EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II KERANGKA TEORI

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH HEAT TREATMENT

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.1 Tahun 2014: 9-16 ISSN X

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

Kata kunci : tegangan sisa, HAZ, SMAW.

Transkripsi:

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37 Subardi 1), Djoko Suprijanto 2), Roza Lyndu R. Mahendra 3) Abstract The present study aims to investigate the effect of post heat temperature of hardness and macrostructure on the result steel welded St 37. Welded process with SMAW (Shelded Metal Arc Welding) and AC-DC current. Plate steel ST 37 welded of longitudinal, than heat treatment with temperature various: 300 C, 400 C dan 500 C. Highest rate hardness 157,83 kg/mm 2 on temperature treatment spesiment 500 o cause have ferit grain boundary structure more and homogen so properties more hardness. The lows bending strength 43,51 kg/mm 2 on raw material, cause have ferit structure and perlit so more soft properties. The micostuctrure welded area arround; ferit graind boundary, ferit widmanstatten, ferit acicular and perlit. Key Word: Steel St 37, SMAW, post heat, and hardness PENDAHULUAN Teknik pengelasan semakin banyak dipergunakan secara luas dalam proses penyambungan plat-plat besi, batang-batang bangunan baja dan konstruksi mesin. Penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi konstruksi perkapalan, jembatan, rangka, bejana tekan, pipa saluran, kendaraan rel dan lain sebagainya. Pengelasan merupakan proses penyambungan dua logam paduan atau lebih yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair sehingga terbentuk sambungan melalui ikatan yang dihasilkan dari pemakaian energi panas dan tekanan. Akibat proses ini maka logam di sekitar mengalami siklus termal yang menyebabkan terjadinya perubahanperubahan metalurgi, deformasi dan tegangan-tegangan termal. Karena perubahan struktur ini maka sifat-sifat mekanik yang dimiliki akan berubah pula. Baja St 37 banyak digunakan untuk konstruksi umum karena mempunyai sifat mampu las dan kepekaan terhadap retak las. Kepekaan retak yang rendah cocok terhadap proses las, dan dapat digunakan untuk pengelasan plat tipis maupun plat tebal. Kualitas daerah las hasil pengelasan lebih baik dari logam induk. Baja St 37 dijelaskan secara umum merupakan baja karbon rendah, disebut juga baja lunak, banyak sekali digunakan untuk pembuatan baja batangan, tangki, perkapalan, jembatan, menara, pesawat angkat dan dalam permesinan. Pada pengelasan akan terjadi pembekuan laju las yang tidak serentak, akibatnya timbul tegangan sisa terutama pada daerah HAZ (Heat Affected Zone) dan las. Tegangan sisa dapat diturunkan dengan cara pemanasan pasca las pada daerah tersebut, yang sering disebut post heat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu post heat terhadap kekerasan dan struktur makro pada hasil pengelasan pelat baja St 37 kampuh V. TINJAUAN PUSTAKA Telah dilaporkan oleh Suryanto (2005) dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk kampuh V dan variasi elektroda terhadap sfat fisis dan mekanis baja karbon rendah (Mild steel), dengan metode pengelasan SMAW. Pengujian kekerasan pada benda uji base metal nilai kekerasannya adalah 26,67 ± 3,31% HRA. Karena dipengaruhi perbedaan panas pada proses pengelasan, mengakibatkan perbedaan nilai kekerasan antara logam lasan, batas las, daerah HAZ dan logam induk. Nilai kekerasan 1, 2, 3) Mechanical Engineering of STTNAS Yogyakarta Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 7

Semakin jauh dari logam las akan semakin kecil, struktur mikro yang terbentuk dari daerah las, daerah HAZ, batas lasan dan logam induk mayoritas tersusun atas struktur perlit dan sedikit ferit. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) merupakan proses pengelasan dimana panas dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda dengan logam yang dilas. elektroda terdiri dari kawat logam sebagai pengantar arus listrik ke busur dan sekaligus sebagai bahan pengisi (filler). Kawat ini dibungkus dengan fluks, biasanya dipakai arus listrik yang tinggi (10-500 A) dan potensial yang rendah (10-50 V). selama pengelasan, fluks mencair dan membentuk terak (slag) yang berfungsi sebagai lapisan logam las terhadap udara sekitarnya. Fluks juga menghasilkan gas yang bisa melindungi butiran-butiran logam cair yang berasal dari ujung elektroda yang mencair dan jatuh ke tempat sambungan. Dalam gambar 2.2. dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda. Karena panas yang dihasilkan oleh busur listrik tersebut maka logam induk dan ujung elektroda mencair, kemudian membeku bersama. Gambar 2.2 Las busur dengan elektroda terbungkus(wiryosumarto & Okumura, 2000) Menurut Wiryosumarto daerah hasil pengelasan dibedakan menjadi tiga, yaitu : daerah logam las, daerah HAZ dan daerah logam induk. Logam las yaitu bagian dari logam yang mencair pada waktu proses pengelasan terjadi dan akan membeku pada waktu yang cepat; daerah HAZ adalah daerah logam induk yang pada waktu proses pengelasan akan mengalami proses pemanasan dan pendinginan cepat; daerah logam induk adalah daerah yang pada waktu proses pengelasan tidak mengalami perubahan sifat maupun strukturnya yang disebabkan oleh panas. Disamping tiga daerah tersebut masih ada satu daerah lagi yang disebut daerah batas. Daerah batas adalah daerah yang membatasi daerah logam las dan daerah HAZ. METODE PENELITIAN Bahan penelitian digunakan adalah pelat baja St 37 dengan ketebalan 8 mm dengan jenis kampuh V tunggal. Alat penelitian berupa mesin las, Kawat elektroda las jenis AWS E 6013, JIS D 4313, dan pemanas. Setelah plat dilas dengan arah longitudinal (membujur) kemudian dilakukan heat treatment post heat dengan variasi suhu kamar, 200 C, 300 C, 400 C dan 500 C kemudian dilakukan pengujian. Alat uji meliputi; alat uji komposisi, mikroskop optik, alat uji tarik dan Vickers test. Uji kekerasan dan struktur mikro dilakukan didaerah las, batas las-haz, batas haz-logam induk dan logam induk. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Uji Komposisi Kimia Hasil uji komposisi menunjukkan bahwa baja St 37 yang mempunyai kandungan C, Si, Mn, P, S, dan Fe. Prosentase kandungan tersebut berada pada batas toleransi untuk baja St 37. Baja St 37 ini termasuk dalam kategori baja karbon rendah dengan kadar karbon 0,05%-0,15% untuk konstruksi umum yang berbentuk plat. Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 8

Tabel Hasil Uji Komposisi pada logam induk baja St 37 Unsur Unsu r Fe 98.66 Ni1 0.019 C 0.137 Al 0.036 Si 0.223 Cu 0.020 Mn 0.538 V 0.092 P 0.018 W 0.015 S 0.002 Sn 0.019 Ti 0.028 Uji komposisi daerah las menunjukan kandungan C sebesar 0,030 % dan kandungan Mn sebesar 0,290 %, dengan demikian kandungan C dan Mn mengalami penurunan, tetapi kandungan Fe sebesar 98,91 % dan Si sebesar 0,248 % mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan karena pengaruh kawat las. Sifat dari unsur Si tersebut dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan aus dan tahan terhadap temperatur dingin. Pada daerah las terjadi juga peningkatan unsur Co, Ti, V, penambahan yang berlebihan pada unsur tersebut dapat mengakibatkan menurunnya mampu keras. Unsur Unsur Fe 98,91 B 0.0000 C 0,030 Co 0,009 Si 0,248 Cu 0,029 Mn 0,290 Nb 0.000 P 0,018 Pb 0.000 S 0.002 Sn 0,019 Cr 0.000 Ti 0,031 Mo 0,002 V 0,188 Ni1 0,027 W 0,000 Al 0,002 Pengujian Kekerasan Pengujian menggunakan metode kekerasan Vickers, beban yang digunakan P = 40 kg dengan lama pembebanan 10 detik, pengambilan jejakan masing-masing spesimen dilakukan sebanyak 6 kali tiap spesimen diambil jarak jejakan 2 mm. Spesimen raw material hanya dilakukan 3 kali jejakan secara acak. Nilai Kekerasan (kg/mm ) ୭୦ ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦ ୦୩, ୯ ୦, ୭ ୦, Acak Acak Acak୩ Jarak Titik raw material Gambar 4.22 Histogram kekerasan Spesimen Raw Material (Kg/mm 2 ) Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 9

Nilai Kekerasan (kg/mm ) ୭୦ ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦, ୦, ୪ ୩୯, ୩, ୩, ୯ ୩, ୦ ୪ ୮ ୦ Tanpa Treatment Gambar 4.23. Histogram kekerasan Spesimen Tanpa Treatment (Kg/mm 2 ) Nilai Kekerasan (kg/mm ) ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦, ୪ Treatment ୦୦ C ୪୯, ୩୦, ୩୭, ୩ ୩୦, ୩୭, ୩ ୦ ୪ ୮ ୦ Gambar 4.24. Histogram kekerasan Spesimen Treatment 200 C (Kg/mm 2 ) Nilai Kekerasan (Kg/mm ) ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦, ୮ ୩, Treatment ୩୦୦ C ୪, ୩, ୩, ୯ ୩୩, ୦ ୪ ୮ ୦ Gambar 4.25. Histogram kekerasan Spesimen Treatment 300 C (Kg/mm 2 ) Treatment ୪୦୦ C Nilai Kekerasan (Kg/mm ) Nilai Kekerasan (Kg/mm ) ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦, ୪ ୪୭, ୩, ୩୦, ୮, ୪, ୭ ୦ ୪ ୮ ୦ Gambar 4.26. Histogram kekerasan Spesimen Treatment 400 C (Kg/mm 2 ) ୭୦ ୦ ୦ ୪୦ ୩୦ ୦, ୮ ୩, Treatment ୦୦ C, ୮, ୪୯, ୮, ୦ ୪ ୮ ୦ Gambar 4.27. Histogram kekerasan Spesimen Treatment 500 C (Kg/mm 2 ) Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 10

Nilai Kekerasan (Kg/mm ) ୮୦ ୦ ୪୦ ୦ ୪ ୮ ୦ Tanpa Treatm ent, ୦, ୪ ୩୯, ୩, ୩, ୯ ୩, Tre atm e nt ୦୦ C, ୪ ୪୯, ୩୦, ୩୭, ୩ ୩୦, ୩୭, ୩ Tre atm e nt ୩୦୦ C, ୮ ୩, ୪, ୩, ୩, ୯ ୩୩, Tre atm e nt ୪୦୦ C, ୪ ୪୭, ୩, ୩୦, ୮, ୪, ୭ Tre atm e nt ୦୦ C, ୮ ୩,, ୮, ୪୯, ୮, Raw Material ୦୩, ୯ ୦, ୭ ୦, (mm) Gambar 4.28. Histogram Kekerasan Vickers Lasan Baja St 37 Pengujian menggunakan metode kekerasan Vickers, besar beban yang digunakan P= 40 kg dengan lama pembebanan (time in load) 10 detik, pengambilan jejakan masing masing spesimen dilakukan sebanyak 6 kali tiap-tiap spesimen dan diambil jarak jejakan 2 mm. Spesimen raw material hanya dilakukan 3 kali jejakan secara acak. Dari hasil pengujian data kekerasan di atas nilai kekerasan dimulai pada raw material baja St 37, dimana nilai kekerasan tertinggi adalah pada titik 1 yaitu 103,9 kg/mm 2 dan nilai kekerasan terendahnya adalah pada titik 3 yaitu 101,5 kg/mm 2. Kekerasan tertinggi dalam pengujian tanpa treatment terdapat pada daerah las di titik 0 mm dari sumbu las yaitu 165,2 kg/mm 2. Nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah logam induk baja St 37 di titik 8 mm dari sumbu las yaitu 130,1 kg/mm 2. Daerah logam induk mempunyai nilai kekerasan terendah karena tidak terpengaruh panas pada saat proses pengelasan. Kekerasan yang didapat dalam pengujian treatment 200ºC, kekerasan tertinggi terdapat pada daerah las pada titik 0 mm dari sumbu las yaitu 151,4 kg/mm 2 dan nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah batas las dengan HAZ dan pada daerah logam induk baja St 37 di titik 4 mm dan 10 mm dari sumbu las yaitu 130,1 kg/mm 2. Spesimen las treatment 300ºC, kekerasan tertinggi terdapat pada daerah las pada titik 0 mm dari sumbu las yaitu 155,8 kg/mm 2 dan nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah logam induk baja St 37 pada titik 8 mm yaitu 131,9 kg/mm 2.. Pada spesimen lasan baja St 37 dengan treatment 400ºC, kekerasan tertinggi terdapat pada daerah las pada titik 0 mm dari sumbu las yaitu 151,4 kg/mm 2 dan nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah logam induk yaitu pada titik 10 mm dari sumbu las yaitu 126,7 kg/mm 2. Pada spesimen lasan baja St 37 dengan treatment 500ºC, kekerasan tertinggi terdapat di daerah batas las dengan HAZ pada titik 4 mm dari sumbu las yaitu 165,2 kg/mm 2, dan nilai kekerasan terendah terdapat pada daerah logam induk pada titik 8 mm dari sumbu las yaitu 149,2 kg/mm 2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : Pengaruh pengelasan dan variasi suhu post heat menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro, selain itu dapat pula disimpulkan bahwa untuk treatment suhu post heat yang rendah terbentuk struktur widmwnstatten ferit yang mendominasi, diakibatkan adanya laju pendinginan yang cepat, sedangkan treatment suhu post heat yang tinggi terjadi pengurangan struktur widmanstatten ferit, diakibatkan karena berubah menjadi struktur grain boundary ferit (GBF) dan adanya laju pendingian yang relatif lambat. Semakin tinggi post heat maka kekerasan semakin menurun. Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 11

DAFTAR PUSTAKA Amstead, B.H., 1985, Terjemahan Sriati Djaprie, Teknologi Mekanik, Jilid 1, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta Avner, S.H., 1964, Introduction to Physical Metallurgy, First Edition, McGraw-Hill International Book Company: Tokyo. Dieter, G.E., 1993, Terjemahan. Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, Jilid 1, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta. Iman Nur K, 2000, Studi Pengaruh Variasi Pemanasan Post Weld Terhadap Tegangan Tarik Kontruksi baja Karbon rendah, Skripsi STTNAS, Yogyakarta. JIS, 1981, Ferrous Material, Japanese Standart Association, Japan. Schonmetz, Alois, Karl Gruber, Terjemahan Eddy D. Hardjapamekas, 1985, Pengetahuan Bahan Dalam Pengerjaan Logam, Angkasa: Bandung. Smallman, RE., 2000, Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material, Edisi Keenam, Gramedia, Jakarta. Suryanto, 2005, Studi Pengaruh Variasi Sudut Dan Elektroda Pada Pengelasan Baja Mild Steel, Skripsi, STTNAS Yogyakarta. Tata Surdia, Saito, S., 2000, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Kelima, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Wibawa Yudi, 1996, Studi pengaruh Perlakuan Panas Hasil Las SMAW Pada Baja ST 37 Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik, Skripsi STTNAS, Yogyakarta. Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni 2009 12