BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini menandai kesadaran untuk kembali ke alam (back to nature) guna mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami. Dalam menggunakan tumbuhan berkhasiat obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan tradisional. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian tersebut antara lain : karakteristik simplisia, skrining fitokimia simplisia dan uji aktivitas antimikroba (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000). Tumbuhan belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.), dikenal dengan beberapa nama seperti : balingbing manis (Sunda), blimbing legi (Jawa), bainang sulapa (Makasar), dan balireng (Bugis) (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) atau dalam bahasa Inggris disebut Starfruit (Bila dipotong memiliki penampang yang berbentuk bintang) merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis. Ciri buah belimbing manis berwarna kuning kehijauan ketika masih muda dan berwarna kuning kemerahan kalau sudah tua, berbiji kecil berwarna coklat, rasanya manis dengan sedikit asam dan banyak mengandung air. Dengan cara dimakan biasa atau dijadikan juice, Belimbing Manis memiliki banyak manfaat sebagai obat tradisional atau obat alternatif (Shadine, 2010).
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun jamur. Senyawa fenol seperti flavonoid, tanin memiliki aktivitas sebagai antimikroba (Robinson, 1995). Efek farmakologis dari buah belimbing manis ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti; golongan senyawa flavonoid, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002). Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.) dapat digunakan sebagai obat tradisional yaitu untuk mengobati batuk rejan, gusi berdarah, bisul, koreng, mencegah sariawan dan mencret sedangkan daunnya digunakan untuk obat darah tinggi dan penurun panas (Anonim, 2010). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian uji aktivitas antimikroba ekstrak metanol buah belimbing manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan jamur Candida albicans, Microsporum gypseum. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat menimbulkan infeksi pada luka yang dapat menyebabkan terjadinya bisul. Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang yang umum ditemukan di usus besar. Bakteri ini dapat menyebabkan radang usus dengan gejala yang muncul yaitu diare. Candida albicans merupakan jamur yang menginfeksi bagian tubuh seperti organ genital wanita, kulit, kuku, paru-paru. Sedangkan Microsporum gypseum merupakan jamur yang dapat menyebabkan kurap dan panu, jamur ini menyerang permukaan kulit dan rambut (Jawetz, 2001; Anonim 2011).
Berdasarkan hal-hal diatas, maka dilakukan penelitian mengenai karakteristik simplisia (meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam), skrining fitokimia simplisia dan pembuatan ekstrak metanol buah belimbing manis secara maserasi. Selanjutnya ekstrak buah belimbing manis diuji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar menggunakan silinder logam. 1.2 Perumusan masalah 1. Bagaimana karakteristik pada simplisia buah belimbing manis? 2. Golongan senyawa kimia sekunder apa yang terdapat dalam buah belimbing manis? 3. Apakah ekstrak metanol buah belimbing manis memiliki aktivitas antimikroba? 1.3 Hipotesis 1. Karakteristik simplisia buah belimbing manis dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur dalam buku Materia Medika Indonesia. 2. buah belimbing manis mengandung golongan senyawa kimia sekunder yaitu glikosida, saponin, flavonoid, triterpenoid/steroid. 3. Ekstrak metanol buah belimbing manis memiliki aktivitas sebagai antimikroba.
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik simplisia buah belimbing manis. 2. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam buah belimbing manis. 3. Untuk mengetahui aktivitas antimikroba dari ekstrak metanol buah belimbing manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan jamur Candida albicans, Microsporum gypseum. 1.5 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek antimikroba dari ekstrak metanol buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, serta jamur Candida albicans dan Microsporum gypseum.
1.6 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Buah Belimbing Manis Makroskopik Serbuk Karakteristik Skrining Fitokimia Mikroskopik PK. Air PK. Sari Larut dalam Air PK. Sari Larut dalam Etanol PK. Abu Total PK. Abu Yang Tidak Larut dalam Asam Alkaloid Glikosida Saponin Flavonoid Antrakinon Tanin Steroid/triterpenoid Ekstrak Metanol Buah Belimbing Manis Aktivitas Antimikroba terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Jamur Candida albicans, Microsporum gypseum Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Bakteri dan Jamur