BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang diberikan oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saing dalam menghadapi zaman perubahan yang serba instan. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, antara lain guru sebagai penginisiatif moral dan pengasuh serta. memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Berdasarkan pengertian tersebut, maka diperlukan suatu perencanaan yang matang sebelum proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan menghasilkan suatu proses pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Perencanaan disini tidak hanya menyangkut materi yang disampaikan tetapi juga menyangkut pendekatan, strategi, model dan metode yang akan digunakan. Dalam pendidikan terjadi suatu proses pembelajaran, sebagaimana pada sebuah dalil Al-quran dijelaskan: Artinya: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS. Luqman: 13) 2 2005, Hal. 6 1 Eti Rochaeti, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2 Luqman [31]: 13 1

2 QS. Luqman: 13 menjelaskan bahwa yang pertama, orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagaimana tugasnya, mulai dari melahirkan sampai akhir balik. Kedua, prioritas pertama adalah menanamkan aqidah dan ahklak. Ketiga, dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, sesuai makna seruan Luqman kepada anak-anaknya, yaitu Yaa bunayyaa (wahai anak-anakku). 3 Pendidikan hendaknya melihat dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa dimasa yang akan datang. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan siswanya untuk sesuatu profesi, tetapi jauh lebih penting mempersiapkan siswanya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 4 Pendidikan merupakan masalah nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional. Umumnya masalah mutu dan hasil belajar dapat ditimbulkan oleh berbagai yang mungkin dapat berasal dari kurikulum, metode belajar-mengajar guru, atau disebabkan oleh masalah pribadi siswa yang berkaitan langsung dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 5 3 http://syamsul14.wordpress.com/2012/11/29/dalil-al-quran-tentang-pendidikan/ 4 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya : Prestasi Pustaka, 2007, hal.1. 5 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada, 1996, hal. 23

3 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (3) yang berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 Sekolah merupakan suatu lembaga khusus, suatu wahana, suatu tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 7 Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan, yang menyediakan bermacam-macam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan. 8 Masyarakat yang maju, modern dan berkembang saat ini tidak mungkin dapat dicapai tanpa kehadiran sekolah sebagai organisasi yang menyelenggarakan proses pendidikan secara formal. Sekolah sebagai institusi sosial berfungsi melaksanakan kegiatan pembinaan potensi anak. Hal itu dimaksudkan agar suatu bangsa tetap eksis serta dapat berkembang memenuhi keperluan hidupnya sesuai perkembangan zaman. 9 6 Direktorat Jendral Pendidikan Islam. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta : DEPAG RI, 2006, hal. 8 7 Uyoh Sadulloh, dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik), Jakarta: Alfabeta, 2010, h. 197 8 Trianto,Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and Learning) di Kelas, Jakarta : Cerdas Pustaka, 2008,h. 1 9 Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta : Quantum Teaching, 2005, hal.22

4 MTsN 1 Model Palangka Raya merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berlokasi di Jalan Ais Nasution No.3 Kelurahan Langkai Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya. MTsN 1 Model Palangka Raya fasilitasnya sudah cukup memadai seperti : Jumlah guru mata pelajaran IPA Fisika berjumlah 3 orang. Memiliki sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya proses pembelajaran. Memiliki 18 ruang belajar yang terdiri dari 6 kelas pararel untuk setiap kelas VII, VIII dan IX. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di MTsN 1 Model Palangka Raya bahwa Proses belajar mengajar (PBM) khususnya Fisika masih berpusat pada guru, sehingga sebagian besar siswa dalam proses belajar mengajarnya tidak terlalu berperan aktif, masih malu dan tidak berani mengemukakan pendapatnya, dan hanya menerima informasi dari guru. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung banyak siswa yang ribut yang kurang memperhatikan guru yang menjelaskan pelajaran yang diajarkan. Serta metode yang digunakan kadang-kadang masih menggunakan metode pembelajaran lama yaitu ceramah, penugasan dan sedikit demonstrasi. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran fisika berinisial S di MTsN 1 Model Palangka Raya bahwa nilai rata-rata mata pelajaran fisika di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya belum sepenuhnya tercapai, ketuntasan hasil belajar Fisika khususnya di kelas VIII rata-rata sekitar 40% siswa nilainya belum tuntas, karena masih belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah

5 yaitu sebesar 75. 10 Rendahnya hasil belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pemilihan metode dan model pembelajaran. Selain rendahnya nilai hasil belajar para siswa, terlihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar kurang aktif khususnya pada mata pelajaran fisika. Peneliti berasumsi hal lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah itu adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika antara lain model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, Dua tinggal dua tamu yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. 11 Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Kelebihan dari model pembelajaran TSTS adalah 1). Dapat diterapkan pada semua kelas tingkatan, 2). Kecenderungan belajar siswa lebih bermakna, 3). Lebih berorientasi pada keaktifan, 4). Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, 5). Menambah kekompakan dan rasa percaya 10 Wawancara dengan Guru Fisika Kelas VIII Slamet di Palangka Raya, 23 April 2014. 11 Nanang Hanafiah, dkk, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung : Aditama, 2009, hal 56

6 diri siswa, 6). Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, dan 7). Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. 12 Penelitian sebelumnya menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu dilakukan oleh Elly Lulunurjenah dan mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu siswa yang tuntas secara individu sebanyak 29 siswa dari 34 siswa dengan persentase 85 %. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) digunakan dalam pembelajaran fisika karena model pembelajaran tersebut dipandang mampu membuat siswanya lebih aktif, siswa diberi kesempatan untuk bertukar informasi dan membagikan hasil pemikirannya dengan siswa yang lain supaya lebih memahami materi atau masalah yang diberikan oleh guru, serta siswa diajarkan untuk menghargai pendapat siswa lain. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Materi Fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Usaha dan Energi. Usaha dan Energi merupakan salah satu materi yang cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS karena materi Usaha dan Energi banyak diselesaikan dengan cara percobaan serta berdiskusi untuk menyelesaikannya. Serta materi Usaha dan Energi banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan siswa untuk mempelajarinya. 12 http://www.meong..umd.edu/ model kooperatif TSTS. (online 13/10/2013: 11.48 wib).

7 Berdasarkan permasalahan dan pembahasan di atas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian secara mendalam dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi Kelas VIII Semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran selama proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada materi Usaha dan Energi? 2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray? 3. Bagaimana respon siswa setelah proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui pengelolaan pembelajaran selama proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada materi Usaha dan Energi.

8 2. Mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada materi Usaha dan Energi. 3. Mengetahui respon siswa setelah proses belajar mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. D. Batasan Masalah Penelitian ini agar lebih terarah, maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembalajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester I di MTsN 1 Model Palangka Raya. 3. Peneliti sebagai pengajar. 4. Ketuntasan hasil belajar siswa diukur hanya ranah kognitif. E. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi guru dan calon guru di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya dalam mengajarkan Fisika materi pokok Usaha dan Energi, dalam upaya meningkatkan minat siswa terhadap mempelajari Sains Fisika dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Usaha dan Energi.

9 2. Sebagai alternatif bagi guru Fisika dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Bagi sekolah dapat memberikan masukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA Fisika yang dapat menjadi cermin pentingnya penggunaan Model pembelajaran yang bervariasi. 4. Bagi peneliti supaya dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sehingga nantinya dapat digunakan dalam mengajar. 5. Bagi teman-teman sebagai masukan kalau nantinya ingin melakukan penelitian lebih lanjut. F. Definisi Konsep a. Penerapan mempunyai arti; proses, cara, perbuatan menerapkan. 13 b. Pembelajaran model kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan salah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. 14 c. Hasil belajar IPA fisika adalah hasil yang di capai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menunjukkan kecakapan siswa dalam 13 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hal. 1180. 14 Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Wali Press PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 359.

10 penguasaan materi fisika yang telah disampaikan guru di sekolah dalam kurun waktu tertentu. d. Dua tinggal dua tamu (Two stay two stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. 15 G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Bab I, pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, digambarkan secara global penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, diidentifikasi dan dirumuskan secara sistematis mengenai masalah yang akan dikaji agar penelitian ini lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian serta definisi konsep untuk mempermudah pembahasan. 2. Bab II, memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang akan diteliti. 3. Bab III, metode penelitian yang berisikan pendekatan dan jenis penelitian serta wilayah atau tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu di dalam bab ketiga ini juga dipaparkan mengenai populasi dan sampel penelitian, 15 Nanang Hanafiah,dkk, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Aditama, 2009, hal.56.

11 teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya. 4. Bab IV, membahas tentang hasil penelitian berupa analisis data dan pembahasan 5. Bab V, membahas tentang pembahasan dari hasil penelitian yang menjawab dari rumusan masalah. Serta kendala-kendala yang dihadapi selama penelitian. 6. Bab VI, penutup memuat kesimpulan terhadap permasalahan yang dikemukakan pada penelitian, kemudian di akhiri dengan saran-saran yang sifatnya membangun dan memperbaiki isi skripsi ini. Setelah bab keenam, disertai daftar pustaka sebagai rujukan penelitian ini.