BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih cepat tumbuh dan berkembang meramaikan industri perbankan nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

BABl PENDAHULUAN. Industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam. pembangunan nasional, salah satunya sebagai pengatur urat nadi

I. PENDAHULUAN. Perjalanan ekonomi Indonesia telah berlangsung hampir sepuluh tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN LAYANAN SYARIAH (OFFICE CHANNELING) PADA BTN UNIT USAHA SYARIAH (UUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang signifikan dual system antara sistem konvensional dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya industri perbankan syariah yang terjadi pada

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainya. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. membuktikan bahwa keberadaannya dapat melayani kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat. Dimana fungsi dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARI AH. (Studi Kasus di Bank Muamalat cabang Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. (LKMS), saat itu bank syariah belum muncul karena Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

PERBANDINGAN PERHITUNGAN BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PADA PT. BANK MANDIRI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

dari Bank adalah sebagai lembaga perantara dalam arus dana, baik dalam pasar uang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perubahan zaman perkembangan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami perubahan, penyempurnaan, dan kemajuan. Hal ini diikuti

BAB I PENDAHULUAN. diantara prinsip-prinsip tersebut yang paling utama adalah tidak

mengakibatkan terpuruknya perekonomian di Indonesia, dan kini bahkan telah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini didukung oleh mulai bermunculnya bank bank syariah ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama kurang lebih 23 tahun. Perjalanan tersebut dimulai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan, yaitu: (i) murabahah, (ii) salam dan salam paralel (iii) istishna

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai sarana penghubung antara masyarakat pemilik. terus berpotensi semakin berkembang. Dalam kurun waktu antaratahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. syariah, khususnya perbankan Syari ah sangat berkembang pesat. undang-undang perbankan dengan membedakan bank berdasarkan kegiatan

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dekade terakhir ini, peningkatan kualitas akan jasa yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dinamika lingkungan kerja penuh dengan berbagai tantangan,

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. non keuangan sangatlah penting. Informasi yang terkandung dalam laporan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dituntut untuk berkembang dengan pesat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya berlandasan Al-Qur an dan As-Sunnah. dilihat dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perantara bagi pihak berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan di Indonesia berkembang pesat sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasionalnya pada bulan Mei Pendirian bank dimaksud, diprakarsai oleh

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga keuangan merupakan badan usaha yang kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). beberapa bank yang bersaing ketat (Infobank, No. 28).

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir ini berdampak pada makin banyaknya bank-bank konvensional

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan indutri perbankan saat ini tengah diramaikan oleh pertumbuhan industri perbankan syariah. Pertumbuhan bank syariah ke depan mempunyai peluang besar untuk lebih cepat tumbuh dan berkembang meramaikan industri perbankan nasional Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena dukungan pemerintah dengan disahkannya UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah. Operator di industri perbankan syariah saat ini tidak perlu ragu melangkah untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Pemerintah menegaskan adanya harapan besar bagi pelaku di industri perbankan syariah untuk ikut serta mewarnai perkembangan industri perbankan nasional supaya industri perbankan syariah dapat menyokong pertumbuhan pembangunan ekonomi di Indonesia. Setidaknya sampai akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 1.440 kantor cabang bank konvensional yang memiliki layanan syariah. Berdasarkan UU No 21 tahun 2008 mengenai peraturan Perbankan Syariah yang mewajibkan seluruh unit usaha syariah harus mampu mandiri dan memisahkan diri dari Bank induknya, maka diprediksikan pada tahun 2009 akan bertambah sedikitnya 4 Bank Umum Syariah. Potensi market yang sangat besar juga merupakan alasan utama pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam memiliki kekuatan tersendiri untuk membantu pengembangan perbankan syariah. Hingga kini, market share di industri perbankan syariah masih kalah jauh dengan market share di industri perbankan konvensional. Oleh karenanya, sangat dimungkinkan cepat atau lambat 1 1

diharapkan terjadi perimbangan market share di industri perbankan syariah dan industri perbankan konvensional. Akhir-akhir ini, pemahaman masyarakat mengenai bank syariah juga mulai berkembang pesat yang didorong oleh inovasi produk pada industri perbankan syariah. Jika dibandingkan dengan produk yang dimiliki oleh industri perbankan konvensional, perbankan syariah relatif mempunyai variasi produk yang beraneka ragam. Inovasi produk yang dilakukan oleh perbankan syariah mengacu pula pada prinsip service satisfaction, sehingga akan memikat nasabah baru untuk bertransaksi di industri perbankan syariah. Selain peluang yang begitu besar bagi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia, lajunya juga menghadapi berbagai macam tantangan. Menurut Zainul Arifin dalam bukunya Manajemen Bank Syariah (2002:67) ada beberapa faktor penghambat perkembangan perbankan syariah di Indonesia yaitu : 1. Aturan investasi dan perpajakan masih dinilai mengganjal berkembangnya bisnis syariah; 2. Tahapan birokrasi di level pemerintahan dan hubungan antar departemen terkait. Semisal terkait pengadaan proyek infrastruktur di daerah masih menjadi hambatan investasi syariah; 3. Peraturan untuk membuat iklim investasi di industri syariah masih kurang fleksibel. Aturan yang fleksibel diberlakukan di negara lain seperti Malaysia, Singapura, Cina, dan Jepang yang aktif mengembangkan layanan syariah; 4. Keterbatasan sumber daya manusia yang memahami produk dan sistem syariah. Disektor perbankan syariah saja masih membutuhkan tambahan sumber daya manusia sebanyak 14.458 orang (selama tahun 2008, perbankan syariah menyerap SDM sebanyak sekitar 8.063 orang. Apabila pangsa pasar perbankan syariah bertumbuh 2

menjadi 5%, maka dibutuhkan SDM sebanyak 22.521 orang. Dengan demikian, masih ada kekurangan atau gap sebanyak 14.458 orang untuk mendorong bisnis perbankan syariah bergulir cepat); 5. Pemahaman masyarakat terhadap bank syariah belum optimal dan menyeluruh. Hal ini mungkin disebabkan karena disseminasi atau sosialisasi masih kurang untuk memaparkan keunggulan produk syariah; 6. Masih ada kesan di sebagian masyarakat bahwa Bank syariah bersifat ekslusif dalam artian bahwa bank syariah hanya ditujukan untuk masyarakat muslim dan melibatkan kaum yang beragama muslim saja. 7. Ada pandangan dari sebagian masyarakat yang memandang bahwa pada umumnya sistem, kegiatan dan produk bank syariah masih mengekor pada bank konvensional. Hal pokok yang menjadi pembedanya hanyalah pada ditiadakannya unsur riba atau bunga yang diharamkan dalam hukum Islam. Salah satu contoh, perbedaan istilah seperti, kalau di bank konvensional ada tabungan dan deposito, maka di bank syariah ada tabungan syariah dan deposito syariah; 8. Menurut Adiwarman Karim ketika menjadi juri dalam penyusun peringkat institusi syariah terbaik tahun 2008 versi Majalah Investor, tidaklah mudah menilai kinerja institusi syariah. Pasalnya, sampai saat ini, banyak perusahaan syariah belum menyajikan data keuangan yang standar, lengkap dan transparan. Beberapa indikator keuangan tidak tercantum di laporan keuangan unit usaha syariah; 9. Masih kurangnya modal yang dimiliki perbankan syariah; 10. Infrastruktur perbankan syariah yang belum memadai; 11. Lembaga arbitrase syariah nasional yang ada sekarang bukan dibentuk oleh pemerintah tetapi oleh MUI. Hal ini menyebabkan lembaga ini tidak memiliki 3

kewenangan yang mengikat. Lembaga ini tidak memiliki hukum acara sehingga keputusan hukumnya tak bisa dieksekusi dalam tataran normatif. Lembaga ini memang mempunyai wewenang sebagai lembaga penengah dalam menyelesaikan perselisihan. Namun, itu sebatas musyawarah mufakat. Sehingga pihak-pihak yang bersengketa tak bisa dipaksa untuk menaati keputusan lembaga ini. Misalnya, kalau ada orang yang mendirikan bank syariah tetapi prakteknya bertentangan dengan syariah atau ada non muslim yang membangun bisnis atau bertransaksi berdasarkan sistem syariah lalu mengalami sengketa, lalu siapa yang berhak melakukan pengadilan. Untuk dapat menjawab tantangan di atas bank-bank syariah di Indonesia perlu berbenah diri untuk dapat memenangkan persaingan baik diantara industri perbankan syariah maupun industri perbankan nasional. Pembenahan tersebut mutlak diperlukan terutama di bidang inovasi produk, peningkatan teknologi maupun Sumber Daya Manusia. Persaingan bisnis yang semakin tinggi diantara industri perbankan syariah dan kemajuan teknologi menuntut adanya Sumber Daya Insani yang berkualitas dan kompeten di bidangnya. Saat ini kebanyakan SDM yang ada di industri perbankan syariah adalah mereka yang dulunya pernah terlibat di bank konvensional. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya istilah bajak membajak di kalangan pemain industri perbankan syariah. Dalam upaya mendapatkan Sumber Daya Insani (SDM) yang kompeten dan berkualitas, salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang dalam hal ini adalah perbankan syariah adalah membuat suatu program pelatihan yang terprogram, terencana, dan terpadu. Untuk itu perbankan syariah harus mengambil kebijakan yang penting yaitu dengan melaksanakan program pelatihan yang terpadu bagi karyawannya. Pelaksanaan program pelatihan tersebut tidak hanya diharapakan dapat menambah 4

pengetahuan karyawan, akan tetapi diharapkan pula dapat meningkatkan keterampilan yang hasil akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Peningkatan kinerja, baik kinerja perusahaan maupun kinerja individu harus didukung berbagai sumber daya lainnya seperti market, dana, alat/ teknologi, dan tentunya faktor manusia atau karyawan itu sendiri. Karyawan mampu mendayagunakan berbagai sumber daya untuk mencapai kinerja yang baik dan terus meningkat. Tetapi usaha peningkatan kinerja akan menghadapi berbagai kendala. Kendala itu antara lain : 1. Perusahaan dan Karyawan menghadapi konflik kepentingan Konflik terjadi akibat tidak terpenuhinya semua kebutuhan, baik kebutuhan karyawan maupun perusahaan. Ini terkait dengan motivasi, pengembangan kair, promosi, gaya kepemimpinan, dan lain sebagainya. 2. Karyawan mempunyai keterbatasan Keterbatasan menyangkut bahwa karyawan tidak dapat memecahkan masalah dan pekerjaannya sendiri. Ini tercermin dari keterbatasan kemampuan dan tinggi rendahnya intelektualitas seseorang. Keterbatasan ini dapat diselesaikan dengan adanya program pelatihan yang memadai tepat sasaran bagi karyawan sehingga diharapkan setelah karyawan tersebut dilatih dan dididik dengan baik akan meningkatkan kinerjanya. Tolak ukur baik buruknya tingkat kineja dalam suatu perusahaan yang dalam hal ini adalah jasa perbankan syariah adalah ditentukan oleh banyak hal, antara lain pertumbuhan asset, Jumlah dan pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga), Jumlah dan Pertumbuhan Pembiayaan, penguasaan market share, tingkat NPF (Non Performing Loan), Service Satisfaction Level, dan lain sebagainya. 5

Tingkat kepuasan nasabah (Service Satisfaction Level) terhadap pelayanan jasa perbankan merupakan salah satu hal yang paling penting dan menjadi salah satu ukuran kinerja dalam bisnis perbankan sekaligus menentukan apakah perbankan tersebut dapat dipercaya atau tidak oleh nasabahnya dalam hal menitipkan atau meminjam sejumlah dana. Tentu saja segenap karyawan berkepentingan untuk dapat tetap menjaga kepercayaan nasabahnya, namun satu department atau unit yang paling berkaitan dalam hal menjaga kepuasan nasabahnya adalah departemen atau unit Pelayanan Nasabah atau yang biasa dikenal dengan Front Ofiice. Dalam usaha perbankan, unit front office merupakan ujung tombak dari kelangsungan hidup perbankan. Puas atau tidaknya pelayanan yang didapatkan nasabah sangat ditentukan oleh layanan yang diberikan oleh unit tersebut. Berdasarkan kenyataan diatas, penulis merasa tertarik untuk dapat menganalisis Hubungan Pelatihan dengan Penilaian Indeks Kualitas Pelayanan Unit Pelayanan Nasabah PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta. 1. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memfokuskan pada masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan program pelatihan karyawan khususnya karyawan Unit Pelayanan Nasabah PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta? 2. Bagaimana Penilaian Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) pada Unit Pelayanan Nasabah PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta tahun 2007-2009? 6

3. Apakah ada hubungan antara program pelatihan karyawan Unit Pelayanan Nasabah dengan Penilaian Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui program pelatihan yang diberikan kepada karyawan Unit Pelayanan Nasabah pada PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta. 2. Untuk mengetahui Penilian Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) pada PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta tahun 2007 2009. 3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan program pelatihan yang diberikan kepada karyawan Unit Pelayanan Nasabah dengan Penilaian Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta. 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis 1. Berguna untuk menambah pengetahuan penulis khususnya di bidang sumber daya manusia terutama mengenai program pelatihan dan hubungannya dengan penilaian indeks kualitas pelayanan, dengan menggunakan teori-teori yang penulis dapatkan. 7

2. Untuk menambah wawasan mengenai program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan PT BNI Syariah Kantor Cabang Prima Jakarta kemudian membandingkannya dengan teori yang ada. b. Bagi Perusahaan 1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap program pelatihan yang berjalan saat ini dalam kaitannya dengan perbaikan dan peningkatan Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) pada Unit Pelayanan Nasabah. 2. Untuk memberikan informasi bagi semua pihak yang ingin mendalami masalah pelatihan dan hubungannnya dengan Penilaian Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) serta aspek aspek apa saja yang terkandung di dalamnya. 8