BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

III. METODE PENELITIAN

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

Bab II. Tinjauan Pustaka

Analisa Rasio Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan, yaitu sebagai berikut : lancar dijamin dengan Rp 0,839 aktiva lancar.

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS RASIO FINANSIAL PT. ANEKA TAMBANG,Tbk PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB IV KESIMPULAN. Tabel 4.1 PT XL AXIATA TBK DAN ENTITAS ANAK. Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas.

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Martina Berto Tbk dan PT Mustika Ratu Tbk bergerak dalam bidang industri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69. Akta pendirian perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/59/15 tanggal 30 April 1964, tambahan No. 357. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Sutjipti, S.H., yang dibuat dihadapan Notaris pengganti Aulia Taufani, S.H., No. 107 tanggal 15 Desember 2009 dalam rangka menyesuaikan dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) (sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK). Perubahan anggaran dasar ini sudah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU- 04365.AH.01.02. Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010. Ruang lingkup perusahaan meliputi manufaktur dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Msstdchapij Sampoerna.

45 Perusahaan berkedudukan di Surabaya, dengan kantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, dan Probolinggo (2013: Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, Probolinggo, Lumajang, dan Jember). Perusahaan juga memiliki kantor korporasi di jakarta. Pada tanggal 31 Desember 2014, perusahaan dan entitas anak (bersama-sama disebut GROUP ) memiliki kurang lebih 29.700 orang karyawan tetap (2013: 33.500 orang karyawan tetap). Pada tahun 1990, perusahaan melakukan penawaran umum saham sebanyak 27.000.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 (Rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 12.600 (Rupiah penuh) per saham.

46 4.2 Analisis Data Tabel 4.1 Laporan Keuangan No Keterangan Dalam Jutaan Rupiah 2013 2014 2015 1 Total Asset 27.404.594 28.380.630 38.010.724 2 Current Asset 21.247.830 20.777.514 29.807.330 3 Cash and Cash Eq. 657.276 65.086 1.718.738 4 Trade Receivables 1.393.160 1.009.645 2.458.742 5 Inventories 17.332.558 17.431.586 19.071.523 6 Non Current Asset 6.156.764 7.603.116 8.203.394 7 Intangibles Asset Net - - - 8 Deffered Tax Asset 149.792 219.407 235.765 9 Other assets 584.252 808.736 922.962 10 Liabilities 13,249,559 14.882.516 5.994.664 11 Current Liabilities 12.123.790 13.600.230 4.538.674 12 Trade Payable 2.193.703 2.761.472 3.191.113 13 Taxes Payable 1.409.876 1.106.481 413.723 14 Accured Expenses 77.249 120.209 238.337 15 Non Current Liabilities 1.125.769 1.282.286 1.455.990 16 Shareholder Equity 14.155.035 13.498.114 32.016.060 18 Revenue 75.025.207 80.690.139 89.069.306 19 Cost Of Good Sold 54.953.870 60.190.077 67.304.917 20 Gross Profit 20.071.337 20.500.062 21.764.389 21 Operating Expense (4.471.081) (6.694.643) (7.716.318) 22 Interest Income 48.866 57.465 68.963 23 Gain (Loss) On Foreign 9.449 14.115 15.844 Exchange Net 24 Gain On Sale Of Property - - - 25 Miscelllaenous Net - - - 26 Profit and Loss Before 14.509.710 13.718.299 13.932.644 Taxes 27 Taxes Expense (3.691.224) (3.537.216) (3.569.336) 28 Retrained Earning 10.818.486 10.181.083 10.363.308 29 Other Expense (317.237) (263.106) (210.358) 30 Other Income 237.451 151.822 148.549 31 Comprehensive Profit 10.807.957 10.014.995 10.355.007

47 4.3 Analisis Rasio Keuangan Analisi Rasio Keuangan adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh perusahaan dibidang keuangan, dengan angka yang satu dengan angka yang lainnya dari suatu laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba atau rugi. Dengan demikian, analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat sekarang maupun dimasa mendatang dan untuk menilai posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 4.3.1 Perhitungan Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, dimana rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja berupa pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Kurangnya likuiditas dapat menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan. A. Current Ratio (Rasio Lancar) Current ratio merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya hutang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Rasio ini menunjukkan kemampuan PT. HM. Sampoerna Tbk, didalam membayar kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio lancar, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai tagihan. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan

48 untuk mengukur rasio lancar adalah 200% (2:1). Artinya dengan hasil rasio seperti itu, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, berada dititik aman dalam jangka pendek. Dan jika dibawah nilai rata-rata perusahaan dikatakan dalam keadaan kurang baik. Adapun hasil perhitungan besarnya Current ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Aktiva Lancar (a) Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rasio Lancar Hutang Lancar (b) Current Ratio (c = a:b) Current Ratio (%) Interpretasi 2013 21.247.830 12.123.790 1,75 175 Tidak Baik 2014 20.777.514 13.600.230 1,53 153 Tidak Baik 2015 29.807.330 4.538.674 6,57 657 Baik Rasio lancar pada tahun 2013 sebesar 1,75, artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,75 kali hutang lancar. Setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh 1,75 rupiah harta lancar atau 1,75:1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Sehingga pada tahun 2013 PT. HM Sampoerna Tbk berada dalam kondisi tidak baik, karena nilai rasionya masih di bawah nilai rata-rata industri yaitu 2:1. Rasio lancar pada tahun 2014 sebesar 1,53, artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,53 kali hutang lancar. Setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh 1,53 rupiah harta lancar atau 1,53:1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Sehingga PT. HM Sampoerna Tbk berada dalam kondisi tidak baik, karena nilai rasionya masih dibawah nilai rata-rata industri yaitu 2:1. Rasio lancar

49 pada tahun 2015 sebesar 6,57, artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 6,57 kali hutang lancar. Setiap 1 rupiah hutang lancar dijamin oleh 6,57 rupiah harta lancar atau 6,57:1 antara aktiva dengan hutang lancar. Hal ini menunjukkan bahwa PT. HM Sampoerna Tbk dalam kondisi baik, karena aktiva lancar sebesar 21.247.830 lebih besar dari hutang lancar 12.123.790. Jadi nilai rasio keuangan perusahaan jauh diatas nilai rata-rata menurut Kasmir (2014) yaitu 2:1. B. Quick Ratio (Rasio Cepat) Quick rasio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Dengan demikian nilai sediaan diabaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur rasio cepat adalah 150% (1,5:1). Jika nilai rata-rata industri untuk Quick ratio diatas rata-rata maka keadaan perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi hutang lancar. Tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang. Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan dibawah rata-rata industri keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi pembayaran hutang lancar. Padahal menjual sediaan untuk harga yang normal relatif sulit kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian.

50 Adapun hasil perhitungan besarnya quick ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Aktiva Lancar (a) Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Cepat Hutang Lancar (b) Persediaan (c) Quick Ratio ((a-c):b) Quick Ratio (%) Interpretasi 2013 21.247.830 12.123.790 17.332.558 0,32 32 Tidak Baik 2014 20.777.514 13.600.230 17.431.586 0,25 25 Tidak Baik 2015 29.807.330 4.538.674 19.071.523 2,37 237 Baik Rasio cepat pada tahun 2013 sebesar 0,32, artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 0,32 aktiva lancar tanpa persediaan. Rasio cepat pada tahun 2013 berada dibawah nilai rata-rata rasio industri menurut Kasmir (2014) yaitu 1,5:1, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk, berada pada kondisi yang tidak baik. Rasio cepat pada tahun 2014 sebesar 0,25, artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 0,25 aktiva lancar tanpa persediaan. Rasio cepat pada tahun 2014 berada dibawah nilai rata-rata rasio industri menurut Kasmir (2014) yaitu 1,5:1, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk, berada pada kondisi yang tidak baik. Rasio cepat pada tahun 2015 sebesar 2,37, nilai rasio ini berada lebih tinggi dibanding nilai rasio dari dua tahun sebelumnya. Artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 2,37 aktiva lancar tanpa persediaan. Rasio cepat pada tahun 2015 berada diatas nilai rata-rata rasio industri menurut Kasmir (2014) yaitu 1,5:1, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk, berada pada kondisi yang baik.

51 C. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas. Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur rasio kas adalah 50% (0,5:1). Jika kas rasio diatas rata-rata maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara maximal. Adapun hasil perhitungan besarnya cash ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Kas Tahun Kas Hutang Lancar Cash Ratio Cash Ratio Interpretasi (a) (b) (c=a:b) (%) 2013 657.276 12.123.790 0,054 5,4 Tidak Baik 2014 65.086 13.600.230 0,005 0,5 Tidak Baik 2015 1.718.738 4.538.674 0,379 37,9 Tidak Baik Rasio kas pada tahun 2013 sebesar 0,054, artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 0,054 kas. Rasio kas pada tahun 2013 berada dibawah nilai rata-rata rasio industri menurut Kasmir (2014) yaitu 0,5:1, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk,

52 berada pada kondisi yang tidak baik. Rasio kas pada tahun 2014 sebesar 0,005, artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 0,005 kas. Rasio kas pada tahun 2014 berada dibawah nilai rata-rata rasio industri, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk, berada pada kondisi yang tidak baik. Rasio kas pada tahun 2015 sebesar 0,379, artinya 1 hutang lancar dijamin oleh 0,379 kas. Rasio kas pada tahun 2015 berada dibawah nilai rata-rata rasio industri menurut Kasmir (2014) yaitu 0,5:1, sehingga pada tahun ini PT. HM. Sampoerna Tbk, berada pada kondisi yang tidak baik. Akan tetapi pada tahun ini nilai rasio kas mengalami peningkatan dari dua tahun sebelumnya, walaupun nilai rasio kasnya masih dibawah nilai rata-rata rasio industri. 4.3.2 Perhitungan Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya dalam periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. A. Net Profit Margin Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan banyaknya penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap pendapatan, karena memasukkan semua unsur pendapatan laba. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur net profit margin adalah 20% (0,2:1). Jika net

53 profit margin diatas rata-rata maka keadaan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Dan jika dibawah nilai rata-rata, perusahaan berada dalam kondisi tidak baik. Dapat berarti juga bahwa harga barang perusahaan relatif rendah atau biaya-biayanya relatif tinggi. Adapun hasil perhitungan besarnya net profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Laba Bersih (a) Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Net Profit Margin Penjualan (b) Net Profit margin (c=a:b) Net Profit margin (%) Interpretasi 2013 10.807.957 75.025.207 0,14 14 Tidak Baik 2014 10.014.995 80.690.139 0,12 12 Tidak Baik 2015 10.355.007 89.069.306 0,12 12 Tidak Baik Pada tahun 2013 nilai net profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,14, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi tidak baik. Pada tahun 2014 nilai net profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,12, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi tidak baik. Pada tahun 2015 nilai net profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,12, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi tidak baik. PT. HM. Sampoerna Tbk dari tahun 2013, 2014, dan 2015 nilai net

54 profit margin mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan meningkatnya biaya tidak langsung yang relatif tinggi terhadap penjualan dan juga disebabkan oleh beban pajak yang tinggi untuk periode tersebut. B. Return On Asset (ROA) Return On Assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Rasio ini juga memberikan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur return on assets adalah 30% (0,3:1). Jika nilai ROA diatas rata-rata berarti margin laba perusahaan baik dan sebaliknya. Rendahnya rasio perusahaan disebabkan rendahnya margin laba karena rendahnya perputaran aktiva. Adapun hasil perhitungan besarnya return on assets PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Laba Bersih (a) Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Return On Assets Total Aktiva (b) ROA (c=a:b) ROA (%) Interpretasi 2013 10.807.957 27.404.594 0,39 39 Baik 2014 10.014.995 28.380.630 0,35 35 Baik 2015 10.355.007 38.010.724 0,27 27 Tidak Baik

55 Pada tahun 2013 nilai return on assets PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,39, nilai rasio ini berada diatas nilai rata-rata industri, sehinggai menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2014 nilai return on assets PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,35, nilai rasio ini berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2015 nilai return on assets PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,27, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi tidak baik. Pada tahun 2015, nilai rasio cenderung menurun dan dibawah nilai rata-rata perusahaan. Rendahnya rasio ini disebabkan rendahnya marjin laba karena rendahnya perputaran aktiva. C. Return On Equity (ROE) Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur return on equity adalah 40% (0,4:1). Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya. Adapun hasil perhitungan besarnya return on equity PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:

56 Tahun Laba Bersih Setelah Pajak (a) Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Return On Equity Total Modal (b) ROE (c=a:b) ROE (%) Interpretasi 2013 10.818.486 14.155.035 0,76 76 Baik 2014 10.181.083 13.498.114 0,75 75 Baik 2015 10.363.308 32.016.060 0,32 32 Tidak Baik Pada tahun 2013 nilai return on equity PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,76, nilai rasio ini berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2014 nilai return on equity PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,75, nilai rasio ini berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2015 nilai return on equity PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,32, nilai rasio ini berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang tidak baik. Perhitungan ROA pada tahun 2015 yang mengalami penurunan. Artinya hasil pengembalian investasi mengalami penurunan sebesar 0,43, sehingga menunjukkan ketidakmampuan manajemen untuk memperoleh ROE seiring dengan menurunnya ROA. D. Gross Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Menurut Kasmir (2014)

57 standart rasio yang digunakan untuk mengukur gross profit margin adalah 30% (0,3:1). Jika GPM perusahaan diatas rata-rata industri, perusahaan dalam kondisi baik. GPM menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan. Adapun hasil perhitungan besarnya gross profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Laba Kotor (a) Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Gross Profit Margin Penjualan (b) Gross Profit Margin (c=a:b) Gross Profit Margin (%) Interpretasi 2013 20.071.337 75.025.207 0,27 27 Tidak Baik 2014 20.500.062 80.690.139 0,25 25 TidakBaik 2015 21.764.389 89.069.306 0,24 24 Tidak Baik Pada tahun 2013 nilai gross profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,27, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang tidak baik. Pada tahun 2014 nilai gross profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,25, nilai rasio ini berada dibawah nilai ratarata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang tidak baik. Pada tahun 2015 nilai gross profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk sebesar 0,24, nilai rasio ini berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan

58 berada dalam kondisi yang tidak baik. Hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa gross profit margin mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh kecilnya harga pokok penjualan, sehingga laba yang dihasilkan perusahaan juga mengalami penurunan tiap tahunnya. E. Operating Profit Margin Operating Profit Margin adalah rasio yang diguanakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini mengukur presentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Menurut Syamsuddin (2009) standart rasio yang digunakan untuk mengukur gross profit margin adalah 45% (0,45:1). Jika nilai operating profit margin perusahaan diatas rata-rata maka perusahaan dalam kondisi baik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai operating profit margin perusahaan dibawah nilai rata-rata perusahaan dikatakan dalam kondisi tidak baik. Adapun hasil perhitungan besarnya operating profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:

59 Tahun Pendapatan sebelum bunga dan pajak (a) Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Operating Profit Margin Penjualan (b) Operating Profit Margin (c=a:b) Operating Profit Margin (%) Interpretasi 2013 14.509.710 75.025.207 0,19 19 Tidak Baik 2014 13.718.299 80.690.139 0,17 17 Tidak Baik 2015 13.932.644 89.069.306 0,16 16 Tidak Baik Rasio operating profit margin PT. HM. Sampoerna Tbk, dari tahun 2013, 2014 dan 2015 berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menandakan kemampuan menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasional yang dilakukan tidak baik. Nilai operating profit margin dapat ditingkatkan jika PT. HM. Sampoerna Tbk, mampu mengelola penggunaan biaya operasional dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba operasional dapat diperoleh secara maksimal. 4.3.3 Perhitungan Rasio Aktivitas Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

60 A. Perputaran Total Aktiva Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Menurut Kasmir (2014) rata-rata perputaran total aktiva industri adalah 2 kali. Adapun hasil perhitungan besarnya perputaran total aktiva PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Penjualan (a) Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Perputaran Total Aktiva Total Aktiva (b) Perputaran Total Aktiva (c=a:b) Perputaran Total Aktiva Interpretasi 2013 75.025.207 27.404.594 2,74 2,7 X Baik 2014 80.690.139 28.380.630 2,84 2,8 X Baik 2015 89.069.306 38.010.724 2,34 2,3 X Baik Perputaran total aktiva PT. HM. Sampoerna Tbk, tahun 2013 sebanyak 2,7 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp 2,7 penjualan. Nilai rasio pada tahun 2013 berada di atas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2014 perputaran total aktiva sebanyak 2,8 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp 2,8 penjualan. Nilai rasio pada tahun 2014 berada di atas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan

61 perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Pada tahun 2015 perputaran total aktiva sebanyak 2,3 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp 2,3 penjualan. Nilai rasio pada tahun 2015 berada di atas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Dengan demikian nilai rasio dari tahun 2013, 2014, dan 2015 secara keseluruhan berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga PT. HM. Sampoerna Tbk, dapat memaksimalkan aktiva yang dimiliki. B. Perputaran Aktiva Tetap Perputaran aktiva tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Menurut Kasmir (2014) rata-rata perputaran total aktiva tetap industri adalah 5 kali. Jika diatas rata-rata perusahaan dalam kondisi baik. Begitu pula sebaliknya jika dibawah nilai rata-rata perusahaan dalam kondisi tidak baik. Adapun hasil perhitungan besarnya perputaran aktiva tetap PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:

62 Tahun Penjualan (a) Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Perputaran Aktiva Tetap Total Aktiva Tetap (b) Perputaran Aktiva Tetap (c=a:b) Perputaran Aktiva Tetap Interpretasi 2013 75.025.207 6.156.764 12,19 12,2 X Baik 2014 80.690.139 7.603.116 10,61 10,6 X Baik 2015 89.069.306 8.203.394 10,86 10,9 X Baik Perputaran aktiva tetap PT. HM. Sampoerna Tbk, tahun 2013 sebanyak 12,2 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 12,2 penjualan. Pada tahun 2014 perputaran aktiva tetap sebanyak 10,6 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 10,6 penjualan. Pada tahun 2015 perputaran aktiva tetap sebanyak 10,9 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 10,9 penjualan. Rata-rata industri untuk perputaran aktiva tetap yaitu 5 kali, sehingga PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2013 sampai 2015 sangat baik, nilai perputarannya berada diatas nilai rata-rata industri. Sehingga PT. HM. Sampoerna Tbk dapat memaksimalkan aktiva tetap yang dimiliki. C. Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360

63 hari. Menurut Kasmir (2014) rata-rata jangka waktu penagihan piutang industri adalah 25 hari. Jika konsumen membayar tagihan tepat waktu perusahaan dalam kondisi baik. Jika terlambat membayar utang, perusahaan dalam kondisi tidak baik. Adapun hasil perhitungan besarnya rata-rata jangka waktu penagihan piutang PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang Piutang (a) Penjualan Penjualan : 360 (b) Rata-rata Umur Piutang (c=a:b) Rata-rata Umur Piutang Interpretasi 2013 1.393.160 75.025.207 208.403,35 6,68 6,7 Hari Baik 2014 1.009.645 80.690.139 224.139,28 4,50 4,5 Hari Baik 2015 2.458.742 89.069.306 247.414,74 9,94 10,0 Hari Baik Rata-rata industri untuk jangka waktu penagihan piutang adalah 25 hari. Artinya kondisi PT. HM. Sampoerna Tbk, untuk rata-rata jangka waktu penagihan pada tahun 2013 sampai 2015 dalam keadaan baik, karena nilainya berada dibawah nilai rata-rata industri. Dengan demikian, PT. HM. Sampoerna Tbk, mampu melakukan penagihan piutang sangat cepat atau tepat waktu.

64 D. Perputaran Persediaan Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik demikian pula sebaliknya. Menurut Kasmir (2014) rata-rata perputaran persediaan industri adalah 20 kali. Jika diatas rata-rata perusahaan dalam kondisi baik. Karena perusahaan tidak menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan. Adapun hasil perhitungan besarnya perputaran persediaan PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tahun Harga Pokok Penjualan (a) Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Perputaran Persediaan Persediaan (b) Perputaran Persediaan (c=a:b) Perputaran Persediaan Interpretasi 2013 75.025.207 17.332.558 4,33 4,3 X Tidak Baik 2014 80.690.139 17.431.586 4,63 4,6 X Tidak Baik 2015 89.069.306 19.071.523 4,67 4,7 X Tidak Baik Rasio perputaran PT. HM. Sampoerna TBk, pada tahun 2013, 2014 dan 2015 berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga dikatakan tidak baik. Perputaran sediaan yang rendah menunjukkan perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak

65 produktif dan banyak sediaan barang yang menumpuk. Hal ini akan mangakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian rendah. 4.3.4 Perhitungan Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. A. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang atas Aktiva) Debt to assets ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolahan aktiva. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur debt to assets ratio adalah 35% (0,35:1). Jika rata-rata debt to asset ratio perusahaan masih dibawah rata-rata industri, perusahaan akan sulit untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut juga menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya utang. Jika perusahaan tersebut menambah utang, perusahaan perlu menambah dulu ekuitasnya. Secara teoritis, apabila perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki. Adapun hasil perhitungan besarnya debt to assets ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:

66 Tahun Total Aktiva (a) Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Debt to Assets Ratio Total Hutang (b) Debt Asset Ratio (c=b:a) Debt Asset Ratio (%) Interpretasi 2013 27.404.594 13.249.559 0,48 48 Tidak baik 2014 28.380.630 14.882.516 0,52 52 Tidak baik 2015 38.010.724 5.994.664 0,16 16 Baik Debt to assets ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2013 sebesar 48%. Rasio ini menunjukkan pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya, bahwa setiap Rp 100,00 pendanaan perusahaan, Rp 48,00 dibiayai dengan hutang dan Rp 52,00 disediakan oleh pemegang saham. Nilai rasio pada tahun 2013 berada diatas nilai ratarata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi tidak baik. Debt to assets ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2014 sebesar 52%. Rasio ini menunjukkan pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya, bahwa setiap Rp 100,00 pendanaan perusahaan, Rp 52,00 dibiayai dengan hutang dan Rp 48,00 disediakan oleh pemegang saham. Nilai rasio pada tahun 2014 berada diatas nilai ratarata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi tidak baik. Debt to assets ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2015, sebesar 16%. Rasio ini menunjukkan pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya, bahwa setiap Rp 100,00 pendanaan perusahaan, Rp 16,00 dibiayai dengan hutang dan Rp 84,00 disediakan oleh pemegang saham. Nilai rasio pada tahun 2015 berada dibawah nilai rata-

67 rata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi baik. Pada tahun 2013 dan 2014 nilai rasio berada diatas rata-rata. Artinya, pendanaan dengan hutang semakin banyak jadi semakin sulit bagi PT. HM. Sampoerna Tbk untuk memperoleh tambahan pinjaman. Karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimiliki. Pada tahun 2015 nilai rasio berada dibawah nilai rata-rata, artinya pendanaan dengan hutang semakin rendah, jadi semakin mudah bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. B. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang atas Modal) Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Bagi kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaaan. Menurut Kasmir (2014) standart rasio yang digunakan untuk mengukur debt to equity ratio adalah 80% (0,8:1). Jika debt to equity ratio diatas rata-rata maka perusahaan dianggap kurang baik. Adapun hasil perhitungan besarnya debt to equity ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, periode 2013-2015 dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:

68 Tahun Total Hutang (a) Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio Total Modal (b) Debt to Equity Ratio (c=a:b) Debt to Equity Ratio (%) Interpretasi 2013 13.249.559 14.155.035 0,94 94 Tidak Baik 2014 14.882.516 13.498.114 1,10 110 Tidak Baik 2015 5.9946.64 32.016.060 0,19 19 Baik Debt to equity ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2013 sebesar 94%, rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp 94,00 untuk setiap Rp 100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 94%. Nilai rasio pada tahun 2013 berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi tidak baik. Debt to equity ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2014 sebesar 110%, rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp 110,00 untuk setiap Rp 100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 110%. Nilai rasio pada tahun 2014 berada diatas nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi tidak baik. Debt to equity ratio PT. HM. Sampoerna Tbk, pada tahun 2015 sebesar 19%, rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp 19,00 untuk setiap Rp 100,00 yang disediakan pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 19%. Nilai rasio pada tahun 2015 berada dibawah nilai rata-rata industri, sehingga menunjukkan PT. HM Sampoerna Tbk berada pada kondisi baik. Pada tahun

69 2013 dan 2014 PT. HM. Sampoerna Tbk, dianggap tidak baik, karena nilai rasio berada diatas nilai rata-rata industri. Untuk tahun 2015 PT. HM. Sampoerna Tbk, dianggap baik, karena nilai rasio berada dibawah nilai rata-rata industri.