BAB V KESIMPULAN. keanekaragaman hayati dunia. Di dalam skripsi ini salah satu negara yang. bermasalah dengan hal tesebut ialah Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV IMPLIKASI RATIFIKASI KONVENSI ROTTERDAM TERHADAP IDENTITAS INDONESIA SEBAGAI MEGA BIODIVERSITY COUNTRY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SALINAN. bahwa penggunaan merkuri dari aktivitas manusia berpotensi memberikan dampak serius terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup sehingga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. bioregion yang dapat dipisahkan antara biogeografi flora dan fauna Asia dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri yang terjadi pada periode tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN KIMIA DAN LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN KIMIA SEBAGAI SENJATA KIMIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI. Para Pihak pada Konvensi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

Pembangunan Industri Tambang Yang Berwawasan Lingkungan Di Indonesia. Rosmini ABSTRAK PENDAHULUAN

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

X. ANALISIS KEBIJAKAN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prinsip-prinsip ekologi merupakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekologi. Menjadi pokok dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

I. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi

TINJAUAN UMUM ISU LINGKUNGAN

PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Skripsi ini banyak membahas tentang dampak penggunaan dan perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya yang kemudian mempengaruhi keanekaragaman hayati dunia. Di dalam skripsi ini salah satu negara yang bermasalah dengan hal tesebut ialah Indonesia. Melalui penelitian ini penulis dapat menunjukan bahwa isu perekonomian dapat mempengaruhi perkembangan isu lingkungan. Hal tersebut digambarkan dengan adanya peristiwa kerjasama ekonomi yang berdampak pada kualitas lingkungan baik ekosistem maupun makhluk hidup di Bumi. Dampak kerjasama ekonomi pada lingkungan sering kali berupa buruk seperti eksploitasi sumberdaya alam polusi dan sebagainya. Problematika seperti ini sering kali dialami oleh negara-negara berkembang yang sistem pembangunannya masih belum merata kemudian lemahnya bergaining position untuk mengatur atau mengendalikan arus perdagangan bebas. Salah satu negara berkembang yang sering kali dijadikan sasaran pembuangan limbah ialah Indonesia. Seperti kasus yang dikaji dalam skripsi ini, kerjasama ekonomi yang menjadi gerbang masuknya pengiriman bahan kimia berbahaya, pestisida tertentu bahkan limbah ke Indonesia melalui jalur legal maupun ilegal. Kemudian adanya hal tersebut tidak dapat dikendalikan oleh Indonesia sehingga berdampak langsung terhadap lingkungan, seperti

pencemaran lingkungan yang akhirnya menurunkan kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati Indonesia. Keanekaragaman hayati ialah salah satu isu lingkungan yang nampak kecil namun memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan. Sehingga kemudian isu ini telah menjadi perhatian Internasional sebagai isu lingkungan yang menyangkut ekonomi dan politik. Merosotnya jumlah keanekaragaman hayati pada setiap negara Mega Biodiversity Country berpotensi mengancam kebutuhan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Sebagai negara yang memiliki status Mega biodiversity Country tentu saja Indonesia akan merasa terancam. Terlebih lagi limbah-limbah dan perdagangan Internasional dikendalikan oleh negara-negara besar yang memiliki posisi kuat didalam sistem Internasional. Negara besar yang berorientasi pada sektor industri sering kali mengalami kesulitan dalam perihal pembuangan limbah sehingga melalui kerjasama ekonomi seperi pasar bebas dimanfaatkan untuk mengekpor bahan-bahan tak terpakai bahkan limbah berbahaya. Skripsi ini berhasil membuktikan bahwa adanya rezim Internasional yang mengangkat isu-isu tertentu sangat membantu negara berkembang seperti Indonesia untuk menguatkan hukum dan posisinya diperputaran politik Internasional. Seperti banyaknya isu lingkungan yang dihadapi beberapa dekade ini. Melalui rezim Internasional yang dibentuk UNEP Indonesia mampu membendung kuatnya arus perdagangan bahan kimia berbahaya dan pestisida tertentu yang beredar di Indonesia.

Isu lingkungan seperti keanekaragaman hayati sangat dekat dengan dampak yang ditimbulkan oleh perdagangan Internasional seperti perdagangan bahan kimia berbahaya dan pestisida tertentu. Menyadari hal tersebut UNEP membuat sebuah konvensi yang mampu mengurangi intensitas perdagangan bahan-bahan yang mencemari lingkungan yang kemudian mempengaruhi keanekaragaman hayati, yaitu Konvensi Rotterdam. Sebuah konvensi yang memberikan wewenang bagi negara pengimpor untuk memastikan barang yang diimpor tidak berbahaya dengan menkonfirmasi keberadaan barang tersebut kepada negara pengekspor. Adanya hal tersebut akan mengurangi adanya penyelundupan bahan kimia berbahaya dan pestisida tertentu. Kemudian melalui konvensi tersebut setiap negara anggota dapat bersinergi mengurangi polusi dunia yang berdampak pada ketahanan ekologi dunia. Bermula dari kesadaran UNEP dan FAO tentang pengaruh bahan kimia berbahaya yang kemudian melahirkan sebuah perjanjian Internasional yang meyebarkan nilai-nilai kepeduli terhadap lingkungan. Nilai-nilai yang disebarkan melalui konvensi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap negara yang meratifikasi. Negara yang meratifikasi akan dikenal dengan negara yang peduli terhadap lingkungan dan ekologi dunia. Hal tersebut menjawab hipotesa kedua dalam skripsi ini yaitu dengan meratifikasi konvensi ini, Indonesia dikenal degan negara yang ramah terhadap keanekaragaman hayati sehingga hal tersebut mampu memperkuat status Mega Biodivertiy Country yang dimiliki Indonesia. Mewujudkan hal tersebut kemudian pada tahun 1998 Indonesia turut menjadi negara penandatangan Konvensi. Namun tindakan tersebut tidak dapat

menjadi jaminan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari bahan kimia yang terus menerus masuk ke Indonesia. tindakan yang seyogyanya dilakukan ialah meratifikasi namun ratifikasi dilakukan setelah 15 tahun berlalu. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pemerintah mulai menginisiasi terwujudnya tindakan raifikasi yang didorong oleh berbagai pihak mulai dari masyarakat, NGO lokal sampai NGO Internasional. Hingga pada akhir tahun 2013 Marty Natalegawa sebagai menteri luar negeri dikala itu menyerahkan instrumen ratifikasi sebagai awal mula berlakunya konvensi Rotterdam di Indonesia. Terkait dengan keputusan pemerintah Indonesia mengambil inisiatif untuk meratifikasi Konvensi Rotterdam pada tahun 2013, penulis menyimpulkan bahwa alasan Indonesia mengambil inisiatif tersebut dikarenakan beberapa aspek. Aspekaspek tersebut diantaranya: pertama, pengaruh dari impor bahan kimia berbahaya dan pestisida tertentu berdampak buruk pada ekologi Indonesia yang ditandai dengan menurunya kualitas lingkungan, menurunnya jumlah keanekaragaman hayati Indonesia, terganggunya perekonomian Indonesia akibat dari menurunya kualitas sumberdaya alam. Kemudian turunnya jumlah keanekaragaman hayati secara signifikan mengancam status Indonesia yang dikenal sebagai Mega Biodiversity Country. Ditambah lagi munculnya keluhan masyarakat yang lingkungannya terkontaminasi bahan kimia berbahaya, ataupun pestisida. Kedua, adanya dorongan dari masyarakat domestik dan Internasional untuk melindungi lingkungan dari bahaya bahan kimia dan pestisida. Kemudian munculnya kesadara dari pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia yang tercantum

dalam pembukaan UUD 45 yaitu melindungi segenap bagsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Ketiga, lemahnya hukum Indonesia untuk mengendalikan derasnya arus pengiriman limbah bahan kimia berbahaya dan pestisida tertentu sehingga Indonesia membutuhkan rezim Internasional dalam hal ini ialah UNEP dan FAO untuk memperkuat posisinya. Dari alasan-alasan yang telah dipaparkan pada bab III dan bab IV didapat rangkuman seperti tiga alasan diatas yang mewujudkan tindakan ratifikasi konvensi Rotterdam pada tahun 2013 oleh Indonesia. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna yang tentunya memiliki masih banyak keterbatasan. Keterbatasan penulisan berupa sumber-sumber yang belum bisa diakses secara mendalam oleh penulis dari berbagai macam sumber pustaka. Selain penelitian ini, tentunya sudah banyak yang mengkaji isu yang tentang topik bahasan dalam skripsi ini. Bahasan isu yang sama namun menggunakan sudut pandang yang berbeda, dan tentunya dapat memberikan informasi tambahan bagi para pembaca. Adanya kekurangan yang ada didalam skripsi ini, diharpkan para pembaca dapat memaklumi keterbatasan penulisan dan keterbatasan informasi.