para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh satu pihak terkait atau lebih dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan. b. Pengertian Barang Kiriman Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman. Barang Kiriman adalah barang impor yang dikirim oleh
25 pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean. Sedangkan Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan (http://www.beacukai.go.id, 30/03/2015, 22: 48) c. Pajak 1) Pengertian Pajak Secara Umum Ada beberapa definisi dan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian pajak, yaitu sebagai berikut: a) Menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S. H., pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Ilyas dan Burton, 2010: 6 ) b) Menurut Feldmann dalam Suandy (2014: 8) pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
26 c) Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi dan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri pajak secara garis besar adalah: (1) Pajak adalah iuran rakyat kepada negara dan dalam pembayarannya harus sesuai dengan Undang Undang. (2) Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun daerah dan sifatnya dapat dipaksakan. (3) Pajak digunakan untuk membiayai keperluan negara bagi kepentingan masyarakat umum. 2) Fungsi Pajak Pajak mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Fungsi pajak dibedakan menjadi dua (Suandy, 2014: 12) :
27 a) Fungsi finansial (budgeter) yaitu memasukkan uang sebanyakbanyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. b) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. 3) Asas Pemungutan Pajak Berhubung pemungutan pajak dikenakan atas sebagian kekayaan atau pengeluaran seseorang atau sebagian keuntungan atau laba suatu badan ke kas negara melalui atau berdasarkan wewenang pemerintah yang diberikan oleh undang-undang, maka di dalam penyusunan undang-undang dan peraturan perpajakan harus memperhatikan beberapa asas (Priantara, 2013: 5). Menurut Mardiasmo ( 2011: 7) asas pemungutan pajak ada tiga yaitu: a) Asas domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri. b) Asas sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
28 c) Asas kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 4) Sistem Pemungutan Pajak Menurut Waluyo (2010: 17) sistem pemungutan pajak ada tiga, yaitu : a) Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya sebagai berikut: (1) Besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh fiskus, (2) Wajib pajak bersifat pasif, (3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. b) Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan (menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan) sendiri besarnya pajak yang terutang. c) With Holding system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
29 5) Pembagian Jenis Pajak Di Indonesia terdapat berbagai macam pajak, baik pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain maupun pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak. Menurut Waluyo (2010: 12) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok: a) Menurut Golongannya (1) Pajak Langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan (PPh). (2) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b) Menurut Sifatnya (1) Pajak Subjektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak, (2) Pajak Objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan atau melihat objeknya baik berupa keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.
30 c) Menurut Lembaga Pemungutannya (1) Pajak Pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan. (2) Pajak Daerah, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. d. Pungutan Pajak Barang Kiriman Prosedur dari penerimaan barang kiriman, setiap barang yang masuk ke dalam Daerah Pabean selalu melewati proses pemeriksaan oleh pihak bea cukai terlebih dahulu, bea cukai akan menghitung pajakpajak yang harus dibayar sesuai dengan jenis barang. Dalam penghitungan pemungutan pajak-pajak barang kiriman disini menggunakan pola pemungutan pajak Official Assesment System, dimana pejabat Bea dan Cukai yang melakukan perhitungan dan pemungutan atas barang kiriman tersebut. Pajak-pajak yang dipungut tersebut antara lain: 1) Bea Masuk Bea masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang impor (http://www.beacukai.go.id, 01/04/2015, 22: 36). Dasar penghitungan bea masuk dilihat dari Harga Barang = Cost (C), Asuransi = Insurance (I), Biaya pengiriman / Ongkos kirim = Freight (F ). Maka rumus penghitungan bea masuk yaitu:
31 Bea Masuk = (CIF USD 50 ) x Tarif Bea Masuk (Tarif Bea masuk bisa dilihat di BTBMI/BTKI, karena tarif bea masuk ini bervariasi tergantung jenis barang). 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa di dalam negeri (dalam daerah pabean). Pertambahan nilai timbul karena digunakannya faktorfaktor produksi dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau jasa kepada konsumen (Sumardiyanti, 2003 ). Penghitungan PPN didasarkan pada CIF dan bea masuk, maka rumus penghitungan PPn untuk barang kiriman yaitu: PPN = ((CIF USD 50) + bea masuk ) x 10 % 3) PPh Pasal 22 Menurut hukum Indonesia, Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang (http://www.online-pajak.com, 01/04/2015, 23: 50). Penghitungan pemungutan PPh ini juga didasarkan pada CIF dan bea masuknya, tetapi yang membedakan adalah pengenaan tarif PPh nya, tarif PPh yang dikenakan adalah 7,5% tetapi bisa kena 2,5% bila punya API,
32 atau 15% bila tidak punya NPWP. Maka rumus penghitungan PPh Pasal 22 untuk barang kiriman yaitu: PPh =((CIF USD 50) + bea masuk ) x 7.5% 4) Pajak Impor Setelah dilakukan penghitungan pajak mulai dari Bea Masuk, PPN, PPh Pasal 22 baru ditentukan pajak impornya. Pajak impor di hitung dengan rumus: Pajak Impor = Bea Masuk + PPN + PPh e. Barang Kiriman Pos Lalu Bea PT. Pos Indonesia merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang beregerak dibidang pelayanan pos. PT Pos Indonesia melakukan kerjasama dengan Pos Internasional dalam rangka pelayanan barang kiriman antara indonesia dengan negara lain. 1) Kantor Pos Kantor Pos adalah fasilitas fisik tidak bergerak untuk melayani penerimaan, pengumpulan, penyotiran, transmisi, dan pengantaran surat dan paket pos (http://id.wikipedia.org, 03/04/2015, 21: 33) 2) Kantor Pos Lalu Bea Kantor Pos Lalu Bea adalah Kantor Pos dimana berlaku pengawasan pabean atas barang-barang yang datang dari luar negeri/ luar daerah pabean. Pada Kantor Pos tersebut ditempatkan petugas
33 Bea Cukai untuk mengawasi lalu lintas barang kiriman (http://www.bppk.kemenkeu.go.id, 03/04/2015, 22: 05). B. Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sejenis yang membahas mengenai prosedur penerimaan barang kiriman dan pungutan pajak yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengumpulan data, metode dan analisis data yang digunakan untuk pengolahan data. Asmara (2010) meneliti tentang pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Dalam penelitian menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan barang impor dan pengimplementasi pelaksanaan pemeriksaan barang impor. Penelitian dilakukan telaan untuk membahas tentang berbagai dokumen yang menjadi syarat dalam proses pemeriksaan barang impor. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian tersebut merupakan jenis penelitian deskriptif analitik yang memfokuskan pembahasan tentang Prosedur Pemeriksaan Barang Impor dan dokumen pelengkapnya pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Surakarta. Sehingga kita mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan barang impor dan mengetahui dokumen pelengkap apa saja yang diperlukan untuk menjadi syarat pemeriksaan barang impor. Sari (2010) meneliti tentang Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor Barang Kena Pajak
34 di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Surakarta Tahun Anggaran 2006 2009. Penelitian ini menjelaskan tentang seberapa besar kontribusi dari pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor Barang Kena Pajak terhadap total penerimaan pajak di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Surakarta dan fasilitas perpajakan apakah yang dberikan kepada imporir untuk meningkatkan penerimaan PPN atas impor barang kena pajak. Dalam penelitian ini juga menjelaskan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan PPN atas impor barang kena pajak. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini, penulis memakai objek penelitian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor barang kena pajak. Sehingga bisa diketahui seberapa besar kontribusi dari pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang kena pajak terhadap total penerimaan pajak di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Surakarta di Tahun Anggaran 2006 2009. Linta Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makasar. Penelitian ini juga menjelaskan faktor apa saja yang mendukung dan faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang barang pada daerah pabean oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makasar. Adapun yang
35 membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan tentang bagaimana pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang barang pada daerah pabean dan faktor yang mendukung serta faktor penghambat apa yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan pengawasan lalu lintas barang pada daerah pabean oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makasar. dalam Memeriksa dan Memutuskan Perkara Pemalsuan D Penelitian ini menjelaskan tentang pertimbangan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara pemalsuan dokumen pabean dalam putusan nomor: 162/Pid.B/ 2006/ PN. Bi di pengadilan Boyolali. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara pemalsuan dokumen pabean dalam putusan nomor: 162/Pid.B/ 2006/ PN. Bi di pengadilan Boyolali. Berdasarkan hasil tinjauan peneliti terhadap karya ilmiah sebelumnya, tampak bahwa penelitian yang akan diteliti dalam Tugas Akhir ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu dalam penelitian ini berfokus pada prosedur penerimaan dan pemungutan pajak atas barang kiriman dari luar negeri. Hal tersebut juga atas pertimbangan dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta sebagai objek yang digunakan untuk penelitian Tugas Akhir penulis.