BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 1 TENGGARONG (Materi Suhu dan Kalor)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa dituntut untuk lebih aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HARTANTO A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi

LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan IPTEK dari waktu ke waktu makin pesat sehingga mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan. Dalam hal ini, sains merupakan salah satu ilmu yang memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan suatu bangsa, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Elsa, 2015). Fungsi/tujuan pendidikan dalam masyarakat pada dasarnya adalah sama, yaitu mengajarkan suatu keterampilan kepada anggota masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu diperlukan manusia-manusia yang mempunyai SDM yang berkualitas. Untuk mencetak SDM yang berkualitas, diperlukan adanya mutu pendidikan yang bagus. Peningkatan mutu pendidikan salah satunya dapat dilihat dari proses pendidikan yang berlangsung disekolah tersebut, baik dari metode maupun pendekatan yang digunakan. (Rosyada, 2007). Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. (Senyan, 2014). Dalam dunia pendidikan, hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar yang dicapai siswa merupakan alat untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang diajarkan guru. Hasil belajar yang baik

2 dapat dicapai apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Menurut Bloom sejarah belajar seseorang penting, terutama berkenaan dengan penguasaan materi yang bersifat prasyarat. Defisit penguasaan materi prasyarat tidak akan memberikan hasil belajar yang tinggi meski proses belajar dilaksanakan sesuai dengan aturan. Karenanya proses perbaikan perlu dilaksanakan. (Suparno, 2001). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 10 Kisaran yang merupakan sekolah dimana saya melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT), saya melihat rendahnya minat dan hasil belajar serta aktivitas siswa khususnya pada mata pelajaran kimia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : 1. Sekolah tersebut merupakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memprioritaskan pada kompetensi/keterampilan siswa yang dituangkan pada mata pelajaran produktif, sehingga untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap kimia cukup sulit. 2. Siswa menganggap mata pelajaran kimia tidak begitu penting, sebab nilai ujian kimia hanya digunakan untuk nilai lapor dan tidak termasuk kedalam nilai Ujian Nasional (UN). 3. Metode yang digunakan oleh guru pada proes belajar mengajar kimia cenderung masih menggunakan pembelajaran konvensional (Metode Ceramah). 4. Tidak tersedianya sarana yang mendukung untuk belajar kimia contohnya seperti laboratorium kimia. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMAN 11 Medan diperoleh data hasil belajar siswa. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa nilai ujian untuk mata pelajaran kimia masih cukup rendah. Nilai yang diperoleh siswa sebagian belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dimana nilai KKM yang ditetapkan yaitu 78,00. Nilai tertingi yang diperoleh siswa yaitu 88,00 sedangkan nilai terendah yaitu 78,00. Rendahnya sebagian hasil belajar siswa dari data tersebut di khawatirkan menjadi kendala dalam kenaikan kelas dan kelulusan siswa dalam Ujian Nasional (UN) karena siswa tidak mencapai kompetensi sebagaimana yang diharapkan berdasarkan KKM ataupun nilai

3 standar kelulusan nasional. Masih rendahnya kualitas belajar siswa bisa disebabkan oleh kurang bervariasinya media dan model yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi maka perlu dilaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan pula pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered) dan metode pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat memberikan kebermaknaan pada diri siswa. Salah satu solusinya adalah menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan scientific adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Untuk memperkuat pendekatan scientific diperlukan adanya penalaran dan sikap kritis peserta didik dalam rangka pencarian (penemuan). Metode pencarian (method of inquiry) agar bersifat ilmiah, harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang empiris dan terukur dengan metode ilimiah. Sebenarnya apa yang diambil dari metode ilmiah merujuk pada : (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa (Kemendikbud, 2013). Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan peserta didik dapat memiliki sifat lebih mencintai kebenaran secara objektif, tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional, ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka, dans selalu optimis. Sifat-sifat inilah yang nantinya dapat diterapkan peserta didik pada pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah. Karena menggunakan metode ilmiah, pendekatan scientific juga dikenal dengan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan media guru juga akan lebih mudah dalam menyampaikan materi kimia. Salah satu media/alat bantu yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran adalah pemakaian media berbasis IT/ICT. Terlebih lagi pada abad ini perkembangan teknologi komputer sudah sedemikian pesat, sehingga perlu jadi pertimbangan bahwa komputer dapat dijadikan media pembelajaran siswa dalam memperoleh pengalaman belajar yang efektif. Salah

4 satu media berbasis komputer yang dapat menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan konkrit adalah macromedia flash. Dengan media ini konsep-konsep abstrak pun dapat dijelaskan dengan konkrit dan dengan tampilan animasi-animasi yang lebih berwarna dengan tujuan mampu memberikan pemahaman konsepsi belajar siswa yang mandiri, efektif, efisien serta menyenangkan. (Zakiyah Khairani, 2011). Pada pokok materi larutan siswa akan mempelajari sifat-sifat larutan, baik larutan asam maupun basa yang salah satunya dapat diamati dari perubahan warna kertas lakmus. Yang artinya perlu adanya gambaran yang hidup atau adanya pergerakan, untuk menunjukkan proses perubahan tersebut. Dengan memanfaatkan media macromedia flash penggambaran sifat-sifat larutan asam dan larutan basa tersebut akan semakin jelas, nyata dan hidup sehingga siswa menjadi tertarik dan paham. Selain itu dalam mempelajari materi dan berlatih soal-soal larutan kimia menggunakan media interaktif memungkinkan siswa untuk dapat belajar dan berlatih dengan suasana menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan mengikuti proses pembelajaran. (Kristian, 2010). Menurut Baugh dalam Arsyad (2013) perbandingan perolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dengan menggunakan pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Dalam jurnal penelitian Penerapan Pendekatan Scientific dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Praya Tengah Tahun Ajaran 2014/2015 (Baiq, H.I, 2014) menyatakan bahwa hasil belajar siswa terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II secara berturut-turut yaitu 81,41% dan 88,64%. Dalam jurnal penelitian Pembelajaran Asam Basa Menggunakan Pendekatan Scientific dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes (Rapika, D, 2013) menyatakan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berpikir luwes siswa ditunjukkan

5 berdasarkan peningkatan n-sign pada kelas kontrol sebesar 0,33 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,54. Dalam jurnal penelitian Pendekatan Scientific Bermuatan Karakter Siap Siaga untuk Meningkatkan Keterampilan Mitigasi (Khusnaini Azizah, 2014) menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil keterampilan mitigasi pada siklus I mencapai 62,84, siklus II 71,51, dan siklus III 81,29. Begitu pula sikap sosial pada siklus I baik, siklus II baik, dan siklus III sangat baik. Johari Marjan (2014) dalam jurnalnya Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa hasil penelitan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan scientific lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan media berbasis komputer macromedia flash juga dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Dalam skripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diitegrasikan dengan Media Komputer Macromedia Flash pada Pokok Bahasan Asam-Basa dan Garam (Handayani, 2011) menyatakan bahwa hasil belajar siswa meningkat sebesar 46,60%. Dalam skripsi Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Flash terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sub Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit (Antoniane, 2011) menyatakan bahwa hasil belajar siswa meningkat sebesar 50%. Dalam skripsi Efektifitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Media Berbasis Komputer dengan Macromedia Flash pada Pokok Bahasan Unsur,Senyawa, dan Campuran Di SMP Melalui Alur PTK menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I meningkat sebesar 76,57%, pada siklus II meningkat sebesar 70,29%, dan pada siklus III meningkat sebesar 85,43%. (Miswanda, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh (Dwi Arum Anggraeni, 2013) Penerapan Media Berbasis Macromedia Flash untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Diklat Kearsipan Kelas XII Administrasi Perkantoran SMK Yos Sudarso Rembang menyatakan bahwa penerapan media macromedia flash dalam

6 pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siswa pratindakan yaitu 68, pada siklus I meningkat menjadi 74 dan meningkat menjadi 82 pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Marlena (2012) pada pokok bahasan Koloid di SMA Negeri 8 Medan meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 70,87%. Penelitian yang dilakukan oleh (Anabella Puspitaloka, 2012) Penerapan Macromedia Flash untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia dikelas X SMA Negeri 2 Siak menyatakan bahwa penerapan media macromedia flash dalam pembelajaran terjadi peningkatan prestasi pembelajaran di kelas eksperimen sebesar 61%. Dalam proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah selama ini, banyak siswa menganggap kimia merupakan mata pelajaran yang sulit dipelajari sehingga siswa terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian guru yang kurang inovatif, tidak menarik, membosankan, dan sulit sehingga siswa kurang menguasai konsep dasar materi yang diikutinya. Rendahnya hasil belajar kimia tersebut juga dikarenakan pendekatan pembelajaran yang kurang mendukung siswa. Metode pembelajaran kimia yang diterapkan guru cenderung monoton dan kurang bervariasi sehingga belajar kimia kurang bermakna dan tidak menarik bagi siswa. (Lubis, 2007). Berdasarkan permasalahn yang terjadi, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas pembelajaran materi asam basa dengan menggunakan pendekatan scientific dan media macromedia flash dengan judul Efektivitas Penggunaan Media Macromedia Flash pada Materi Pembelajaran Asam Basa terhadap Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Kimia Siswa Melalui Pendekatan Scientific. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Kemajuan IPTEK menuntut manusia untuk memajukan mutu pendidikan; 2. Siswa menganggap kimia merupakan mata pelajaran yang sulit dipelajari sehingga siswa terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya.

7 3. Aktivitas belajar siswa masih rendah yang berdampak pada hasil belajar siswa menurun. 4. Metode pembelajaran kimia yang diterapkan guru cenderung monoton dan kurang bervariasi sehingga belajar kimia kurang bermakna dan tidak menarik bagi siswa. 1.3. Batasan Masalah Yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester genap materi Asam Basa. 2. Penilaian yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah dari hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. 3. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Scientific. 4. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Macromedia Flash tipe swf. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific lebih tinggi daripada hasil belajar siswa tanpa menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific? 2. Apakah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific lebih tinggi daripada aktivitas siswa tanpa menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific? 3. Apakah ada korelasi yang signifikan antara aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran melalui Pendekatan Scientific menggunakan media Macromedia Flash?

8 1.5. Tujuan Penelitian Adapaun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific lebih tinggi daripada hasil belajar siswa tanpa menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific. 2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific lebih tinggi daripada aktivitas siswa tanpa menggunakan media Macromedia Flash melalui Pendekatan Scientific. 3. Untuk mengetahui korelasi antara aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran melalui Pendekatan Scientific menggunakan media Macromedia Flash. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, penelitian ini memberikan kesempatan untuk siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih termotivasi dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi asam basa sehingga hasil belajar dapat optimal. 2. Bagi guru dan pihak-pihak yang terkait, dapat memberikan masukan tentang penyusunan desain perangkat pembelajaran kimia dengan Pendekatan Scientific yang dilengkapi media Macromedia Flash. 3. Bagi sekolah, meningkatkan kualitas dan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa serta kinerja guru. 4. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pembelajaran kimia. 5. Bagi penulis dapat memberikan wawasan dan pengalaman sebagai alon guru, sehingga berguna dalam memecahkan persoalan pendidikan, khususnya kimia.

9 1.7. Definisi Operasional Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu definisi operasional sebagai berikut: 1. Media Macromedia Flash adalah sebuah program software yang berfungsi untuk membuat animasi dua dimensi. 2. Pendekatan Scientific atau yang dikenal dengan pendekatan berbasis ilmiah adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan. 3. Hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar seperti perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, emosional dan pertumbuhan jasmani. 4. Aktivitas belajar adalah kegiatan belajar diskusi siswa yang diamati oleh seorang observer pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian aktivitas siswa terdiri dari lima indikator dan setiap indikator terdiri dari tiga deskriptor.