I. PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sistematis. Indikator penalaran belajar matematika yaitu: a) membuat analogi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) hingga jenjang perguruan tinggi. Seorang guru yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanan sampai

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran membutuhkan strategi yang tepat. Kesalahan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. akan mati. Karena pentingnya komunikasi maka hampir 99% manusia. menghabiskan aktivitasnya dengan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan nasional dikemukakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Matematika salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depnidnas adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dan menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, sera mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan (4) mengembangkan kemampuan informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Salah satu bentuk wujud nyata untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah adanya lembaga-lembaga pendidikan formal. Pendidikan sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terencana dan sistematis. Tetapi tidak jarang lembagalembaga pendidikan formal belum mampu menghasilkan generasi-generasi

bangsa yang berkualitas. Salah satu permasalahan pendidikan di lingkungan sekolah yang secara langsung berhadampak dengan siswa adalah pembelajaran, kita lihat sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif dengan mentrasfer konsep-konsep secara langsung pada siswa. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan pada siswa. Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subjek bukan objek dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa ikut berpartisifasi ikut mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran yang mengacu suatu kondisi belajar yang aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal. Pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan problem-based learning (PBL) dan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). PBL merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Dalam PBL memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiry dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, PBL penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD bahwa siswa akan lebih mudah dan menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang sederajat tetapi heterogen. Tujuan dibentuk kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan pada hasil nilai mata pelajaran matematika ujian semester ganjil siswa kelas IX SMPN 19 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa yang dihasilkan belum semuanya mencapai maksimal dikarenakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di sekolah yaitu 60 belum tercapai seluruhnya. Ketuntasan yang dicapai baru 55%. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas IX SMPN 19 Bandar Lampung karna penerapan kegiatan pembelajaran matematika oleh guru matematika di SMPN 19 Bandar Lampung belum menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam belajar di kelas. Rendahnya kualitas kegiatan pembelajaran berupa pembelajaran yang pasif berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan pembelajaran yang aktif seperti pembelajaran kooperatif tipe STAD dan PBL akan berdampak pada meningkatkan pretasi belajar matematika siswa SMPN 19 Bandar Lampung.

Bangun ruang sisi lengkung salah satu pokok bahasan yang diajarkan di kelas IX semester 1 (satu). Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pokok bahasan ini. Beberapa diantaranya adalah siswa kurang memahami konsep-konsep bangun ruang sisi lengkung. Materi bangun ruang sisi legkung (BRSL) adalah bukan pokok bahasan matematika yang tidak berdiri sendiri, artinya bila konsep BRSL tidak mungkin dipelajari sebelum konsep Phytagoras, lingkaran, dan beberapa konsep lain dipelajari terlebih dahulu, sehingga diperlukan kemampuan awal pada siswa untuk mempelajari pokok bahasan BRSL. Pokok bahasan BRSL menjadi pokok bahasan yang konsepnya sulit dipahami karena ketika guru memilih kegiatan pembelajaran, guru tidak memperhatikan kemampuan awal. Kemaampuan awal harus mendapat pertimbangan dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal. Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif. Pengetahuan tentang tingkat kemampuan awal diperlukan oleh guru untuk menentukan pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajarannya di kelas. Dengan memahami tingkat kemampuan awal guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasyarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa.

Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yang sedang dibahas oleh guru cenderung berperilaku menyimpang seperti melamun, menulis atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran. Di Sekolah Dasar (SD), siswa telah mengenal bangun ruang seperti tabung, kerucut, dan bola. Bangun-bangun ruang tersebut akan dipelajari kembali di tingkat SMP kelas IX pada materi Bangun ruang sisi lengkung (BRSL). BRSL yaitu bola, kerucut, dan tabung. Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering melihat benda-benda yang berbentuk tabung, kerucut, dan bola, untuk itu perlu pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi BRSL. PBL dirancang dengan struktur pembelajaran yang di mulai dengan masalah yang autentik, memberikan siswa tanggung jawab dan ilmu yang siswa dapat di sekolah dasar sehingga diharapkan siswa dapat menyelesiakan masalah tersebut dengan tetap menghadirkan guru sebagai fasilitator menuntun siswa untuk bisa menuju pada pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan sebuah tugas, meyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan besama yaitu memahami suatu pokok bahasan yang sedang di pelajari. Oleh karena itu pembelajaran yang sesuai dengan PBSL adalah pembelajaran PBL dan kooperatif tipe STAD, manun dari kedua pembelajaran belum diketahui mana yang lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan kondisi di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan peningkatan prestasi belajar matematika melalui

pembelajaran problem-based learning dengan pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement ditinjau dari kemampuan awal berbeda pada siswa SMPN 19 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011. 1.2 Identifikasi Masalah Dari paparan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan yang perlu dikaji sebagai berikut: 1. Proses kegiatan pembelajaran yang kurang mengaktif siswa dalam belajar. 2. Tujuan pendidikan nasional belum tercapai. 3. Prestasi matematika siswa SMPN 19 Bandar Lampung belum maksimal. 4. Proses pembelajaran matematika di SMPN 19 Bandar Lampung belum menerapkan PBL. 5. Proses pembelajaran matematika di SMPN 19 Bandar Lampung belum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 6. Kemampuan awal masih belum dijadikan dasar dalam pemilihan pembelajaran. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut dan mengingat keterbatasan yang ada pada penelitian, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada : 1. Proses pembelajaran matematika di SMPN 19 Bandar Lampung belum menerapkan PBL. 2. Proses pembelajaran matematika di SMPN 19 Bandar Lampung belum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Prestasi belajar matematika siswa belum maksimal. 4. Tingkat kemampuan awal belum dijadikan dasar dalam pemilihan pembelajaran. 1.4 Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal dalam peningkatan prestasi belajar matematika siswa? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan kooperatif tipe STAD? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan kooperatif tipe STAD pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan kooperatif tipe STAD pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Ada tidaknya interaksi antara pembelajaran dan tingkat kemampuan awal dalam peningkatan prestasi belajar matematika siswa. 2. Perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan kooperatif tipe STAD pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. 4. Perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan PBL dan kooperatif tipe STAD pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian secara teoretis dapat memberikan khasanah keilmuan dibidang pembelajaran, khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan pemanfaatan dan desain. 1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi Siswa 1. Perbaikan aktivitas siswa dalam belajar di kelas. 2. Meningkatkan peningkatan prestasi belajar matematika siswa. 3. Memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan PBL yang diharapkan mengaktifkan dalam pembelajaran matematika.

1.6.2.2 Bagi Guru Memiliki gambaran mengenai pembelajaran matematika yang efektif, dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di kelas, dapat mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut dan dapat digunakan untuk menyusun program peningkatan aktifitas belajar siswa. 1.6.2.3 Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan PBL yang juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme peneliti dan dapat dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut pada waktu mendatang. 1.6.2.4 Bagi Sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi lulusan yang dihasilkan menjadi lebih bermutu sehingga meningkatkan kualitas sekolah.